Selasa, 28 Juni 2011

IMAGINE Part 10




PART 10


MBC Entertainment Present : “IMAGINE”

Episode : 10


Cast :
Jung Yong Hwa (CN Blue) a.k.a Lee Yong Hwa
Seo Joo Hyun (SNSD) a.k.a Park Seo Hyun
Yoon Eun Hye a.k.a Lee Eun Hye
Joo Ji Hoon a.k.a Joo Ji Hoon
Im Yoona (SNSD) a.k.a Kim YooNa
Oc Taecyoon (2PM) a.k.a Park TaecYoon


Other Cast :
TOP (BigBang), Jungshin, Jonghyun, & Minhyuk (CN Blue), Jokwon(2AM)
Park Shin Ye,ChangMin (DBSK),Junsu(2PM), Sulli (F(x)), Lee joon (MBLAQ)
Kyuhyun (SUJU), Jinwoon (2AM), Simon D (Supreme Team). MC Kim


Opening Theme Song : Imagine by CN Blue





@Reneisance Seoul Hotel

“Hyung, kita harus mempersiapkan akusisi hotel itu, jika grup kita yang lebih dulu mendapatkannya itu akan sangat menguntungkan. Kita memiliki saham yang paling besar di sana…” Jonghyun kemudian menyodorkan beberapa data penting tentang hotel yang berada di LA, dimana mereka memiliki kepemilikan saham yang besar di sana.

“Kalau begitu persiapkan semua keperluan untuk pengambilalihan hotel itu, aku ak…” Yonghwa sedang berbicara dengan Jonghyun ketika Jungshin lari masuk ke ruang kerjanya dengan wajah pucat pasi dan memotong ucapannya.

“Hyung…”

“Waeyo? Dan kenapa ekspresimu seperti itu?”

Jungshin sekali lagi menatap Yonghwa dan Jonghyun bergantian sebelum angkat bicara. “Noona dan Seohyun-ssi di culik…”

Yonghwa mendengar ucapan Jungshin begitu shock sedangkan Jonghyun ternganga.

“DEE???”

“Noona dan Seohyun-ssi diculik?” menegaskan kembali perkataan sebelumnya, Jungshin mengulang kalimatnya dengan intonasi suara yang lebih tegas.

Yonghwa berdiri dan menatap Jungshin dengan pandangan tajam meminta jawaban pasti.

Jungshin mengangguk. “Dee. Mereka berdua di culik tepat di depan kantor Noona.”

“Mengapa bisa? Junsu-ah dan Hangkang-ssi kemana?”

“Mereka berdua sedang mengambil mobil ketika Noona dan Seohyun-ssi diculik. Tapi sekarang keduanya telah mengejar penculik itu. Tuan Presiden telah tahu dan sekarang berpusat di istana mereka mempersiapkan satuan elit Korea selatan untuk ikut mengejar penculik itu, kali ini mereka salah sasaran.”

Yonghwa gemetar, badannya bergetar hebat. Dua wanita yang dicintainya sedang berada dalam bahaya. Jantungnya berdegup kencang.

“Ayo kita kesana. Jonghyun kau selesaikan sisanya dan untuk meeting nanti kau wakili aku saja.”

“Dee hyung…”

Yonghwa segera bergegas kembali menuju rumahnya.




@Di Salah Satu Gudang Tua di Seoul.

Ketika Seohyun membuka matanya pelan tersadar dari efek obat tidur yang dijejalkan ke hidungnya beberapa menit yang lalu oleh pria-pria besar yang telah menculiknya, dia menyadari keberadaannya.

Dia didudukkan di sebuah kursi dengan tubuh diikat dan mulut disumpal menggunakan lakban. Ruangan itu terasa dingin dan lembab, agak gelap namun karena cahaya matahari dari atap yang bocor sana sini masuk membuat ruangan itu sedikit terang, Dengan lantai yang terlihat tidak terurus karena lantainya yang berantakan, tehelnya banyak terlepas. Terpisah dua langkah darinya, dilihatnya Eun Hye masih terkulai, belum sadar dari pingsannya. Dia ingin berteriak namun kembali menyadari kondisinya yang tidak memungkinkan melakukan hal itu.

Di depannya terlihat tiga pria besar yang telah menculiknya itu sedang bermain kartu dengan senjata berada di pangkuan masing-masing, tertawa dengan suara yang besar dan kasar, membuat Seohyun bergidik ngeri.

Seohyun memejamkan mata, tubuhnya bergetar ketakutan. Oh Tuhan, dia merasa dejavu dengan keadaannya yang sekarang. Sebuah siluet kejadian yang sama belasan tahun yang lalu terulang di benaknya. Saat itu dia berteriak-teriak, meronta dari ruangan gelap tetapi semua mengacuhkannya dan pada akhirnya dia kehilangan kedua orang tuanya. Mengingat itu kembali membuat jantungnya berdetak kencang, air mata mengalir deras di pipinya. Oh Tuhan, apakah saat ini dia juga akan mati?

Nafasnya mulai terasa sesak, keringat dingin berkucur deras di sekujur tubuhnya, diapun terisak dengan kerasnya. Jika situasi ini berlanjut lama, dia menyadari dirinya akan mati. Dan saat-saat menghadapi detik-detik terakhir hidupnya, membuat dia menyadari semuanya dengan jelas. Mengingat almarhumah orangtuanya, kakeknya yang sekarang ketika mendengar kasus penculikannya ini pasti bisa dijamin akan sangat merasa sedih, dia tahu dia adalah kesayangan kakeknya, kakeknya selalu mewujudkan apapun permintaannya, apapun keinginannya, mengetahui dirinya ketakutan pasti membuat kakeknya kalut. Mengingat kedua orang kakaknya, dia berharap jika memiliki kehidupan berikutnya dia tetap akan memilih menjadi adik mereka, meski keduanya sangat protective padanya tapi dia tahu itu karena dia sangat sayang padanya. Dan terakhir mengingat Yonghwa. Lelaki yang telah mengajarkannya cinta, lelaki pertama selain keluarganyanya yang telah mencium dan memeluknya, lelaki yang sangat berarti di hatinya, dia akhirnya tahu betapa dia mencintai pria itu, dan sekarang kemungkinan untuk melihat lagi sosoknya, mendengar suaranya, merasakan pelukan dan ciuman hangatnya sangat kecil kecuali jika dia keluar hidup-hidup dari neraka ini. Mengingat semua itu jelas sangat menyedihkan baginya. Tubuhnya semakin bergetar di tengah isaknya yang semakin mengeras. Isakannya ternyata mampu membangunkan Eun Hye dan membuat para penjaga mereka menghentikan permainannya dan menoleh pada mereka.

Eun Hye kemudian menghentakkan badannya, mencoba menggerak-gerakkan kursinya. Seohyun yang telah berurai air mata berbalik dan melihat Eun Hye berkutat dengan kursinya.

“Apa yang sedang coba kau lakukan agashi?” salah satu penjaga mendekati Eun Hye. Menyadari tingkah lakunya.

Meski sangat ketakutan dan mulai merasa sakit di sekujur tubuhnya terutama di perutnya yang terikat dengan keras, namun Eun Hye tidak memperlihatkannya. Dia menguatkan hati lalu memandang mata pria itu dan mengirim sinyal agar dia mau membuka lakban di mulutnya. Pria besar itu kemudian melakukan apa yang diminta oleh Eun Hye.

“Ohhhh…” Ucapan itu yang keluar pertama kali dari bibir Eun Hye setelah pria itu melepaskan lakbannya. “Ahjussi, aku tidak tahu siapa yang mengirim kalian melakukan ini pada kami, namun bolehkah aku menggugah sedikit rasa kemanusiaanmu? Adikku..” Katanya sambil menatap Seohyun yang telah berurai airmata lalu kembali menatap pria yang berdiri di hadapannya, menjulang dengan tingginya. “..ini sedikit memiliki phobia pada ruangan gelap, jadi kumohon lepaskan ikatan kami, biarkan aku memeluknya. Aku berjanji kami tidak akan lari, kalian memiliki senjata dan kalian lelaki besar, apa pantas kalian takut pada kami berdua, kami hanya seorang wanita yang bahkan memukul kalian tidak sanggup apalagi mencoba untuk lari dari kalian. Untuk itu kumohon lepaskan aku, aku hanya ingin memeluk adikku.”

Pria besar itu kemudian berbalik pada temannya yang dua orang itu, mereka berdua saling pandang dan berbicara lewat mata membuat Eun Hye sedikit gemetaran dan melafalkan doa dalam hati semoga keinginnya di wujudkan, menginta kondisi Seohyun yang mulai melemah.

Pria yang satu kemudian menganggukkan kepala, sedangkan pria kedua berjalan ke arah mereka bertiga dan menodongkan senjata ke arah Eun Hye sementara pria yang berdiri di depan Eun Hye mendekati Eun Hye dan melepaskan ikatannya, lalu beranjak ke Seohyun dan melepaskan ikatan pada Seohyun. Ketika keduanya telah bebas, Eun Hye bergegas mendekat ke arah Seohyun dan memeluknya, menenangkannya dan menariknya ke sudut ruangan, selonjoran di lantai yang dingin, saling berpelukan.

“Onnie…” Seohyun semakin mengeraskan tangisnya, melampiaskan semua rasa takutnya.

“Ssshhhhh..jangan menangis Hyunnie, di situasi seperti ini kita harus tenang.” Eun Hye berbisik pada Seohyun, sambil memeluknya dan mengelus rambutnya.

Dan ketika melihat para penjaga itu kembali ke tempat mereka meski tetap mengawasi mereka dengan ketat, Eun Hye kemudian membisiki Seohyun. “Tenang yah Hyunnie, aku yakin mereka akan menyelamatkan kita…”




@Cheong Wa Dae (Istana Kepresidenan Korea)

Yonghwa tiba di rumahnya dan melihat ayahnya dan kakak iparnya telah disana, berdiri, sementara belasan polisi dengan seragam berbeda dan earphone di telinga masing-masing sedang sibuk dengan alat pengintai dan monitor penghubung mereka, mengelilingi ayah dan kakak iparnya itu.

Yonghwa menghampiri ayahnya dan Joo Jii Hoon yang sangat terlihat tegang.

“Aboji, Hyung, bagaimana perkembangannya?”

“Junsu-ssi mengikuti mereka dan telah melaporkan di mana lokasinya sekarang.” Ayahnya yang menjawab kekhawatirannya. Dia melirik kakak iparnya yang juga masih diam mematung, tanpa ekspresi. Dia hanya sibuk meremas kedua tangannya. Dalam hati Yonghwa tahu bagaimana kalutnya kakak iparnya.

“Tuan Presiden, kami telah mendapat laporan pasti dimana keberadaan mereka. kami menunggu komando Tuan Presiden untuk mengirimkan satuan kami ke sana.” Pimpinan satuan elit, yaitu Kapten Kim melaporkan perkembangan terkini kepada Presiden dan menunggu perintah penyerbuan.

“Tunggu apalagi, segera kesana!!”

“Dee..”

Dia kemudian memerintahkan kepada Letnan Simon, yang ternyata sedari tadi ada diruangan itu namun luput dari perhatian Yonghwa, untuk memulai penyergapan. Letnan Simon D setelah melakukan penghormatan kemudian berlari keluar dan siap berangkat dengan satuannya yang telah menunggu di luar. Dari arah luar kemudian terdengar beberapa derap langkah kaki yang ternyata adalah milik Tuan Park, Taecyeon, Yoona dan Jokwon.

“Tuan Park…” Presiden menyambut kedatangan mereka yang terlihat tegang.

“Bagaimana mereka? dimana mereka?” meski berkata dengan nada rendah tapi Yonghwa tahu betapa kalutnya Tuan Park, betapa tegangnya dia.

“Mereka berada di salah satu kawasan pabrik industri di sebuah gudang tua di Seoul yang tidak lagi digunakan. Kami telah mengirim pasukan elit untuk mengejar mereka.”

“Apakah Tuan Presiden telah tahu siapa dibelakang semua ini dan apa motif mereka?”

Tuan Lee kemudian mengajak tamunya untuk duduk di sofa, mereka semua melangkah ke Sofa, kecuali Joo Jii Hoon, Yonghwa dan Taecyeon yang memilih berdiri sekedar mondar-mandir untuk mengurai ketegangan mereka.

“Ini adalah serangan yang ditujukan padaku, hanya sayang mereka terlambat. Pagi tadi adalah penandatangan Mou dan penentuan penerapan UU Lingkungan Hidup. Mereka bermaksud menghalangi penandatanganan itu terwujud jadi mengancam dengan penculikan ini tetapi mereka terlambat selangkah. Aku baru tahu jika anakku dan Seohyun-ssi telah diculik setelah acara itu berlangsung.” Tuan Lee berdiri lalu membungkuk di hadapan Tuan Park. “Maafkan kami Tuan Park karena telah melibatkan Seohyun-ssi ke dalam kekacauan ini.”

Tuan Park kaget melihat Presidennya membungkuk di depannya, dia berdiri lalu memeluknya.

“Jangan merasa bersalah Tuan Presiden, ini bukan kondisi dimana kita bisa menyalahkan satu sama lain. Takdir sudah diatur oleh Yang Di Atas Sana seperti ini. Aku bertanya hanya untuk memastikan di mana cucuku sekarang berada.”

“Aku mengerti Tuan Park bagaimana perasaanmu, aku pikir semua kita disini memiliki perasaan yang sama.”

Mereka kemudian kembali duduk dengan tenang.

“Aku hanya ingin menjadi Presiden yang mendahulukan kepentingan rakyatku, tetapi entah kenapa kebijakan-kebijakanku selalu saja dianggap merugikan beberapa pihak. Kalau mereka mau berpikir demi masa depan anak cucu mereka, mereka akan ikut sepakat denganku. Pelestarian lingkungan itu demi anak cucu kita kelak, mungkin materi atau keuntungan perusahaan berkurang namun ini adalah investasi jangka panjang, mengapa mereka begitu susah menerima hal ini.” Tuan Lee menerawang, melepaskan pandangan jauh ke depan.

“Aku pikir UU itu hanya pemicu Tuan President, tujuan utama mereka selain itu adalah bagaimana menjatuhkanmu. Para chaebol yang tidak setuju dengan kebijakan dan regulasi yang eksekutif keluarkan saat ini mungkin saja ditunggangi oleh lawan politikmu. Di dunia kekuasaan, intrik-intrik seperti ini bukan hal yang baru, Tuan President sedari awal harusnya telah siap dengan segala serangan yang seperti ini.”

“Dee, anda benar Tuan Park.”

Tuan Kim kemudian datang membisiki sesuatu ke telinga Tuan President.

“Arassho..aku mengerti. Setelah ini selesai, siapkan rapat istimewa dengan semua petinggi aparat militer.”

“Siap…”

Tuan Kim kemudian kembali pada tempatnya, memantau satuannya bekerja.

“Aboji, aku ingin kesana, bolehkan? Biarkan aku menunggu disana…” Yonghwa mendekati ayahnya dan mencoba membujuk ayahnya agar bisa ikut ke tempat Seohyun dan kakaknya diculik.

“Apa yang kau katakan? Jangan melakukan hal-hal yang kekanak-kanakan, kamu tidak tahu betapa seriusnya kasus ini??”

“Aku tahu Aboji. Aku hanya tidak bisa menunggu disini, dan aku tidak akan menghalangi pekerjaan para polisi itu, aku hanya akan menunggu di sa…”

“Andwee…kamu tunggu disini dengan kita semua…”

Yonghwa menghela nafas keras. Lalu kembali berjalan mondar-mandir dengan pikiran yang dipenuhi bayangan mengkhawatirkan tentang Seohyun.

Oh My God… Bagaimana kondisi Hyunnie-nya? Bagaimana dengan kakaknya? Jika boleh meminta, dia siap menukar dirinya dengan mereka berdua. Oh Tuhan, kumohon-kumohon dengan teramat sangat tolong selamatkan mereka…selamatkan mereka…doa itu dia lafalkan berulang dalam hatinya. Oh My God bahkan bernafas disitusasi segmenting inipun terasa berat, bagaimana dia bisa tenang jika wanitanya di culik??




@Di Salah Satu Gudang Tua di Seoul

Berjarak sekitar 100 meter dari gedung tua itu Junsu dan Hangkang mengendap-endap, tidak melepaskan pandangan ke gedung tua dimana di depannya terparkir sebuah van besar.

Mereka akan menyerbu masuk jika satuan pasukan elit Daehan Minguk telah disini. Mereka tidak akan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dua orang tawanan di dalam sana. Dan tak lama dilihatnya Letnan Simon D mendekat ke arah mereka.

“Sunbenim…” Junsu menyambutnya.

“Bagaimana kondisi di dalam sana?”

“Aku tidak tahu berapa jumlah pasti mereka, yang pasti aku tahu mereka bersenjata dan merupakan mafia professional yang bergerak karena bayaran tinggi.”

Letnan Simon D menganggukkan kepala. “Aku telah menyebar pasukan untuk mengepung gedung ini, hanya saja sebaiknya kita bergerak menyergap mereka secara diam-diam agar kita bisa menyelamatkan mereka hidup-hidup. Karena jika perkataanmu benar, jika mereka adalah mafia professional, mereka tidak akan segan membunuh dan tidak akan menyerah dengan mudahnya meski kita memerintahkan mereka untuk itu, jadi sebaiknya kita langsung membekuk mereka saja.”

“Dee, aku setuju sunbenim…”

Mereka bertiga kemudian mengendap-endap mendekati gedung tua itu. Letnan Simon D menatap mata Junsu, lalu memberi kode agar lebih mendekat ke gudang. Dengan menggunakan alat pengindera canggih yang dilengkapi dengan infrared, mereka bisa tahu dengan pasti jika gudang itu terdiri dari tiga ruangan, satu ruang yang besar dan lapang, sedangkan dua sisanya adalah ruangan kecil. Di salah satu ruangan inilah tawanan mereka berada. Terlihat di layar yang hanya dipenuhi titik merah terdapat 8 orang. Berarti ada 6 pria penjaga mereka. tiga berada di ruang besar sedangkan 5 orang berada di ruang yang lebih kecil dan dari 5 orang itu salah duanya adalah Lee Eun Hye dan Seohyun.

Pintu terbuka sedikit dan dengan suara pelan mereka melihat ke dalam, mereka melihat 3 orang pria besar besar dengan senjata di tangannya masing-masing, dua diantaranya berdiri mengelilingi sebuah meja, sedangkan yang satu duduk diatas meja itu. Mereka terlihat santai dan sedang bercanda tampaknya, mereka tidak pernah menyangka jika mereka akan mendapat tamu tak diundang.

Letnan Simon D tersenyum samar. Ia menunjuk ke pria yang pertama yang berdiri di sisi kanan meja lalu menunjuk Hangkang. Terus menunjuk pria kedua yang berdiri di sisi kiri meja dan kemudian menunjuk Junsu menegaskan jika itu adalah bagian Junsu, Junsu mengangguk. Letnan Simon D juga memastikan jika yang pria yang duduk itu adalah bagiannya.

Letnan Simon D mengangkat tangannya lali menghitung. Satu, dua tiga…

Letnan Simon D mendorong pintu hingga terbuka lebar lalu mereka bertiga menyerbu ke dalam ruangan itu,semuanya berjalan serba cepat hanya hitungan detik, ketiga penjaga itu yang tidak pernah menyangka akan mendapat serbuan seperti itu, gelagapan dan tidak mampu melakukan hal-hal apapun termasuk untuk mengangkat senjatanya ketika Hangkang, Junsu dan Letnan Simon menembak mereka bertiga dengan senjata berperedam suara, beberapa kali. Bagai dikomando ketiga tubuh itu rubuh seketika ke lantai.

Mereka bertiga kemudian bersembunyi di tempat yang mampu menyembunyikan dirinya karena merasa yakin suara keras jatuhnya tubuh ketiga penjaga ini pasti terdengar di telinga teman-temannya dan prediksi mereka sama sekali tidak salah ketika salah seorang dari ketiga penjaga itu keluar, dia baru saja hendak membuka mulut untuk berteriak ketika Junsu menyergapnya dari belakang dan membekap mulutnya. Junsu kemudian mematikan perlawannya dengan memukul tepat ditengkuknya yang membuat pria itu kemudian pingsan. Hangkang meyeret tubuhnya lalu mengikatnya di meja dan menyumpal mulutnya menggunakan salah satu pakaian dari pria yang telah tergeletak mati, sedangkan Junsu dan Letnan Simon D menuju kamar tempat tawanan berada.

Kedua pria besar itu yang tetap tidak menyangka akan mendapat serangan dan sedang menantikan kehadiran temannya yang satu yang sedang memastikan keadaan di luar baik-baik saja begitu kaget dengan kehadiran Letnan Simon D dan Junsu yang masuk dan langsung mengarahkan senjata ke tubuh mereka, melepaskan tembakan beberpa kali setelah meneriakkan perintah kepada kedua gadis di sudut agar tunduk dan menutup mata.

Kembali kejadiannya hanya sekelebat, Eun Hye dan Seohyun masih gemetar berpelukan satu sama lain ketika Letnan Simon D masuk menyerbu dan melepaskan tembakan, ketika Junsu datang ke arah mereka dan memberi tahu jika segalanya telah selesai.

Eun Hye membuka mata dan melihat Junsu tersenyum kepadanya. Eun Hye manatap Junsu dengan pandangan terimakasih dan meraih tangan Junsu ke dalam genggamannya.

“Eun Hye-ssi sekarang sebaiknya kita keluar…”

“Dee..kamsahamnida Junsu-ah…” Eun Hye kemudian memeluk Seohyun yang masih gemetaran namun tidak lama setelah berdiri dan menarik Seohyun untuk berdiri juga, keseimbangannya hilang. Dia kembali jatuh pingsan setelah merasakan sakit teramat dalam di perutnya.

Seohyun berteriak dan kembali menyanggah tubuh Eun Hye dibantu Junsu sebelum tubuh itu jatuh ke lantai. Letnan Simon D kemudian memerintahkan satuannya yang telah berada di luar untuk masuk mensterilkan gedung dan mengecek para pria penculik ini, serta memerintahkan agar dikirim tandu buat Eun hye.

Setelahnya dia mengirim pesan ke Kapten Kim yang berada di istana kepresidenan dan mengabarkan kalao kasus berhasil ditangani dengan baik dan kondisi kedua tawanan baik-baik saja kecuali Lee Eun Hye yang tergeletak pingsan dan akan dibawa ke Seoul Hospital untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.




@Cheong Wa Dae (Istana Kepresidenan Korea)

Mendengar laporan Kapten Kim membuat semua orang di ruangan itu berteriak syukur. Wajah-wajah tegang itu berangsur-angsur memulih. Yonghwa tanpa menunggu persetujuan ayahnya langsung berlari dan memerintahkan Jungshin untuk mengantarnya ke Seoul Hospital, Joo Jii Hoon pun melakukan hal yang sama, setelah menunduk memberi salam dan pamit kepada ayah mertuanya dan Tuan Park dia berlari keluar memerintahkan asistennya mengantarnya menuju Seoul Hospital. Taecyeonpun tak mau ketinggalan, bersama Yoona setelah mengucap salam kepada Tuan President dia mengajak kakeknya untuk segera menuju Seoul Hospital, dalam perjalanan dia menelpon TOP dan menyuruhnya mempersiapkan dua ruangan VVIP dan dokter untuk memeriksa kondisi Lee Eun Hye dan adik mereka Park Seohyun.

Sedangkan Tuan Lee yang ditinggalkan sendiri kembali memastikan lewat pembicaraan telepon dengan pimpinan Seoul Hospital tentang kondisi mereka berdua. Setelah itu dia kemudian memerintahkan untuk menggelar rapat istimewa. Ancaman penculikan ini bukan hal yang harus diremehkannya, jika sekarang saja mereka sudah berani menganggu keluarga istana, bagaimana kedepannya. Segalanya harus mulai dihentika dari sekarang. Dia tidak akan pernah tenang jika karenanya keluarganya terancam bahaya. Dia akan menjadi Presiden yang gagal jika tidak mampu melindungi keluarganya.




@Seoul Hospital

Seohyun memeluk kakaknya TOP dengan erat ketika dia telah berada dalam ruangan VVIP Seoul Hospital dan telah mendapat perawatan dan pemeriksaan dari Dokter ahli.

“Oppa, aku takut…”

TOP mengelus rambut adiknya dan menenangkannya. “Segalanya telah berakhir baby…everything it’s ok now…dan Oppa janji itu adalah kali terakhir kamu mengalami hal yang seperti itu…” TOP tidak main-main dengan janjinya, mulai saat ini dia meneguhkan hati untuk kembali memantau secara ketat kegiatan adiknya dan memastikan orang-orang yang berada di sekekeliling adiknya juga melakukan hal yang sama. “Sekarang kamu istirahat yah… .”

Seohyun mengangguk. Dia berbaring, dan ketika kakaknya mengecup keningnya dengan hangat, dia merasa aman sekarang. Dia telah berada di tempatnya kembali, bukan lagi diruangan gelap itu.

Ketika Yonghwa melangkah masuk dengan semua rasa cemas yang dimilikinya ke ruangan VVIP tempat Seohyun dirawat. Dia melihat Seohyun terbaring lemah dan sedang focus pada siaran TV namun tetap berbalik ketika mendengar langkah kaki, demi melihat Yonghwa berdiri di sana dia kemudian mencoba menegakkan tubuhnya membuat Yonghwa segera menghampirinya dan membantu menopang tubuhnya agar bisa duduk dengan sempurna. Yonghwa tidak menyangka kemudian jika Seohyun refleks memeluknya, melingkarkan kedua lengannya ke leher Yonghwa.

“Oppa…” Lirih suaranya bercampur isak tangis lega.

Yonghwa mengusap pelan rambut kekasihnya. “Psshhhh..jangan menangis sweetheart, semuanya telah usai.”

“Membayangkan aku akan mati dan tidak sempat bertemu dengan Oppa itu sungguh sangat menyakitkan…”

Yonghwa mengurai pelukannya lalu mengusap airmata dipipi kekasihnya. “Jangan mengatakan hal seperti itu. Kamu tidak akan mati secepat itu, tidak tanpaku. Kamu akan mati jika tua kelak setelah kita memiliki cucu-cucu yang cantik-cantik.”

Seohyun menatapnya, air mata kembali membasahi pipinya. “Saranghe oppa..chinca saranghanda…mianhe..baru mengatakan ini kepadamu sekarang…membayangkan tidak bisa mengatakan ini padamu…membuat hatiku sakit…aku ti..”

Yonghwa kemudian membungkam mulut Seohyun dengan sebuah ciuman, menyalurkan rasa aman kepadanya. Yonghwa mencium Seohyun dengan lembut dan penuh cinta. Mendengar ucapan cinta Seohyun padanya mebuat hatinya buncah dengan kebahagiaan.

Ciuman itu baru usai ketika dia mendengar suara deheman. Ternyata Kakek Seohyun, Taecyeon dan Yoona telah berdiri diruangan itu tanpa mereka sadari. Yonghwa buru-buru melepaskan pelukannya pada Seohyun lalu berdiri di sisi tempat tidur Seohyun, memberi ruang kepada Tuan Park untuk mendekati cucunya.




Meanwhile, diruangan VVIP lain di Seoul Hospital

Joo Jii Hoon memandangi istrinya yang terbaring lemah, Tertidur. Dia meraih tangan istrinya dan menggenggamnya.

Dokter telah mengatakan padanya bahwa kandungan istrinya yang masih berbilang minggu tidak dapat dipertahankan. Dia sedang memikirkan bagaimana reaksi istrinya jika mengetahui dirinya hamil namun kehilangan pada waktu bersamaan.

Wajah cantik itu bergerak, lalu matanya membuka.

EunHye melihat suaminya sedang memandanginya. Dia tersenyum dan mencoba bangun dari tidurnya. Joo Jii Hoon membantu sang istri.

“Yoebo…” Eun Hye memeluk suaminya, merasa hangat dengan kehadirannya. Entah sejak kapan dia mulai mencintai lelaki yang menjadi suaminya ini, dia tidak tahu pasti. Tetapi ketika dia diculik, dia akhirnya tahu perasaannya pada suaminya sangat kental. Dia kaget ketika dia mendengar suara isak tangis, dia mengurai pelukannya dan mendapati suaminya menangis.

“Jii Hoon Oppa…”

Joo jii Hoon menghapus airmatanya. “Mengetahui dirimu diculik sungguh membuatku kalut dan sakit, jika boleh memilih aku ingin sekali menggantikanmu…kamu tahu aku sangat mencintaimu…saranghe Eun Hye, saranghanda babe…” Joo Jii Hoon menarik tubuh istrinya kedalam pelukannya.

Eun Hye tersentuh dengan perkataan suaminya. Suaminya yang sangat jarang mengungkapkan perasaannya dan mendapati reaksi suaminya hari ini membuatnya tersentuh.

Dia kemudian mendongakkan kepalanya keatas, menatap wajah suaminya lalu membuka bibirnya memantikan sang suami menciumnya. Penantiannya tidak lama ketika Joo Jii Hoon menurunkan wajahnya dan mencium istrinya penuh dan hangat. Mengungkapkan segala perasaan cintanya melalui ciumannya.

“Calon bayinya tidak dapat diselamatkan.” Gumam Joo Jii Hoon diatas kepalanya sambil menciumi rambutnya beberapa saat kemudian ketika mereka kembali saling berpelukan di atas tempat tidur di rumah sakit itu.

Eun Hye mengangguk, dia tahu jika dirinya hamil. Kenyataan bahwa cabang bayinya gugur membuatnya sedih namun di sisi lain dia yakin jika kelak Tuhan masih akan kembali menganugerahkan seorang bayi kepadanya. Yang harus dilakukannya sekarang adalah menjadi lebih tegar demi keluarganya, demi ayahnya, demi suaminya dan demi adiknya.





Masih di @Seoul Hospital, 09.00 PM

Yonghwa berbaring disamping Seohyun dan memeluk tubuh kekasihnya itu.

“Oppa, tidak apa kita seperti ini?”

“Dee Hyunnie, tadi aku telah meminta izin kepada haraboji, biar aku yang menjagamu disini dan dia mengijinkan hal itu…” Dia ingat ketika dia meminta izin untuk menemani Seohyun di rumah sakit, dia mengatakan jika hal itu bukan untuk Seohyun tetapi untuknya, dialah penyebab Seohyun diculik, itu kenapa dia juga harus memastikan bahwa efek penculikan itu tidak besar bagi Seohyun, Seohyun-nya. Tuan Park yang mengerti perasaannya kemudian mengijinkannya, meski kedua kakak Seohyun pada awalnya menolak.

“..lagian ini di rumah sakit Hyunnie, memangnya apa yang bisa kita lakukan?”

“Ahh..Oppa..joengmal…” Seohyun memukul tangannya yang sekarang berada di atas tangan Seohyun di perut Seohyun.

“Mianhe Hyunnie..chinca mianhe..untuk semua kejadian seharian ini, ayo kita menganggap kejadian ini tidak pernah terjadi, yah…”

Seohyun memiringkan wajahnya ke samping tepat berhadapan dengan wajah Yonghwa yang berbagi 1 bantal dengannya. Dia menatap mata yang sarat kekhawatiran tentangnya, tentang kondisinya, dia kemudian menganggukkan kepala. “Dee…”

“Semua ketakutan itu, semua kejadian yang membuatmu ngeri meski tidak bisa kau hilangkan tapi cobalah untuk melupakannya, yah Sweetheart…”

“Dee…”

“Karena mulai kini aku janji mimpi buruk itu tidak lagi mendatangimu. Meski tidak bisa menjagamu 24 jam, tetapi yakinlah Hyunnie, aku akan mengawasimu…”

“Oppa…”

Yonghwa memajukan mukanya dan mencium kekasinhya.

Mereka kemudian tertidur saling berpelukan. TOP yang masuk kemudian, mendapati mereka tertidur dengan posisi saling berpelukan tertawa pelan, lalu menari selimut dan menutupi tubuh keduanya. Dia kemudian berbalik keluar ruangan.


I didn't hear you leave,
I wonder how am I still here
I don't want to move a thing,
It might change my memory

Oh I am what I am,
I'll do what I want, but I can't hide
I won't go, I won't sleep,
I can't breathe, until you're resting here with me
I won't leave, I can't hide,
I cannot be, until you're resting here with me

I don't want to call my friends,
They might wake me from this dream
And I can't leave this bed,
Risk forgetting all that's been

Oh I am what I am,
I'll do what I want, but I can't hide
I won't go, I won't sleep,
I can't breathe, until you're resting here with me
I won't leave, I can't hide,
I cannot be, until you're resting here with me

(Here with me – DIDO)





@Cheong Wa Dae (Istana Kepresidenan Korea)

Di kamarnya Yonghwa memikirkan kembali ucapan TOP tadi siang di Seoul Hospital. Seohyun sedang ditemani Yoona, bersiap-siap untuk keluar dari rumah sakit ketika TOP memanggilnya untuk berbicara di lobby rumah sakit.

“Aku mencintai adikku, dan selalu berharap dalam hidupnya hanya ada kebahagiaan. Berdoa semoga kelak ada orang yang mencintainya sedalam rasa cintaku padanya bahkan lebih, dan aku bersyukur ketika doaku ternyata dikabulkan oleh Tuhan dengan mengirim dirimu untuknya. Di kalangan orang-orang seperti kita, menemukan cinta sejati itu seperti menemukan jarum dalam tumpukan jerami. Ketika semua orang memandang kita hanya dari materi dan segala status social yang kita punya, sungguh akan sangat beruntung jika ada yang mencintai kita apa adanya diri kita. Dan jujur aku menemukan itu pada dirimu…”

“…Melihat kemesraan kalian, melihat betapa sayangnya kamu padanya membuatku iri sekaligus syukur. Akhirnya aku bisa melepaskan adikku pada seseorang yang bertanggunjawab dan mencintainya, begitu kata batinku. Namun dengan kejadian penculikan ini, sepertinya aku menimbang kembali ucapanku. Aku tidak pernah meragukan cintamu kepada adikku, hanya saja cintamu dan keselamatannya adalah dua hal yang berbeda…”

“..kamu tahu mengapa dia memiliki fhobia pada ruang gelap, itu karena kejadian 11 tahun yang lalu, saat itu dia berumur kurang lebih sepuluh tahun ketika rumah peristirahatan kami dimasuki mafia yang merupakan suruhan lawan bisnis uri haraboji. Dirumah itu hanya ada orangtuaku dan Hyunnie. Aku, Taec dan kakek sedang pergi memancing. Orangtuaku dibunuh dan Uri Hyunnie disekap di ruang gelap, hanya bisa mendengar suara rintihan Omma dan Appa dari ruangan itu. Itu kenapa dia sangat takut pada ruang gelap…”

“..dan penculikan ini kembali membangkitkan traumanya, kembali mengorek luka lama yang mungkin mulai sembuh namun berdarah lagi. Aku menceritakan semua ini agar kamu jelas dengan masa lalunya. Aku ingin kedepannya kamu lebih memerhatikan keselamatan dia. Memastikan dirinya dalam perlindungan yang baik… .”

“…Aku mengikuti perkembanganmu dan tahu jika saat ini kalian sedang berada di bawah tekanan. Tuan President dan dirimu sedang berperang dengan sesuatu dan itu sangat membahayakan bagi Seohyun terlebih jika mereka tahu Seohyun adalah kekasihmu. Aku tidak melarang hubungan kalian, hanya saja apa tidak lebih baik jika demi keselamatan Seohyun untuk sementara waktu kamu menjauh darinya. Secara fisik saja, misal jangan menemuinya. Kalaupun kamu ingin berhubungan dengannya via telpon saja. Sampai segalanya usai. Aku kenal adikku dengan baik, sekali dia mencintai, dia akan selalu setia dengan pasangannya jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun, meski berpisah jarak denganmu, dia akan tetap mencintaimu… .”

“…Aku berharap kamu mempertimbangkan omonganku ini.”

Yonghwa menghela nafas panjang, kembali menyadari keberadaannya. Jarum jam telah menunjuk pada pukul 02.30 AM dan dia belum bisa mengatupkan mata. Yah, semua ucapan TOP benar, jika selalu beredar di dekat-dekat Seohyun di kondisi seperti saat ini, itu sangat membahayakan Seohyun.

Yah, benar. Untuk sementara dia seharusnya menghindari Seohyun sampai segalanya reda. Sampai ayahnya menunaikan tugasnya dengan baik.

Dia kemudian meraih HPnya dan menekan sebuah nomor. Agak lama baru kemudian panggilannya mendapat tanggapan.

“Ahh..hyung, tidak bisakah menelponku jika pagi telah tiba, hyung sadar tidak ini jam berapa?” disebrang sana Jonghyun terdengar menggerutu dengan suara yang serak pertanda dia sedang tertidur ketika teleponnya berbunyi.

“Aku hanya ingin mengatakan bahwa besok persiapkan segala berkas akusisi hotel di LA itu. Aku akan kesana dan untuk sementara tinggal disana mengurusi pengambilalihan hotel…”

“..Chinca??”

“Dee, aku akan berangkat dalam dua atau tiga hari ini…”

Hyunnie, maafkan keputusanku ini tidak melibatkanmu, tapi aku yakin kamu akan mendukungnya. Karena hanya ini jalan yang terbaik untuk kita saat ini. Batinnya.




To Be Continued : Part 11






Author’s Note :


Anneyong haseyo…it’s Me SJ..^^

Mianhe chingu…
Mungkin mulai edisi ini Behind The Scene Drama “Imagine” (in Real Life) akan sering gak muncul, soalnya SJ bingung sendiri mau nulis apa lagi di bagian itu..heheheh..mianhe…
Honestly pada saat nulis episode 10 ini aku lagi gak berada dalam kondisi fit (a.k.a sakit) jadi otaknya rada blank..hehehe..tar kalo di episode berikutnya SJ ada ide di bagian BTSnya, tar tayang kembali kok.

Dan buat para Goguma’s yang mungkin lagi kangen ma Yong & Seo, lagi sebal sama mereka karena pada sibuk ma partner kerja masing-masing. SJ just wanna say keep fighting, and lebih yakin ajha ma mereka, Yongseo is real, yongseo everlasting. And remember this; this is just for fun okey. Jangan gara-gara suka ma Yongseo, kalian-kalian pada suka ngebashing, suka mencaci maki antara fandom masing-masing, suka merendahkan idol yang lainnya yang dipasangin atau yang di gosipkan ada hubungan ma Seo atau ma Yong…hehehhe…Honestly itu bukan kelakuan orang yg memiliki tingkat intelektual yang tinggi dan attitude yang baik. Cukup para elit politik kita ajha yang suka berkelahi, yg tingkahnya suka pada norak, kita jangan sampai seperti mereka…hehehe..mending tenaga kalian digunakan untuk hal-hal bermutu, seperti menuliskan khayalan-khayalan indah kalian tentang mereka menjadi sebuah FF, itu justru jauh lebih bermanfaat karena siapa tahu dengan itu, kalian akhirnya bisa menjadi seorang penulis handal..heheheh…
(Beneran suka miris ajha melihat obrolan di beberapa fandom couple idol korea yang suka pada berkelahi, ngeluarin kata-kata kasar, bikin serem bacanya..hikksss…T.T)

Last but not least SJ cuma mo bilang gini ; Meski gak suka sesuatu tetap saja kita tidak boleh membenci karena itu sangat tidak adil..okey..^_*

Luv u all..stay healty…^^



.SJ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar