Selasa, 28 Juni 2011
IMAGINE Part 8
PART 8
MBC Entertainment Present : “IMAGINE”
Episode : 8
Cast :
Jung Yong Hwa (CN Blue) a.k.a Lee Yong Hwa
Seo Joo Hyun (SNSD) a.k.a Park Seo Hyun
Yoon Eun Hye a.k.a Lee Eun Hye
Joo Ji Hoon a.k.a Joo Ji Hoon
Im Yoona (SNSD) a.k.a Kim YooNa
Oc Taecyoon (2PM) a.k.a Park TaecYoon
Other Cast :
TOP (BigBang), Jungshin, Jonghyun, & Minhyuk (CN Blue), Jokwon(2AM)
Park Shin Ye,ChangMin (DBSK),Junsu(2PM), Sulli (F(x)), Lee joon (MBLAQ)
Kyuhyun (SUJU), Jinwoon (2AM), Simon D (Supreme Team)
Opening Theme Song : Imagine by CN Blue
@Reneisance Seoul Hotel
Yonghwa menatap surat kabar Seoul Tribune terbitan hari itu dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana mungkin ini terjadi? Bagaimana bisa mereka mendapatkan berita tentang diriku?
Letnan Simon D yang melihat reaksi Yonghwa berdiri terdiam. Dia sudah bisa menebak reaksi pertama Yonghwa ketika melihat artikel itu, sama seperti reaksinya ketika pertama kalinya mengetahui hal ini pagi tadi, Dia kaget sekali melihat artikel utama di Seoul Tribune, Salah satu Koran yang terdepan di Korea Selatan, terbitan hari itu. Ia memahami kekuatan pers dan betapa berbahayanya serangan itu. Di Koran tersebut memang tidak ada berita yang menyudutkan Lee Yonghwa secara personal kecuali kenyataan bahwa dia adalah Putra satu-satunya Sang Presiden, dan bagaimana selama ini dia menyembunyikan diri dari sorotan publik, Orang yang tidak menyukai sorotan blitz, begitu julukan insan pers kepada Yonghwa namun bagi Letnan Simon D tetap saja ini berbahaya, efek ke depannya bagi Yonghwa akan sangat besar dampaknya. Mereka, para elit politik yang ingin menjatuhkan Presiden Lee sepertinya tidak main-main. Genderang perang itu telah ditabuh. Begitu sadar dari kekagetannya dia refleks menelpon Jungshin yang ternyata masih ada di JJH Island bersama Yonghwa dan menyuruh mereka menemuinya sesegera mungkin dan disinilah mereka sekarang.
“…Lee Yonghwa adalah putra bungsu Presiden Lee Young Nim. Selama ini lolos dari sorotan publik, bersembunyi di belakang punggung sang Kakak, Lee Eun hye yang menerima semua perhatian publik sebagai putri presiden. Dia terkenal sebagai pengusaha dingin yang membawahi ribuan karyawan dan memiliki bisnis perhotelan, restoran dan beberapa Mall di Daehan Mingguk. Disinyalir kekayaan yang dimiliki ibunya Almarhumah Jung Seung hye yang juga merupakan anak Almarhum Jung Seung Yoo, Milyuner Daehan Mingguk beberapa tahun silam, menjadi miliknya. Sang Milyuner muda yang banyak menghabiskan masa sekolahnya di Amerika Serikat ini bahkan mengalahkan kekayaan yang dimiliki sang ayah sendiri…” Yonghwa dengan lirih membaca isi dari artikel itu lalu membanting Koran itu ke atas meja. “Shhiittt…”
Dia terduduk dengan lemas di sofa kemudian, sambil mengusap wajahnya. Bagaimana mereka bisa tahu tentangnya sampai sedetail ini?
Dia mengambil telepon celularnya lalu menghubungi temannya. Lee Joon, GM MBC Entertainment.
“Yobhuseo Lee Joon-ah…”
“Anneyong Yonghwa-yah..chukkae untuk pernikahan Eun Hyee Noona, mianhe aku tidak bisa menghadirinya. Aku ada meeting penting dengan perwakilan pertelevisian Jepang.”
“Aniiya..Noona sudah tahu, katanya kamu sendiri yang menelponnya…”
“Dee…”
“Dan lagi aku menelponmu bukan untuk membicarakan hal ini. Aku ingin tahu siapa pimpinan Seoul Tribune. Aku baru saja membaca korannya dan kamu tahu apa? Artikel utama isinya membahas tentang diriku…”
“Dee?????” Dari sebrang Lee Joon terdengar kaget. “Insan Pers sudah mengetahui keberadaanmu?? Wah hari ini aku memang belum baca Koran, ada pekerjaan yang mendesak.”
