Selasa, 28 Juni 2011
A GIFT (FF One Shoot YongSeo)
Lead Cast :
Jung Yong Hwa (CN Blue)
Seo Joo Hyun (SNSD)
Other Cast :
Tiffany, Hyoyeon (SNSD)
KyuHyun (SUJU)
Opening Theme Song : YOU & Me - LifeHouse
.PROLOG.
Seohyun melangkah dalam diam. Semilir angin senja membelai rambut panjangnya, Hawa dingin menerpa tubuhnya yang hanya terbalut sweater tipis. Sudah hampir seminggu dia di Jeju, menikmati sejuknya udara pulau Jeju. Mencoba memulihkan kondisi jiwanya sebelum dia kembali ke Seoul dan memulai lagi rutinitas hariannya seperti biasa. Dan bersiap untuk sesuatu yang mungkin akan menyakiti perasaannya namun kali ini dia bisa memastikan dialah yang akan keluar jadi pemenang, bukan perasaannya.
Untuk mengisi waktu luangnya kadang-kadang dia menikmati sore di dermaga tua ini, sekedar melihat sunset. Seohyun menarik nafas panjang. Tiba-tiba lamunannya terbang ke masa lalu, menyusuri sepenggal kenangan yang tertinggal di Seoul.
***
.SATU.
“Aku bukan aktor murahan…” Yonghwa tidak bergeming. Ia tetap berdiri tenang di muka jendela, matanya memandangi rintik hujan yang sedang mengguyur Seoul siang itu.
“Tidak ada yang menganggapmu aktor murahan?” Tiffanny menatap jengkel adiknya itu. “Aku cuma minta tolong. Mengertikah kau dengan kata-kata minta tolong?”
“Noona…” Yonghwa berbalik menatap Tiffany dengan mata mendelik.
Tiffany menghela nafas, mencoba untuk tetap sabar. “Arasho… uri Hyunnie yang meminta tolong padamu…”
Yonghwa bergumam jengkel, kalau mau minta tolong kenapa mesti pakai perantara?
“Kenapa bukan dia yang menemuiku?”
“Yah..” Tiffany berteriak putus asa, “Bagaimana dia bisa menemuimu jika sikapmu menjengkelkan seperti ini…”
“Seperti apa??” Yonghwa berkata acuh tak acuh.
“Seperti sekarang ini…” Tiffany tidak bisa lagi menahan kesabarannya, sepupunya ini jika seperti ini bisa sangat menjengkelkan. “Tidak bisakah kau bersikap lebih bersahabat? Lebih peduli pada sekitarmu? Jangan pasang muka sangar seperti itu, orang-orang bisa berpikir biarlah kiamat tiba asal tidak berada didekatmu…”
Yonghwa kembali melemparkan pandangan sinis kepada kakaknya itu. “Noona kalau kemari hanya untuk membahas kelakuanku, noona buang-buang waktu, aku masih banyak urusan yang lain dan lagi kenapa dia harus meminta tolong padaku, kenapa tidak pada orang lain saja, kenapa harus aku??”
“Cuma kamu yang bisa membantunya Yonghwa-ah!” Tiffany membujuk. “Tidak ada orang lain, pilihan itu jatuh padamu…”
“Lalu aku mesti bangga begitu…” ejek Yonghwa sinis.
“Yonghwa-yah, Noona memohon padamu, sekali ini tolonglah dia…”
Suara Tiffany sudah berada pada titik nada terendah. Matanya menatap penuh permohonan, seperti mata seorang bocah yang minta diberi permen.
Berbohong demi kebaikan. Yonghwa tersenyum geli. Bohong tetaplah bohong menurutnya, apapun bentuknya dan bagaimanapun orang-orang mendefenisikannya. Setahunya sesuatu yang dimulai dengan keburukan pasti berakhir buruk pula, resiko terkecilnya adalah orang-orang tidak lagi menaruh kepercayaan padanya.
“Kalau aku tidak mau?”
“Biarpun hatimu terbuat dari batu, aku yakin kamu mau. Hyoyeon-ah sedang depresi Yonghwa-yah, satu-satunya orang yang mungkin bisa memberikannya kebahagiaan adalah dirimu.”
“Kenapa Noona berpikir seperti itu?”
“Tunangannya menipunya, meninggalkannya di hari pernikahannya dan keluarganya harus menanggung malu, dia benar-benar tidak punya muka lagi di luar sana, dia tidak berani beraktifitas kembali di muka umum tanpa resiko digunjing oleh orang-orang. Kita adalah teman terdekat yang dimiliki oleh mereka. Bahkan Hyoyeon-ah adalah sahabatmu, apa susahnya menjalankan peran sebagai kekasihnya, kalian sudah kenal dengan baik selama ini…Dan akan kulakukan apapun yang kau inginkan, kau tahukan mereka sudah seperti saudara kita, jika tidak ada Hyunnie Noona pasti su..”
“Noona tidak perlu menceritakan dongeng itu lagi ditelingaku…” putus Yonghwa cepat, sebelum Tiffany menggelar lagi kisah kepahlawanan dua orang bersaudara tetangga mereka.
Yonghwa masih ingat dengan jelas, hari itu Seohyun menyelamatkan kakaknya itu dari kecelakaan yang mungkin akan menimpanya jika saja tidak ada Seohyun yang menarik tubuhnya kepinggir ketika sebuah mobil melaju dengan kencang ke arahnya tanpa dia ketahui.
“Lantas mengapa kau tidak ingin membagi kebahagiaan kepada mereka…”
“Tidak dengan cara ini Noona, ini adalah cara tergila yang pernah aku tahu…”
“Ayolah Yonghwa-yah, sampai orang-orang melupakan kejadian itu saja. Sampai uri Hyo bisa mengangkat wajahnya lagi di depan orang-orang…”
“Andwe…”
“Kamu serius tidak mau membantu mereka?”
“Dee..” Tegas Yonghwa sekali. “Tidak dengan cara seperti yang Noona dan Hyunnie inginkan…”
“Arasho…” Tiffany bangkit setelah merasa sia-sia berharap hati Yonghwa akan lumer. “Tapi tolong tetap pikirkan kemungkinannya yah…”
Lama Yonghwa menatap kakaknya, lalu mengangkat bahu tidak yakin dengan permintaan kakaknya itu.
***
.DUA.
Berhari-hari Yonghwa menunggu, namun Seohyun tidak pernah menemuinya langsung. Tiffany juga menunggu, bahkan mendesak agar adiknya berubah pikiran dan mau menerima tawaran episode satu babak itu. Namun Yonghwa tidak dapat digoyahkan cuma dengan bujukan. Untuk itu dia mendatangi Seohyun agar Seohyun mau menemui Yonghwa dan meminta padanya.
“Temui dia Hyunnie…”
“Untuk apa Onnie? Untuk mendengar penolakannya…”
“Siapa tahu kalau kamu bicara dia akan mendengarkanmu, dia akan mempertimbangkan permintaanmu…”
Seohyun menghela nafas panjang.
Ketika pertama kali ide ini terlintas di kepalanya dia sudah tahu akan seperti ini hasilnya. Dia kenal Yonghwa dengan baik, namja yang juga seniornya di Fakultas kedokteran sekaligus teman dekat dia dan kakaknya sejak kecil itu tidak akan semudah ini menerima permintaan mereka. Lalu jika kemudian pada akhirnya dia berani meminta tolong itu karena dia tidak lagi tahu apa yang harus diperbuatnya.
Mereka berempat selain tetanggaan juga sahabat dekat sejak dari kecil. Tiffany yang paling tua, lalu Yonghwa dan Hyoyeon yang berusia sama dan setingkat di sekolahan, terakhir sang maknae Seohyun. Yonghwa yang satu-satunya namja diantara mereka selalu keluar jadi pelindung mereka. Tiffany hampir mirip sifatnya dengan Hyoyeon, sama-sama periang, fashionable, supel dan sangat ramah. Yonghwa, sebagai laki-laki dia lebih terkesan dingin dan sedikit tertutup, tetapi jika berada diantara temannya dia dikenal dengan kejahilannya. Yang terakhir Seohyun, lebih pemalu, tertutup dan sedikit kaku. Hanya orang-orang terdekatnya yang bisa bercanda dengannya, dan hanya Yonghwa yang selalu menjahilinya.
Namun ketika beranjak dewasa hubungan mereka tidak lagi seakrab dulu. Tiffany sibuk dengan butiknya. Sekembalinya dari paris seusai belajar tentang fashion disana dia pulang dan langsung membuka butik sendiri. Hyoyeon, yang masih kuliah di Fakultas Hukum memilih merencanakan menikah muda dengan kekasihnya yang keempat yang baru setengah tahun dipacarinya. Yonghwa yang memang sejak menginjakkan kaki dibangku High School tidak pernah lagi bercengkrama dengan mereka dan lebih memilih bergaul dengan teman lelakinya, sibuk dengan kuliahnya di tingkat akhir fakultas kedokteran yang akan dilaluinya dengan magang di Rumah sakit universitas. Begitupun dengan Seohyun yang baru saja menapaki tahun keduanya di fakultas yang sama dengan Yonghwa.
Tetapi musibah selalu datang tanpa diduga. Di hari pernikahannya Hyoyeon ditinggal pergi oleh sang kekasih dengan membawa buku tabungan, mobil dan kartu kreditnya. Sakit karena dibohongi dan keluarganya yang menanggung malu dihadapan ribuan tamu sang anak gadis tidak jadi menikah, membuat Hyoyeon depresi, dunia tidak lagi indah dalam pandangannya.
Dia tidak lagi mau kuliah dan sibuk mengurung diri di kamar. Orangtua dan adiknya bingung melihat kondisinya. Mereka mencoba memanggil psikolog handal tetapi hasilnya sia-sia.
Seohyun kemudian terpikir, jika kakaknya memiliki seorang kekasih atau namja yang baru bisa jadi dia akan melupakan kejadian buruk itu. Jika kakaknya memiliki kekasih baru lagi, gunjingan orang-orang itu akan reda pada akhirnya. Yah, hal yang harus mereka lakukan sekarang adalah membuat kakaknya memiliki hubungan baru lagi dengan seorang namja.Dan satu-satunya namja yang dia kenal, yang juga kenal dengan kakaknya dan mungkin mau menjalani episode satu babak ini adalah Yonghwa.
“Temui Yonghwa-yah, hyunnie…” desak Tiffany lagi. Ketika dia menceritakan rencananya kepada Tiffany, Tiffany menyetujuinya dan bersiap membantunya membicarakan rencana itu pada adiknya tetapi sang adik ternyata menolaknya mentah-mentah.
Seohyun mengalihkan matanya memandang keluar café, tempat mereka bertemu sekarang. Demi kakaknya dia akan melakukan apapun, tapi hatinya yang lemah tak cukup kuat jika harus menemui Yonghwa dan memohon padanya.
Dia sendiri heran kenapa ketika usai mengatakan rencana ini dan memikirkannya masak-masak, dia baru sadar pada perasaannya, pada cinta yang selama ini dimilikinya. Dia mencintai pria itu, pria yang berhati baik yang meski rajin menjahilinya tetapi juga menjadi orang pertama yang selalu menolongnya, selalu melindunginya, membantunya dengan semua kesulitan-kesulitannya. Dan dia jatuh cinta padanya.
***
.TIGA.
Ternyata harapan Seohyun meski harus mengorbankan perasaannya terkabul. Yonghwa datang dan menemui Hyoyeon. Seohyun memang tidak berada disana pada saat Yonghwa datang, tetapi Ommanya telah menceritakan semuanya padanya. Dan untuk pertama kalinya sejak sebulan kejadian itu, Hyoyeon akhirnya keluar dari kamarnya. Seohyun senang, teramat senang malah. Dia memeluk kakaknya yang terlihat begitu lemah, kakaknya pada akhirnya tersenyum.
Hari-hari berikutnya dan selalu bertepatan ketika Seohyun tidak ada dirumah, sedang kuliah, Yonghwa rutin menemui kakaknya, Ommanyalah yang selalu bercerita tentang kunjungan-kunjungan rutin Yonghwa yang meski tidak lama tetapi mampu membangkitkan cahaya hidup pada Hyoyeon.
Tapi pada suatu hari, di hari minggu yang cerah, Seohyun tidak sedang kuliah, Yonghwa datang dan mengajak Hyoyeon untuk keluar, sekedar menikmati udara segar di seputar Seoul. Dan Hyoyeon menyanggupi keinginan Yonghwa.
“Kenapa tidak ikut dengan kami Hyunnie?” suara itu terdengar hangat di telinga Seohyun, dia tahu dihatinya ada yang merembes, sakit.
Dia hanya bisa tersenyum dengan manisnya, dia menolak ikut dan mengganggu date antara kakaknya dan Yonghwa, kakaknya hari itu terlihat sangat cantik dan sangat cocok dengan Yonghwa.
Dan ketika keakraban antara kakaknya dan Yonghwa semakin bertambah, ketika Hyoyeon kembali terlihat begitu hidup, sudah mulai kembali kuliah pula dan mempersiapkan tugas akhir kuliahnya. Ada yang luruh di hati Seohyun, benar-benar luruh. Dia ternyata tidak kuat dengan kenyataan bahwa kakaknya pada akhirnya menjadi kekasih seseorang yang dicintainya. Seseorang yang membuatnya ingin memilih profesi yang sama dengannya. Yah, sejak dulu di hatinya hanya ada Yonghwa. Tetapi jika demi kebahagiaan kakaknya dia rela melepaskan cintanya. Dia harus melepaskan perasaannya.
“Kamu melamun…” Kakaknya dengan wajah cerah mendekatinya.
Seohyun mengangkat wajahnya dari buku yang sedang dipangkunya tetapi tidak mampu dibacanya. Konsentrasinya buyar memikirkan perasaannya yang merana.
“Aniiya onnie…” dia tersenyum pelan kekakaknya. “Onnie terlihat cantik hari ini, onnie mau keluar yah dengan yong oppa? Pasti mau ngedate?”
“Ayo ikut dengan kami, mau yah…yah…” melihat percik penuh harap diwajah kakaknya membuat Seohyun, meski dengan perasaan berat terpaksa memenuhi permintaan kakaknya.
Dia ke kamarnya di lantai dua untuk kemudian merapikan wajahnya lalu mengganti pakaiannya namun tetap memakai pakaian kasual. Lalu kembali turun menemui kakaknya dan juga yonghwa yang sudah ada disana.
“Ayo kita pergi sekarang…”
Seohyun memilih menunduk, mencoba sebisa mungkin menghindari kontak mata antara dia dengan Yonghwa. Karena entah mengapa dia sering mendapati ada yang lain di binar mata Yonghwa ketika memandangnya.
Ternyata selain Seohyun, mereka juga mengikutsertakan Tiffanny yang meminta dijemput di butiknya. Mereka berempat kemudian memilih menonton film di bioskop sore itu. Keberuntungan atau kebetulan, pengaturan kursi mereka menempatkan Yonghwa duduk disamping Seohyun. Sepanjang film berlangsung Seohyun betul-betul tidak mampu menahan debur jantungnya, dia merasa sesekali di tengah film itu berjalan Yonghwa melemparkan pandangan ke dirinya. Dan anehnya, berhubung mereka memutuskan untuk melihat film horror, jika Seohyun berteriak ketakutan, Yonghwa pasti refleks menangkannya dengan mengenggam jemarinya, membuat perasaannya melambung ke angkasa karena genggaman hangat itu namun itu hanya berlangsung untuk sedetik karena detik berikutnya ingatan tentang kakaknya menjatuhkan rasa itu dan membuatnya menarik tangannya dari genggaman Yonghwa.
Dia tahu perasaan yang dimilikinya salah, dia tidak boleh seperti ini. Kelakuannya ini akan membunuh kakaknya, apa jadinya jika kakaknya yang sudah bahagiah dengan Yonghwa menjadi sedih lagi karena sang adik datang dan merebut cintanya. Itu kenapa seusai acara nonton bersama itu, dia mulai menghindari mereka tepatnya menghindari Yonghwa. Jika kebetulan dia bertemu dengan Yonghwa di kampus dan Yonghwa menawarkan untuk mengantarnya pulang, dia memilih berkilah dengan berbagai alasan untuk menolak ajakan itu. Ketika Yonghwa datang kerumahnya bertepatan dengan adanya dia juga dirumah itu, dia memilih bersembunyi di kamarnya.
“Kenapa menghindariku? Apakah aku melakukan hal yang salah?” Yonghwa yang kemudian menangkap ada yang berubah pada dirinya, akhirnya mencegatnya di kampus dan menanyainya.
Seohyun yang ditemui dan ditodong pertanyaan seperti itu terbeliak kaget dan tidak mampu melakukan apapun. Dia memilih menunduk dan memainkan bolpoin yang kebetulan masih di pegangnya.
“Aku tidak tahu apa salahku Hyunnie, tapi aku rasa aku telah memenuhi permintaanmu namun bukannya berterimahkasih kamu malah menjauhiku, seperti membenciku…”
“Aniiya oppa, aku tidak membenci oppa…”
“Lalu mengapa aku merasa jika kamu menghindariku. Kamu tidak pernah lagi ingin kuantar pulang, kamu tidak pernah lagi ingin menemuiku jika aku main ke rumahmu, kamu tidak pernah lagi memandang mataku jika berbicara denganku. Kenapa?”
Seohyun yang tidak tahu harus menjawab apa memilih diam. Bertahan dengan kediamannya untuk waktu yang lama. Beruntung seorang temannya meneriakinya untuk masuk di kelas karena kuliah akan dimulai.
“Aku akan selalu datang menagih jawabanmu Hyunnie…” ucap Yonghwa sebelum Seohyun sempat berkata apapun sambil berlalu pergi meninggalkan siluet punggungnya untuk Seohyun. Seohyun hanya mampu menghela nafas panjang.
***
.EPILOG.
Dan disinilah dia sekarang.
Ketika hatinya semakin berteriak sedih dan memilukan, ketika dia takut untuk serangan Yonghwa yang berikutnya, dia memilih pergi. Dengan alasan lagi libur kuliah dia izin kepada orangtuanya dan juga kakaknya untuk menghabiskan liburannya di Jeju, di rumah pamannya.
Kakaknya tidak boleh menderita lagi, dia harus bahagiah. Biar bagaimanapun sedihnya, dia pasti bisa mengatasinya.
Seohyun masih asyik memandangi lembayung senja untuk beberapa saat, dan ketika berbalik Seohyun terbelalak kaget. Sebuah tubuh tegap yang meski tidak ingin mengakuinya namun sangat dirindukan oleh hatinya sedang berdiri tak jauh darinya, pemuda yang nyaris tidak ada cacatnya, nyaris sempurna. Pantas untuk dicintai. Tepat untuk melabuhkan sebuah hati. Sejak kapan dia tiba disini?
Seohyun menghela nafas. Akhirnya memang harus ada penyelesaian juga. Tiba-tiba hatinya berdesir kencang.
“Anneyong Hyunnie…” Suara itu terdengar hangat.
Senyum manis terkembang di wajah Yonghwa. “Kamu tak menyangka saya bisa datang kesini bukan?” ia mendekat tersenyum tipis. “Hyunnie lari dari masalah itu bukan tindakan bijaksana …”
Ha…berani-beraninya dia bilang begitu, batin Seohyun.
“Siapa bilang aku lari dari masalah? Aku cuma ingin istirahat disini…” Bantah Seohyun sinis. Senyum Yonghwa melebar.
“Jangan bohongi diri sendiri…itu namanya munafik…” tukas Yonghwa santai. Bola mata Seohyun membesar, dia jauh-jauh datang kemari cuma untuk mengejek dan mengguruinya saja.
“Hyunnie, udara sore ini tampaknya sayang kalau dilewatkan begitu saja, bagaimana kalau kita jalan-jalan?”
Seohyun sudah akan menolak, tapi Yonghwa tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada Seohyun untuk menolak keinginannya. Dia menarik tangan Seohyun meski gadis itu terlihat enggan. Akhirnya mereka berdua berjalan disekitar dermaga tua itu.
“Hyoyeon-ah menceritakan semuanya padaku…” Yonghwa menghentikan langkahnya di bibir dermaga, dimana pemandangan sunset terlihat sangat indah di depan sana. “…termasuk bagaimana sebenarnya perasaan adiknya padaku…”
“Maksud Oppa?”
“Apa aku perlu merinci detailnya Hyunnie? Aku tidak tahu bagaimana bisa dengan otak yang kau miliki itu kau bisa lolos di fakultas kedokteran..”
Seohyun membalikkan tubuhnya dengan marah. Kakinya melangkah panjang-panjang, berbalik ke rumah pamannya.
“Eit nanti dulu…” Dia tidak bersiap ketika Yonghwa mengejarnya dan mencekal tangannya. “Sebelum kuijinkan kamu tidak boleh kabur lagi. Kali ini silahkan jawab pertanyaanku.”
“Apa yang ingin oppa ketahui? bahwa aku hanya anak yang bodoh yang kebetulan lulus dan kuliah di fakultas kedokteran?” sungut Seohyun jengkel.
“Kamu tahu dengan pasti bukan itu yang ingin aku ketahui…”
“Lantas apa??”
“Benarkah semua yang dikatakan oleh Hyoyeon-ah?”
“Onnie mengatakan apa?” tantang Seohyun.
“Bahwa kamu menyukaiku?”
Seohyun sesak nafas tiba-tiba.
“On..nie..nga..wur…” ucap Seohyun terbata, mencoba membela diri.
“Kalau dia ngawur berarrti isi diarymu juga ngawur?”
Seohyun bagai disengat ular, Kakaknya membaca diarynya?? Astaga…
Dia tak mampu berbuat apa-apa lagi, seandainya dia bisa menghilang, dia memilih menghilang sekarang juga di hadapan Yonghwa.
“…Kau tahu mengapa aku menolak permintaanmu karena aku tahu dengan pasti perasaan apa yang kumiliki padamu, dan aku juga tahu bahwa perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. Mengetahui isi diarymu dari Hyoyeon bagiku itu cuma info tambahan. Tapi selama ini aku pikir kamu juga sudah tahu dengan pasti bagaimana perasaanku padamu. Dan ketika mendengar rencanamu pertama kalinya jujur aku marah Hyunnie, aku merasa tidak dianggap olehmu, itu kenapa aku bertahan menolaknya.” ia memandang wajah Seohyun dengan tatapan kecewa. Seohyun menghela nafas panjang dan melayangkan pandangan ke arah sunset, sengaja menghindari tatapan Yonghwa.
“Apa aku salah jika aku hanya ingin mencintaimu? Bukan yang lainnya dan untuk alasan apapun. Aku kemudian menunggumu datang padaku dan memintaku melakukan itu, tetapi kamu tidak pernah datang padaku. Beruntung kamu tidak datang karena aku bermaksud mengungkapkan perasaanku padamu jika kamu datang dengan permintaanmu itu…”
“Tapi itu tidak adil bagi onnie…” Seohyun menyahut pelan.
“Kamu salah Hyunnie…sejak dulu tidak ada cinta di antara kami, dan kami tahu itu dengan pasti. Kamu saja yang begitu bodoh dan sok tahu…”
“Oppa…” Seohyun membantah tak senang.
“Aku dan Hyo hanya memiliki perasaan sayang sebagai saudara satu sama lain, kenapa kemudian dia begitu nyaman berada di dekatku lebih karena dia tahu aku tidak akan menyakitinya seperti lelaki yang lain yang di kenalnya. Tapi sekarang semuanya usai, dia telah menemukan lelaki yang betul-betul mencintainya apa adanya dirinya.”
“Maksud Oppa??”
“Inilah akibatnya kalau kamu suka sekali lari dari masalah….”
“Oppa…”
“Arashoo…Aku dekat dengan Hyoyeon dalam beberapa bulan ini, selain karena ingin menghiburnya, aku juga membantunya menemukan sebuah cinta yang baru. Adalah Kyuhyun, sahabat kami di High school yang sejak dulu mencintai Hyo tapi tidak pernah bisa mendapatkan cintanya, aku mempertemukan mereka kembali, dan membantu meyakinkan Hyo kalau Kyu tidak akan menyakitinya seperti lelaki pengecut itu. Akhirnya Hyo membuka hatinya, dan sekarang mereka mencoba membangun hubungan mereka bersama. Aku baru saja akan menagih upahku, eh kamu keburu menghilang. Beruntung Hyo tahu kemana kamu pergi, dan dia kemudian memberitahukannya kepadaku termasuk bagaimana terlukanya perasaanmu melihat kedekatan kami..hmmm, awas saja kalau dia tidak mau berbagi informasi padaku…”
Yonghwa kemudian berbalik menjauh dari Seohyun. Dia melangkah ke ujung dermaga sambil merenggangkan kedua tangannya lebar-lebar, menghirup udara sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya pelan. “…Andai saja tidak harus rutin datang magang di rumah sakit, sudah dari beberapa hari yang lalu aku menyusulmu kesini…udaranya segar yah Hyunnie…”
Yonghwa berbalik memandang Seohyun yang masih tercengang menatapnya, otaknya masih sibuk mencerna semua ucapan Yonghwa tadi.
Dia lalu mengingat ketika kemarin sore dia menelpon kakaknya, suaranya memang terdengar sangat gembira dan bahkan menyuruh Seohyun untuk memperpanjang liburannya. Inikah maksud perkataan kakaknya?
Yonghwa kemudian berjalan mendekatinya. “Hyunnie saranghanda…sejak dulu hingga sekarang dan aku berharap selamanya selalu hanya dirimu…”
Seohyun merasa begitu lelah, menahan perasaan cinta kita itu adalah hal yang paling melelahkan. Dia butuh tempat bersandar sekarang. Dan ketika Yonghwa menghampirinya, memeluknya. Dia meerebahkan dirinya dengan pasti di dalam dekapan Yonghwa.
“Oppa, Saranghe…mianhe..chinca mianhe..untuk semua kebodohanku…”
“Lain kali cobalah untuk memikirkan perasaanmu sendiri…”
Yonghwa kemudian mengurai pelukannya lalu mendekat ke wajah Seohyun. Dia mengusap wajah itu pelan, menyelipkan rambut seohyun kebelakang telinga lalu mendekatkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya ke bibir Seohyun. Cahaya lembayung yang mulai redup-redup diganti dengan remang-remangnya malam menimpa tubuh mereka.
“Chinca saranghe…” Yonghwa berbisik lembut saat merangkul tubuh dan mengajak Seohyun berlalu dari dermaga tua itu.
....
'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to prove
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you
There's something about you now
I can't quite figure out
Everything she does is beautiful
Everything she does is right
'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to lose
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you
and me and all other people with nothing to do
Nothing to prove
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you....
(You & Me - LifeHouse)
.End.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah nice story thor ^^
BalasHapusyongseo jjang !!
baru baca...
BalasHapuskeren eon.. salut banget ma karya2nya..
bagus..ngena banget.