“Dee…” Yonghwa kembali mengusap wajahnya. Meski memiliki perusahaan media visual & audio, serta gabungan keduanya dan merupakan yang terbesar di Korea Selatan Lee Joon tetap saja tidak pernah mengungkapkan keberadaan sahabatnya sewaktu kuliah ini di depan publik hanya demi menaikkan rating program acara di perusahaannya. Dia bahkan turut serta melindungi sang sahabat dari sorotan publik. Itu kenapa ketika dia mengetahui bahwa identitas Yonghwa telah terbuka di depan publik dia juga shock.
“Ehhmm..jadi Seoul Tribune yah. Setahuku dia salah satu Koran yang diperhitungkan di negeri ini. Dia Koran independent yang tidak bisa di dikte oleh sponsor tetapi oplahnya selalu diatas rata-rata, karena berita-beritanya yang up too date, berani dan cerdas. Aku tidak terlalu kaget jika mereka yang kemudian mengetahui dan mengungkap ke publik identitasmu. Seoul Tribune tidak bisa di suap, tidak bisa di ajak negoisasi. Mereka tidak menerima amplop, reporter dan wartawannya benar-benar pahlawan tinta karena keberanian dan kecerdasannya.”
“Begitu yah… .”
“Ehhmm.. sebaiknya kamu siap-siap. Jika salah satu Koran telah mengungkapkan keberadaanmu ke publik. Itu berarti yang lainnya akan melakukannya. Besok mungkin semua Koran di negeri ini artikel utamanya adalah dirimu begitupun berita-berita di televisi. Ngomong-ngomong kamu mau tampil di perusahaanku? Aku menawarimu terlebih dahulu sebelum perusahaan yang lain. Hahahaha…”
“Berhentilah bercanda soal ini, aku sedang kebingungan sekarang… .”
“Ohh, ayolah chingu… bolanya sudah bergulir dan kamu tidak akan bisa mencegahnya lagi. Separuh penduduk negeri ini mungkin sudah membaca Koran itu sekarang dan tak ada lagi yang bisa kau lakukan meski kamu membayarnya berapapun agar hal ini telah diketahui mereka.”
“Kamu benar, mereka benar-benar cerdas memilih hari. Aku sedang di JJH Island pagi tadi karena pernikahan Kakak dan di Seoul berita tentangku diungkap. Aku segera ke Seoul ketika tahu akan hal ini.” Yonghwa menghela nafas dalam-dalam. “Baiklah, sudah dulu yah. Aku akan menghubungimu di lain kesempatan.”
“Dee…oh iya, pertandingan kita minggu depan bagaimana? Aku tunggu di tempatku yah…”
“Ok…”
Yonghwa kemudian mematikan sambungan telepon itu dan memandang ke Letnan Simon D yang juga memandangnya sedari tadi.
“Hyung, aku pikir ini semua di lakukan secara berencana. Mereka tahu kalau hari ini pernikahan kakak dan semua berkonsentrasi ke sana itu kenapa mereka memilih hari ini untuk melempar berita tentangku ke Media. Kata temanku tadi Seoul Tribune adalah Koran yang hebat dan bersih dari hal-hal kotor yang biasanya banyak beredar di industry persuratkabaran, mereka bahkan menolak suap berapapun besarnya.”
“Aku tahu hal itu, sesudah membaca isi koran ini, aku kemudian menelponmu. Sambil menunggu kedatanganmu aku mencari tahu tentang Koran ini dari beberapa teman dan menemukan fakta seperti yang temanmu katakan. Mereka sangat bersih.”
“Lantas bagaimana pihak yang ingin menjatuhkanku bisa menyusup ke Seoul Tribune…”
Letnan Simon mengusap-usap dagunya. “Aku curiganya mereka mengirimkan semua berkas dan data dirimu melalu e-mail atau internet ke pihak Seoul Tribune. Sepertinya itulah cara yang paling masuk akal.”
Yonghwa mengangguk-angguk. “Tetapi kenapa mereka melakukan hal seperti ini? maksudku apa untungnya mengungkap identitasku ke publik?”
“Besar sekali keuntungan mereka jika identitasmu terpublish. Pertama, jika ada sedikit saja kelakuan atau perbuatanmu yang tercela, mereka bisa menjatuhkan popularitas ayahmu. Kedua, mereka lebih mudah mengontrol dirimu karena dengan terbukanya identitasmu di media secara otomatis dirimu akan jadi sasaran empuk paparazzi, mereka akan menguntitmu 24 jam. Ini memudahkan mereka juga untuk mengetahui sepak terjangmu.”
Tanpa mampu mencegah kekhawatiran dalam dirinya timbul dan dia membenarkan semua ucapan Letnan Simon. Yonghwa menghela nafas panjang.
“Jika sudah seperti ini, sebaiknya apa yang harus kulakukan Hyung? Jangan katakan aku harus menggelar konfrensi pers untuk meluruskan masalah ini, itu adalah hal terakhir yang ingin kulakukan.”
Letnan Simon D menggeleng. “Aku juga tidak akan menyarankan hal seperti itu. Bagiku justru sebaiknya kamu tidak melakukan konfrensi pers karena itu sesuai dengan keinginan mereka. mungkin yang terbaik saat ini adalah kamu tetap menjalankan harimu seperti biasanya kecuali mungkin dengan sedikit tambahan pengawalan.”
“Haruskah Hyung?”
Letnan Simon D mengangguk. “Aku tahu ini mungkin berat bagimu, hanya saja sekarang yang menyerangmu bukan saja pihak mereka tetapi juga para wartawan, reporter dan bahkan paparazzi yang mulai saat ini menjadikanmu sebagai incaran. Dan la… .”
Ucapan Letnan Simon terputus dengan kehadiran Jonghyun dan Minhyuk yang baru saja tiba di ruangan Yonghwa dengan wajah yang panic dan shock.
“Astaga Hyung, apa yang terjadi sebenarnya?”
Yonghwa berdiri menyambut mereka disusul dengan Jungshin dan Letnan Simon. “Ada apa memangnya?”
“Di depan, di Loby hotel, banyak berkumpul wartawan dari berbagai media. Pihak security sampai kewalahan menangani mereka.”
“DEE???... .” Yonghwa terkesiap kaget dengan laporan yang di bawa Jonghyun.
“Aku sudah menebak hal seperti ini akan terjadi.” Letnan Simon beralih menatap Yonghwa yang juga menatap ke arahnya, “Maksud dari ucapanku tadi sebelum mereka datang adalah hal seperti ini. Maka dari itu kamu membutuhkan beberapa pengawal untuk melindungimu dari kejaran mereka. mereka akan sangat merepotkanmu… .”
Yonghwa mengusap wajah pelan dan terduduk di sofa.
Keesokan harinya…
Kondisinya malah semakin memburuk dari yang di harapkan Yonghwa, Deadline Koran hari itu tetap saja semuanya menampilkan foto Yonghwa dengan berbagai pose dan di berbagai kegiatan, bahkan beberapa Koran juga menampilkan perusahaan dan bisnis yang dikelolanya. Diantaranya Reneisance Seoul Hotel, MingDang Seoul Plaza, LeeDang Restorant. Beberapa paparazzi bahkan mondar-mandir di depan pos jaga terluar Cheong Wa Dae (Istana Kepresidenan Korea) yang jaraknya dari istana kepresidenan kurang lebih 10 km dan sangat tidak mungkin bagi mereka menembus ketatnya penjagaan pengawal kepresidenan, tetap saja semua fakta itu tidak menyurutkan mereka untuk tinggal dan mondar-mandir di situ menanti Yonghwa keluar atau masuk ke dalam Istana kepresidenan. Para pengawal kepresidenan bahkan telah mencoba mengusir mereka namun tetap saja usaha mereka sia-sia, bukannya berkurang, para reporter dan wartawan malah semakin berdatangan.
Pagi itu setelah berbicara dengan ayahnya dan mengatakan bahwa kasus pembunuhan di hotel telah terungkap pelakunya, kemudian mengingatkan agar ayahnya pun harus berhati-hati karena kasus ini merupakan konspirasy para elit yang ingin menjatuhkan ayahnya bukan tidak mungkin masih akan ada kejadian serupa di masa depan , Yonghwa kemudian keluar untuk mengadakan beberapa pertemuan bisnis. Namun betapa kagetnya ketika telah sampai di pos jaga terluar dia melihat kerumunan reporter dan wartawan. Dia yang pada pagi itu hanya ditemani oleh Jungshin memerintahkan untuk menghentikan mobil lalu menyuruh Jungshin menghubungi beberapa pengawal presiden untuk mengawal mobil mereka.
“Ini sudah keterlaluan.. .” Di kursinya Yonghwa sibuk mengutuk. Jungshin pun ikut merapalkan beberapa kata makian bagi para insan media itu.
Setelah mobil pengawal kepresidenan datang, merekapun kemudian keluar dan menembus brigade para wartawan itu. Tidak lama setelah kepergian mereka, para paparazzi itupun mengemudikan mobil mereka lalu mengejar rombongan Yonghwa dan membuntutinya.
Para paparazzi itu baru menghentikan pengejarannya ketika Mobil Yonghwa memasuki gedung kantor pusat Kepolisian Negara Korea Selatan. Para perwira penjaga pos Gedung kepolisian Korea Selatan hanya meloloskan iring-iringan mobil putra presiden sedangkan para mobil paparazzi itu dihentikan oleh mereka.
Yonghwa kemudian turun dan melangkah ke tempat di mana Letnan Simon D telah menantikannya. Beberapa perwira lelaki ataupun perempuan memperhatikannya dengan seksama. Isi kepala mereka hampir semua sama, inilah putra presiden yang cukup menggemparkan itu dengan kemunculannya setelah bertahun-tahun bersembunyi dari sorotan publik.
Yonghwa yang sedikit risih dengan perhatian yang berlebihan itu segera mempercepat langkahnya menuju ruangan Letnan Simon D. dan sesampainya disana Letna Simon bukannya menolongnya keluar dari perasaan risih malah ikut menertawakannya.
“Hahaha…eksistensimu sekarang tampaknya sedang memuncak yah…”
“Ohh hyung berhentilah bercanda tentang ini. Aku betul-betul hampir gila oleh kelakuan mereka.”
“Ommo..ayolah sekali-kali kamu menikmati sorotan publik… bukankah ini menyenangkan? Kamu mendapat pengalaman baru.”
“Hyung bercanda yah. Bagaimana bisa menyenangkan memperolah sesuatu yang selama ini kamu hindari… .”
“Arasho…kamu jangan terlalu serius terlebih hari masih pagi seperti ini, kamu harus banyak-banyak bercanda agar harimu senantiasa indah…hehehe…” Letnan Simon D kemudian menghentikan tawanya. “Arasho… sekarang aku akan mengantarmu ke pada pembunuh itu.”
Mereka kemudian melangkah menuju sel bagi mereka yang melakukan tindak pidana berat.
Pria itu masih muda, sepantaran dengan usianya mungkin. Batin Yonghwa ketika melihat pria itu dari ruangan terpisah. Pria itu duduk dengan tangan terborgol, sedangkan Yonghwa melihatnya dari balik kaca yang tidak dapat dilihat oleh pembunuh itu.
“Sampai sekarang dia tetap tidak mengaku apa motif dia melakukan pembunuhan itu, dan apakah ada orang dibelakangnya sebagai otak dari pembunuhan itu sendiri.”
“Begitu yah Hyung. Dan mengapa dia memilih Hotel kami sebagai tempat mengeksekusi perbuatannya itu? Apakah Hyung sudah menanyakan hal tersebut padanya?”
“Sudah dan jawabannyapun sama, dia tidak tahu alasannya dan dia menolak berbicara. Dia menyerahkan segalanya pada pengacaranya.”
Yonghwa manggut-manggut mengerti.
@Kediaman Park di Wilayah Gangdong
Malam itu Seohyun baru saja tiba di rumah sehabis mengisi acara di sebuah acara konser musik di salah satu stasiun TV, sebagai persiapan sebelum peluncuran albumnya beberapa hari kemudian, ketika telepon celularnya berbunyi. Dia melihat di layar HPnya, nama Yonghwa tertera. Dia tersenyum lalu mulai menjawab panggilan itu. Di layar HPnya kemudian terlihat wajah Yonghwa di ujung sana yang sedang tersenyum padanya.
Dia kemudian melambaikan tangannya, “Anneyong Oppa… .”
“Hai Sweetheart, sudah sampai rumah?”
Seohyun bisa melihat dengan jelas di ujung sana Yonghwa yang sedang duduk di dalam mobilnya terlihat kelelahan. Sejak kepulangan mereka dari JJH Island beberapa hari yang lalu, mereka belum pernah bertemu muka lagi. Mereka menjalin hubungan hanya melalui panggilan telepon seperti yang sekarang mereka lakukan. Seohyun pun tahu jika identitas Yonghwa sekarang telah terbuka ke publik, itu kenapa Yonghwa tidak bisa lagi bertindak semaunya. Para reporter dan paparazzi selalu mengikutinya kemanapun.
Seohyun mengangguk, “Dee…”
“Ohhh..i miss you Hyunnie…chinca bogoshippoo… .”
“Aku juga merindukan Oppa… .”
Yonghwa memicingkan mata sebelah. “Ahh..chinca..??”
Seohyun mengangguk, “Dee… .”
“Ehhhmm…ayo kita bertemu…”
“Tapi Oppa, sekarang sudah jam berapa? Dan lagi Oppa kelihatan lelah sekali. Lebih baik Oppa pulang untuk beristirahat.”
“Aku sekarang telah tiba di halamanmu Hyunnie. Ayo keluar dan menemuiku meski itu hanya beberapa menit sweety… .”
“Ahh…chinca???” tanpa mematikan sambungan telepon itu, Seohyun berlari keluar dan melihat mobil Yonghwa memasuki pelataran rumah mereka lalu berhenti tepat di depan Seohyun. Yonghwa turun dari mobil setelah mematikan sambungan teleponnya, Seohyun berlari ke arahnya lalu memeluknya. Yonghwa membalas pelukan itu, dan mencium kepala Seohyun.
“Ohh…I really miss you sweetheart… .”
“Dee, na du… .”
Mereka berpelukan selama beberapa menit, sebelum Yonghwa mengurai pelukan itu. “Mianhe, aku harus pergi sweetheart, kamu istirahat yah… .” Yonghwa kemudian membelai dengan lembut wajah yang selalu membayangi langkahnya itu.
Seohyun menganggukkan kepala. “Yong Oppa juga beristirahat yah, jangan terlalu kelelahan karena pekerjaan.”
Yonghwa menganggukkan kepala lalu mencium Seohyun sangat lembut dan hangat selama beberapa menit sebelum kemudian melangkah menuju mobilnya. Dia membalikkan tubuhnya yang telah membuka pintu mobil ke arah Seohyun lalu berkata, “Saranghe Hyunnie… .” Kemudian melangkah masuk mobil dan berlalu dari hadapan Seohyun.
Selama beberapa menit Seohyun masih berdiri di halaman rumahnya sepeninggal mobil Yonghwa. Jika kehangatan yang menjalari hatinya ini adalah pertanda cinta berarti dia mencintai lelaki itu namun waktu selalu tidak berpihak padanya, dia bahkan tidak sempat membalas ucapan Yonghwa tadi, mengatakan bahwa dirinya juga telah mencintai Yonghwa. Namun dia yakin Yonghwa tahu perasaannya meski kata itu tidak pernah terucap secara langsung dari bibirnya. Membayangkan kembali pertemuan mereka tadi yang sangat singkat, Seohyun melangkah masuk ke rumahnya dengan perasaan bahagia.
@Reneisance Seoul Hotel
Apa yang di takutkan Letnan Simon D ternyata menjadi kenyataan. Entah siapa yang menjadi sumber berita Seoul Tribune sehingga berita kematian aktris itu bisa berada di tangannya. Ketika Koran lain masih bersikutat seputar pengungkapan identitas Yonghwa yang sangat sulit dijangkau mereka, Seoul Tribune kembali hadir dengan berita yang mencengangkan semua pihak.
“PEMBUNUHAN YANG TERJADI DI RENEISANCE SEOUL HOTEL. BAGAIMANA TANGGAPAN SANG PUTRA MAHKOTA??”
Yonghwa dengan ekspresi marah membanting Koran itu ke atas meja. Ini sebuah prestise yang buruk bagi hotelnya.
“Ehmmm, sekarang saatnya muncul Hyung. Aku tidak bisa membiarkan mereka menyerangku seperti ini secara terus menerus.”
“Kamu yakin ingin memunculkan diri ke Publik?”
“Dee… tidak mengapa. Semalam ketika aku berbicara dengan Aboji, dia juga mengatakan hal yang sama. Sebaiknya aku mengadakan konfrensi pers dan meluruskan semua hal ini.”
“Baiklah jika menurutmu itu yang terbaik. Aku akan mempersiapkan pengawalan dinas rahasia bagimu. Karena situasi sekarang sangat rawan. Dan menurutku sebaiknya kamu menggelar konfrensi persmu di perusahaan temanmu itu.”
“Yah, aku juga inginnya seperti itu.” Yonghwa kemudian berbalik dan memerintahkan kepada Jungshin untuk mempersiapkan semuanya. Jungshin kemudian menelpon keprotokoleran istana kepresidenan dan menyuruh mereka mempersiapkan semuanya.
Yonghwa kemudian berbicara melalui telepon dengan Lee Joon dan menyetujui bahwa konfrensi persnya akan di gelar pada sore itu juga. Baru saja dia mematikan hubungan telepon dengan Lee Joon ketika HPnya kembali berbunyi. Yonghwa melihat di layar HPnya nama kakaknya tertera.
“Anneyong haseyo Noona…” dia melihat wajah kakaknya disebrang sana. Eun Hye yang tampak terlihat cerah tersenyum kepada adiknya.
“Hai, kamu baik-baik saja kan?”
“Dee, Noona ottiya? Apakah sudah di Seoul??” Yonghwa sejak pernikahan kakaknya memang belum bertemu dengannya, karena sang kakak sedang menikmati bulan madu bersama Joo Jii Hoon.
“Aku baru saja tiba ketika melihat isi Koran itu, ingin menemuimu namun Jii Hoon Oppa mengatakan untuk saat ini kamu pasti sangat sibuk mengurus semuanya jadi kuputuskan untuk menelponmu. Kamu yang kuat yah, Hal seperti ini mungkin baru bagimu, mendapati para reporter tak henti-hentinya beredar di sekitarmu tetapi percaya pada kakak, hal itu tidak akan berlangsung lama, yah meski selamanya para paparazzi akan selalu beredar di sekitarmu namun kapasitasnya tidak akan sebanyak sekarang.”
“Dee..aku mengerti Noona… .”
“Trus masalah pembunuhan yang dimunculkan Koran itu, apa langkahmu selanjutnya?”
“Aku ingin menggelar konfrensi pers Noona, bersama Letnan Simon yang menangani kasus tersebut. Agar masalahnya menjadi jelas dan hotel kami tidak mendapat citra yang buruk.”
Eun hye di ujung sana mengangguk. “Kapan rencananya konfrensi persmu itu?”
“Nanti sore Noona di MBC, kantornya Lee Joon.”
“Baiklah, kakak juga akan mendampingimu. Kita bertemu disana saja.”
“Noona ingin mendampingiku? Kamsahamnida Noona…”
Beberapa jam kemudian @MBC Studio
Yonghwa berjalan masuk dengan pengawalan ketat dan diibawa langsung menuju ruangan GM MBC Entertainment. Disana ternyata kakaknya telah tiba terlebih dahulu bersama sang Suami, Yonghwa menghampirinya dan memeluk kakaknya yang pada sore itu terlihat sangat cantik dalam balutan gaun berwarna hijau muda. Lee Joon juga kemudian menyapa sahabatnya dan memeluknya hangat.
“Akukan sudah mengatakannya padamu chingu, kalau kau harus tampil di televisiku… .”
Mereka tertawa mendengar pernyataan Lee Joon. “Ayo kita menuju tempat konfrensi pers.”
Eun Hye kemudian berbalik ke Joo Jii Hoon. “Oppa, Aku akan menemani Yonghwa disini. Oppakan mau ke kantor? ayo ke kantor ajha.”
Jii Hoon kemudian mengangguk lalu memeluk dan mencium istrinya, “Take care Babe, telepon aku setelah Konfrensi pers ini berlangsung.”
“Dee… .”
Joo Jii Hoon kemudian berlalu bersama beberapa pengawalnya, Lalu kemudian Yonghwa dan Eun Hye pun melangkah bersama menuju ruang broadcasting tempat konfrensi pers di gelar.
Ketika Lee Joon membuka pintu ruangan itu, puluhan wartawan dan reporter menyambut mereka dengan tepukan tangan, berdiri di kursinya masing-masing, yang telah disediakan oleh pihak MBC, selaku pemegang resmi hak penyiaran konfrensi pers hari itu.
Yonghwa lalu duduk di depan diapit oleh Letnan Simon D, Eun hye dan Lee joon.
Pihak keprotokoleran kepresidenan kemudian memandu jalannya konfrensi pers itu, setelah membukanya mereka kemudian memberi kesempatan kepada para wartawan selama beberapa menit untuk mengambil foto Putra dan putrid Presiden secara resmi setelahnya mereka kemudian mempersilahkan Yonghwa untuk mulai mengeluarkan pernyataannya.
Setelah memberi salam kepada semua yang hadir Yonghwa lalu mendekatkan mic ke depannya dan mulai mengangkat bicara.
“Anneyong haseyo yorobun. Joengmal Kamsahamnida atas waktu yang telah kalian luangkan untuk menghadiri konfrensi pers pada hari ini. Yorobun, sebelumnya maafkan aku untuk dua hal. Pertama, karena selama ini aku terkesan menghindari kalian, para awak media pemberitaan. Dan kemudian yang kedua, untuk konfrensi pers kali ini aku membatasinya dalam waktu yang singkat, tanpa acara Tanya jawab. Mianhe yorobun… .”
Terdengar sorakan protes dari para wartawan dan reporter sesaat, sebelum Yonghwa kembali bersuara. “…Untuk dua hal itu aku memiliki alasan yang kuat. Kalian tahu persis, aku tidak terlalu menikmati dikelilingi puluhan reporter dan wartawan dengan kameranya seperti saat ini, karena bagiku semua popularitas ini sungguh bukan pada tempatnya. Aku hanyalah rakyat biasa seperti kalian, terlepas dari siapa Ayahku, bagiku itu tidak berarti apa-apa. Jika aku kemudian adalah anak dari seorang presiden negeri ini, itu adalah satu hal yang istimewa namun bukan berarti karena status ayahku membuatku pantas mendapatkan perhatian kalian seperti ini, bagiku semuanya terlalu berlebihan karena aku hanyalah masyarakat biasa seperti kalian… .”
Yonghwa sesaat menarik nafas panjang. “…Di kesempatan ini izinkan aku memperkenalkan diriku. Dee…Nan Lee Yonghwa imnida. Adalah Putra kedua Presiden Lee Young Nim. Selama ini banyak menghabiskan waktu di Amerika Serikat termasuk ketika Ayahku terpilih sebagai Presiden. Dan sekembalinya dari Luar negeri setelah menyelesaikan kuliah, Ayah mempercayakan semua bisnis keluarga kepadaku demi mengemban tugas mulia menjadi Kepala Negara di Negara tercinta ini. Bisnis yang telah dimiliki kakek buyutku bertahun-tahun yang lalu… .”
“…Dan tentang pembunuhan yang terjadi di hotel kami, sungguh itu diluar kuasaku. Sebagai pemilik hotel itu, tentu jika punya kuasa atas jalannya takdir, aku akan mencegah terjadinya pembunuhan itu namun ini di luar kuasaku, aku pun korban disini. Mereka memilih tempat yang salah, namun siapa diantara kita yang bisa mencegah jalannya takdir? Tidak adakan? Begitupun denganku dan juga mereka yang menjadi korban dalam kasus tersebut… .”
“…Last but not least. Sekali lagi kuucapkan kamsahamnida untuk perhatian kalian, namun bolehkan aku meminta sedikit ruang bagi privacyku. Keberadaan kalian yang selalu bergerombol membuntutiku, aku harap sejak aku mengadakan konfrensi pers ini bisa berkurang. Dan tentangku, tentang kakakku juga seluruh keluargaku, kalian bisa mendapatkan informasi resmi tentang kami dari juru bicara kepresidenan. Semoga kalian bisa memahami kami. Sekian dariku dan sekali lagi kamsahamnida… .”
Yonghwa menundukkan badan sebagai bentuk penghormatan kepada semua yang hadir di acara itu. Para wartawan dan reporter itu kemudian ribut dan saling mengajukan tangan untuk mengajukan pertanyaan kepada Yonghwa.
Pihak keprotokoleran istana kemudian menenangkan mereka dengan mengatakan acara Tanya jawab akan digelar setelah ini, namun yang menjawab pertanyaan mereka adalah pihak juru bicara istana kepresidenan. Mereka kemudian sekali lagi berteriak protes. Namun tidak ada yang bisa mereka lakukan selain mengambil gambar ketika Yonghwa dan Eun Hye beranjak berdiri, mengucap salam lalu melambai sambil berjalan keluar dari ruangan. Pengawalan merekapun begitu ketat, para wartawan dan reporter itu kemudian memilih tinggal untuk acara sesi Tanya jawab dengan juru bicara kepresidenan.
@ Ruang Rekaman SM Entertainment
Seohyun baru saja menyelesaikan take vocalnya dan keluar dari ruang rekaman ketika dilihatnya Jokwoon berdiri bersisian dengan Jungshin menantinya di ruang tamu.
“Ohh… Anneyong Haseyo Jungshin Chingu… .” salamnya sambil menundukkan kepala. Ketika mengangkat kepalanya kemudian, hal yang dilakukannya adalah celangak-cellinguk mencari keberadaan seseorang yang menjadikan Jungshin sebagai bayangan.
“Dia tidak disini Hyunnie… .” Jokwoon yang tahu apa yang sedang dicarinya menjawab kegelisahannya.
“Ahhh..Oppaa… .” Seohyun merasa malu ketahuan mencari Yonghwa.
“Kamu tidak usah malu Hyunnie. Yonghwa sekarang menantikanmu di mobilnya di basement. Jungshin chingu kesini untuk menjemputmu.”
“Chinca??”
“Dee…Seohyun-ssi. Hyung menantikan anda di bawah… .”
Setelah pamit kepada Jokwoon, Seohyun kemudian mengikuti langkah panjang Jungshin menuju basement tempat mobil Yonghwa terparkir.
“Bagaimana konfrensi persnya Jungshin Chingu. Aku sempat menontonnya sebagian sebelum masuk rekaman tadi… .”
“Semuanya berjalan lancar Seohyun-ssi, Hyung menyelesaikannya dengan baik.”
Seohyun mengangguk puas mendengar jawaban Jungshin. Mereka kemudian tiba di mobil Yonghwa. Jungshin membuka pintu untuk Seohyun.
“Hai Sweetheart…” Sapa Yonghwa ketika melihat Seohyun memasuki mobil.
“Oppa… .” tangan mereka kemudian terkait bersama. Saling menggenggam.
Mobil yang dikemudikan Jungshin kemudian membelah jalanan Seoul di malam hari. Terlihat dua mobil menyertai mereka, mobil para pengawal Kepresidenan.
“Oppa terlihat lelah sekali.” Seohyun memandang wajah lelah Yonghwa lalu mengulurkan tangan mengusapnya pelan.
“Dee…hari ini sangat melelahkan Hyunnie…”
“Aku melihat konfrensi pers Oppa, namun hanya sebagian karena aku harus take vocal dan rekaman lagu terakhirku di album pertamaku ini… .”
“Dee…Tadi itu benar-benar menguras tenagaku… .”
Seohyun kemudian meraih bantalan kursi mobil lalu meletakkannya di pahanya.
“Oppa, ayo berbaring di sini… .” ucapnya sambil menepuk-nepuk bantal di atas pahanya.
Yonghwa menatap wajah Seohyun yang kemudian merenggangkan ikatan dasi Yonghwa lalu membuka kancing teratas kemeja Yonghwa. “Nah, sekarang Oppa legakan. Ayo istirahat dulu, berbaring disini… .” ucapnya sambil kembali menepuk-nepuk bantal di atas pahanya.
“Gomawo Sweetheart… .” Yonghwa yang tersentuh melihat perhatian kekasihnya itu kemudian mencium pipi Seohyun lalu berbaring terlentang di atas pangkuan Seohyun. Mendongakkan wajah menatap Seohyun.
“Ayo, Oppa pejamkan mata… .” Seohyun mengusap-usap lembut kepala Yonghwa.
“Shiroo… Aku lebih memilih menatap wajahmu ketimbang tertidur Hyunnie… .”
“Ahhh..Oppa…Joengmal…” Seohyun bersemu merah.
“Ayo bernyanyi untukku Sweetheart…”
“Ehhmmm, lagu apa?”
“Terserah padamu…”
Seohyun kemudian tersenyum lalu mulai bernyanyi.
I swear to you, I will always be there for you
there's nothing I won't do
I promise you, all my life I will live for you
We will make it through
Mata mereka saling beradu, bertatapan hangat satu sama lain ketika Seohyun bernyanyi untuk Yonghwa.
Forever..we will be
Together..you and me
Oh when I hold you, nothing can compare
With all of my heart, you know I'll always be right there
I believe in us, nothing else could ever mean so much
You're the one I trust
our time has come, we're not two people now we are one
ya you're second to none
Yonghwa mengulurkan tangan membelai wajah cantik itu yang sekarang sedang bernyanyi untuknya, membuat Seohyun sedikit susah berkonsentrasi pada lagunya.
Forever..we will be
Together…a family
The more I get to know you, nothing can compare
With all of my heart, you know I'll always be right there
Forever…we will be
Together …just you and me
The more I get to know you, the more I really care
With all of my heart, you know I'll always be...
You know I really love you, nothing can compare
For all of my life, you know I'll always be right there
Setelah menyelesaikan lagunya Seohyun tersenyum ke Yonghwa yang masih menatapnya lekat. Yonghwa kemudian bangkit merangkum kepala Seohyun dengan kedua tangannya lalu menariknya mendekat ke wajahnya dan memberi ciuman yang dalam kepada kekasihnya itu.
Yonghwa lalu memeluk Seohyun.
“Oppa yang kuat yah, yang tegar menghadapi semuanya.” Ucap Seohyun ketika bersandar didada Yonghwa.
Yonghwa mengelus kepala Seohyun. “Tetap di sisiku yah Sweetheart, temani aku melewatii semuanya.”
“Dee…”
Hati mereka malam itu melimpah dengan kebahagian dan cinta tanpa tahu bahaya sedang mengintai mereka di hari kemudian.
To Be Continued : Part 9
Behind The Scene Drama “Imagine” (in Real Life) :
Seohyun mengendap-endap dan bersembunyi di samping gedung studio tempat dia baru saja syuting sebuah acara bersama member SNSD yang lain. Dia sedang menantikan seseorang disini, dan akan sangat berat resikonya jika mereka ketahuan bertemu seperti ini. Seohyun merasa jantungnya berdetak lebih kencang.
“Ahhh Joengmal, mengapa dia lama sekali…” Gerutunya pelan.
Tak lama kemudian dia melihat sebuah mobil sport berwarna merah berhenti tepat di depannya, dia tahu kalau itu mobil Jung Yonghwa. Sambil melihat kiri kanan, dia kemudian bergegas menuju mobil itu lalu duduk di samping Yonghwa yang sedang mengemudi mobil.
“Whooaaa…” Teriaknya kencang ketika dilihatnya wajah Yonghwa sama sekali tertutup dengan kaca mata hitam, scraf dan topi, Sedangkan yonghwa asyik tertawa terbahak-bahak.
“Oppa terlihat menakutkan… .”
“Hahah..penampilan ini untuk mengecoh para reporter2 itu..heheh.. aku jenius kan?”
Seohyun tertawa pelan, Yonghwa dari balik kemudi kemudian mengulurkan tangannya pelan ke arah Seohyun. Menggenggam erat tangan hangat itu.
“Let’s go, Hyu~un… .”
“Dee, Let’s go Yo~ong… .”
Mobil sport Yonghwa kemudian membelah kota Seoul di malam yang cerah itu.
Luv ; SJ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar