Rabu, 14 Desember 2011

Seri SJ & Friends : FLIPPED








.FLIPPED.



SJ Entertainmet Proudly Present :


_Seri SJ and Friends : FF OneShoot Basic on Movie_


.FLIPPED.


Lead Cast :

Seo Joo Hyun (SNSD)
Jung Yong Hwa (CN Blue)


Main Cast :

JongHyun (CNB)
Im Yoona (SNSD)
Hyun Ah (4 Minute)
Kwon Yuri (SNSD)





Opening Theme Song : Nikka Costa – My First Love









.PROLOG.

First impression




Hari itu hari libur, saat Seo Joo Hyun melihat sebuah mobil box besar datang tepat di belakang sebuah mobil keluarga. ‘Ada tetangga baru’ pikirnya. Tanpa banyak berpikir, ia berlari menuju rumah seberang. Dia ingin melihat mungkin tetangga barunya butuh bantuan.

Seo Joo Hyun berhenti di bagian belakang mobil box dan melihat ada dua laki-laki disana. Yang satu berusia setengah baya, yang satu lagi anak-anak yang mungkin seusianya.

“Anyonghaseyo, namaku Seo Joo Hyun. Aku tinggal di seberang jalan. Aku akan membantu kalian…” ucap Joo Hyun cepat. Kedua lelaki di dalam mobil menengok ke arahnya.

“Oh…anyong…aku Jung So Man, ini putraku Jung Yong Hwa..” Pak Jung menyambut. Dia terdengar tidak terlalu ramah. Tapi Joo Hyun tidak memperhatikan itu.

Seo Joo Hyun memperhatikan laki-laki kecil di depanku. Anak kecil itu tingginya hampir sama dengannya. Ia memakai kaos warna biru pastel, salah satu warna favoritnya. Matanya terpaku sejenak pada mata coklat tajam milik Yong Hwa kecil. Seperti ada sesuatu di matanya. Dia menyukai mata Yong Hwa. Dia jatuh cinta pada mata Yong Hwa.

“Ada yang bisa saya bantu Ahjussi??” Joo Hyun menawarkan jasa.

“Kami tidak butuh bantuan, Nak. Pulanglah!!! Ibumu pasti cemas mencarimu…” Tuan Jung menjawab.

“Aku sudah meminta ijin ibuku untuk bermain di luar, dan aku diijinkan. Karena tidak ada yang aku lakukan, aku memilih membantu kalian…” Joo Hyun menatap satu persatu laki-laki di hadapannya.

“Sama sekali tidak perlu, Nak…”

“Tapi aku sangat ingin membantu…” tegas Joo Hyun sambil mulai melihat tumpukan barang di sekelilinya. Berharap menemukan sesuatu yang bisa dibawa tangan kecilnya.

“Yong Hwa-yah, masuk ke dalam!! Mungkin ibumu butuh bantuan…” Tuan Jung memberi perintah kepada anaknya. ‘Mungkin kalau tidak ada anak kecil lain, gadis kecil ini akan pulang ke rumahnya’, pikir Jung So Man.

Jung Yong Hwa mengangguk dan segera berlari menuju dalam rumah. Dia tahu ayahnya ingin gadis kecil itu tidak mengganggu mereka. Menurutnya Seo Joo Hyun sangat keras kepala dan tak kenal basa-basi. Dia juga tidak mau diganggu olehnya.

Joo Hyun tidak mau kehilangan mata yang disukainya. Dan pemilik mata itu tentu saja. Joo Hyun kecil mengikutinya keluar dari dalam mobil. Mengejarnya, kemudian menarik bahunya. Yong Hwa terhenti karena tarikan Joo Hyun dan reflek membalikkan badan ke arah Joo Hyun. Entah bagaimana tiba-tiba mereka berakhir berpegangan tangan. Saat itulah dada Joo Hyun mulai berdegup kencang. Mereka bergandengan tangan! Joo Hyun mengingat kejadian itu dalam slow motion. Dia merasa saat itu Jung Yong Hwa menyukainya, dan akan memberinya ciuman pertama.

Seo Joo Hyun memimpikan ciuman pertamanya sejak ia mendengar kisah tentang Sleeping Beauty beberapa tahun silam. Bahkan saat dia masih terlalu kecil untuk memahami apa itu ciuman dan apa makna ciuman untuk seseorang. Dia hanya ingin ciuman, seperti dongeng. True love kiss.

“Hai, anyong little girl!!! Kau teman baru Jung Yong Hwa kami??” Seorang wanita muncul di hadapan mereka. Ibu Jung Yong Hwa. Yong Hwa segera berlari ke arah ibunya dan berlindung di punggungnya. Joo Hyun memandang mereka berdua dengan lemas. Dia merasa ciuman pertamanya tidak akan terjadi saat itu.






_0o0_





Dua hari berikutnya, Seo Joo Hyun melihat Jung Yong Hwa memasuki ruang kelasnya. Tanpa pikir panjang ia segera berlari menyongsong teman barunya. Terlalu bersemangat, ia memeluknya.

“Yah!!! Yong Hwa-yah, kamu disini…” ucap Joo Hyun riang.

Yong Hwa terkejut dengan ucapan selamat datang dan pelukan Joo Hyun yang tiba-tiba. Dia mencoba melepaskan diri, namun gagal. Semua mata di kelas itu memandang mereka. Bertepuk tangan dan bersiul. Mereka memang masih sangat muda, tapi kebanyakan sudah mengenal kata “suka” atau “naksir”. Mereka masih di tingkat 3 sekolah dasar.

Kejadian “pelukan” Joo Hyun dan Yong Hwa menyebar dengan cepat. Anak baru memang cenderung mudah dikenal kan? Apalagi ditambah berita heboh tentang pelukan itu. Kepopuleran pasangan itu terus berlanjut bertahun-tahun kemudian. Seo Joo Hyun selalu dikaitkan dengan Jung Yong Hwa, begitupun sebaliknya.

Jung Yong Hwa tidak menyukai keadaan itu. Dia tidak menyukai Joo Hyun. Sejak awal pertemuan mereka. Bahkan sampai sekarang.

Seo Joo Hyun sebaliknya, sangat menyukai olok-olok teman-temannya. Dia menyukai Jung Yong Hwa sejak pertama. Dia selalu teringat kejadian saat “bakal ciuman”nya yang gagal saat pertama bertemu Jung Yong Hwa, dan berharap ciumannya akan terjadi sesegera mungkin. Dia selalu tersenyum dan menyapa Yong Hwa kapanpun dan dimanapun mereka berpapasan. Dia memilih duduk di sebelah Yong Hwa saat jam makan siang di sekolah, dan mengajaknya bermain saat jam istirahat. Dia menyukai apapun yang Yong Hwa kenakan. Dia bahkan menyukai wangi shamponya yang beraroma semangka. Dia bisa mencium bau itu karena ia duduk tepat di belakang Jung Yong Hwa.






_0o0_





Mereka berdua duduk di tingkat 8 saat Jung Yong Hwa berusaha melepaskan diri dari Seo Joo Hyun. Dia memilih untuk mengajak Kim Hyun Ah, gadis tercantik dan terpopuler di sekolah untuk berkencan.

Mengapa Kim Hyun Ah??? Karena Yong Hwa tahu Seo Joo Hyun tidak menyukai Hyun Ah. Joo Hyun menganggap Hyun Ah adalah yang anak orang kaya, cantik, tapi suka menggoda pria, kecentilan, dan hanya bisa bicara hal-hal yang membosankan.

Bagi Jung Yong Hwa, bisa mendekati Kim Hyun Ah punya dua keuntungan sekaligus. Dia bisa dekat dengan gadis paling populer di sekolah. Yang kedua, karena Seo Joo Hyun membenci Kim Hyun Ah, mungkin dia akan membencinya juga karena dia berkencan dengan Hyun Ah. Dia selalu berada di sekitar Hyun Ah. Di kantin, di perustakaan, di sela-sela waktu istirahat. Dia akan semakin bersemangat menunjukkan kedekatan dengan Hyun AH saat ada Joo Hyun di sekitarnya. Dia bahkan menggandeng tangan Hyun Ah saat melewati Joo Hyun yang berdiri di depan lokernya.

Tapi siksaan untuk Joo Hyun itu tidak berlangsung lama. Kim Hyun Ah mengetahui rencana dibalik pendekatan Yong Hwa kepadanya. Yong Hwa menerima tamparan di pipi kirinya untuk itu. Joo Hyun tidak sengaja melihat adegan itu dari kejauhan. Ia tersenyum. ‘Akhirnya Yong Hwa kembali kepadaku’ batinnya.






_0o0_




Bab 1. Pohon




Tahun-tahun berlalu.

Sekarang mereka duduk di tingkat 10 Geumcheon National School di Gasan Dong. Mereka juga tetap bertetangga, namun tidak merubah keadaan. Seo Joo Hyun terus memelihara rasa sukanya pada Jung Yong Hwa. Jung Yong Hwa tetap saja tidak memandang Joo Hyun sebagai gadis yang bisa ia sukai. Mereka bertemu setiap akan berangkat ke sekolah, karena mereka menunggu bis sekolah di tempat yang sama. Rumah yang berhadapan memungkinkan mereka sering bertemu muka. Tapi semuanya sama saja sejak bertahun-tahun lalu. Joo Hyun selalu menyapa Yong Hwa setiap ada kesempatan. Yong Hwa hanya membalas dengan senyuman dan anggukan. Tapi tanpa pernah bercakap-cakap lama.

Dan Sudah menjadi kebiasaan Seo Joo Hyun sejak bertahun-tahun silam. Setiap pagi saat menunggu bus sekolah, dia akan naik ke pohon ara besar yang ada di belakang halte itu.

Seo Joo Hyun mulai memanjat pohon ara itu untuk mengambil layang-layang milik Jung Yong Hwa yang tersangkut. Sejak menikmati pemandangan dari atas pohon saat itu, dia tergila-gila pada pohonnya.

Pohon itu, bagi Seo Joo Hyun, adalah pohon paling cantik di dunia. Seo Joo Hyun menikmati setiap detik saat ia berada di pohon itu. Menikmati terpaan angin di wajah dan rambut panjangnya. Menikmati pemandangan hijau pinggir kota. Agak jauh dari gedung-gedung bertingkat dan pusat-pusat industri. Ini adalah salah satu keuntungan tinggal di Geumcheon Gu, gedung-gedungnya tidak setinggi bangunan di distrik lain seperti Itaewon atau Gangnam.

Hampir setiap pagi dia menyempatkan diri memanjat pohon untuk menikmati matahari terbit. Memperhatikan sinar matahari mulai menembus awan, dan sinarnya mulai menerangi dunia. Dan saat menjelang senja, bila dia sempat, dia akan naik kembali ke pohon itu dan menikmati matahari terbenam dari atas pohon. Menikmati perubahan warna langit dari biru menjadi jingga,,dari jingga menjadi abu-abu gelap. Melihat senja dengan berbagai warna. Kadang ungu dan merah jambu, kadang merah dan orange. Dia mencintai pohon itu. Pohon itu adalah salah satu hartanya yang berharga.

“Dua blok…satu setengah blok…satu blok…” Seo Joo Hyun menginformasikan kepada teman-teman di halte yang menunggu bus sekolah bersamanya. Dia menghitung mundur perjalanan bus yang menuju ke halte mereka dan melaporkannya secara live untuk anak-anak lain. Setiap hari sejak masih duduk di bangku sekolah dasar ia sudah menikmati rutinitas memanjat pohon dan laporan lalu lintas kedatangan bus.

Jung Yong Hwa merasa kebiasaan memanjat pohon Seo Joo Hyun adalah hal yang tidak biasa karena Joo Hyun anak perempuan. Dan menjadi menyebalkan saat setiap pagi dia dan teman-temannya harus menikmati laporan kedatangan bus dari atas pohon. Itu sangat konyol. Berulangkali Joo Hyun mengajaknya naik ke atas pohon bersamanya, tapi Yong Hwa selalu menolak dengan berbagai alasan.

Sampai suatu hari di saat Joo Hyun bersiap melaporkan kedatangan bus sekolah seperti biasanya, sekelompok pekerja taman datang menuju pohonnya.

“Nak, bisakah kau turun??? Kami akan menebang pohon ini…” Bapak pekerja taman berteriak kepada Seo Joo Hyun dari bawah.

“Bapak tidak bisa menebangnya!!! Pohon ini sangat berharga untuk penduduk Gasan Dong…” Joo Hyun menjawab dengan yakin pendapatnya sama dengan pendapat penghuni kawasan itu. Dan yang paling penting, dia tidak mau kehilangan pohonnya.

“Kami tahu nak, tapi pemilik lahan disitu ingin membereskan lahannya untuk dibangun rumah baru…”

Petugas itu selesai bicara tepat saat bus sekolah datang.

“Tapi pohon ini tidak boleh ditebang!!! Pokoknya tidak boleh…” Joo Hyun mulai terisak.

“Turunlah nak!! Kau bisa dihukum karena mengganggu pekerjaan kami…” petugas itu tetap memaksa.

“Teman-teman, tolonglah, naiklah pohon ini bersamaku!!! Kalau banyak yang mempertahankan pohon ini, mereka pasti tidak akan menebangnya…” Joo Hyun sangat panik. Dia memohon kepada teman-teman di bawahnya. Dan pada akhirnya dia kecewa, tak satupun mendengarkan kata-katanya. Dia memandang anak-anak di bawahnya mulai masuk ke dalam bus. Isakannya semakin keras. Ia kemudian melihat Yong Hwa yang mendongakkan kepala ke arahnya.

“Yong Hwa-yah Jeball, naiklah pohon ini!!! Tidak perlu naik setinggi aku, hanya sedikit saja. Jeball…” ucapnya putus asa.

Menyakitkan bagi Joo Hyun, Yong Hwa menolak membantunya. Yong Hwa hanya memandang Joo Hyun dengan bimbang. Di satu sisi ia merasa kasihan pada Joo Hyun. Di sisi lain, dia tidak dapat memahami, bagaimana dahan-dahan pohon bisa sangat berarti untuk gadis itu. Dia melemparkan pandangan menyesal untuk Joo Hyun, kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam bus. Dia ingin membantu Joo Hyun, tapi dia juga tidak ingin meninggalkan kelas hanya untuk membantu Joo Hyun dan pohonnya.

Pagi itu sudut kota itu ramai orang yang tertarik melihat seorang gadis berusaha mempertahankan sebuah pohon. Orang-orang yang berlalu lalang memperlambat langkah atau laju mobil demi tidak melewatkan momen itu. Beberapa wartawan pun tidak melewatkan peristiwa itu dan mulai membuat berita.

Seo Joo Hyun turun beberapa jam kemudian dengan bercucuran air mata, saat bujukan ayahnya berhasil mencairkannya. Namun kesedihannya berlanjut. Dia tidak masuk sekolah sampai keesokan harinya karena terus menangisi pohonnya.

Walaupun setelah itu dia kembali ke sekolah, dia tidak lagi bersemangat seperti biasa. Bahkan Jung Yong Hwa tidak bisa membuatnya tersenyum. Seakan-akan tidak ada lagi hal yang penting lagi di dunia. Pikirannya selalu ada pada pohonnya.

Dua minggu kemudian, ayahnya datang menghadiahkan sebuah lukisan pohon untuknya. Pohon yang cantik, tinggi, dan berdahan kokoh. Dengan latar belakang suasana matahari terbit yang berwarna kuning dan hangat. Lukisan pohonnya.

“Ayah tidak ingin kau melupakan perasaanmu saat kau ada di atas pohon itu…” kata Pak Seo sambil memandang mata putrinya.

Seo Joo Hyun tersenyum. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain memeluk ayahnya dan membisikkan ucapan terimakasih untuknya.

Sejak saat itu, setiap harinya dimulai dan diakhirinya dengan memandang lukisan pohonnya.






_0o0_





Kakek Lee tinggal di rumah keluarga Jung sejak setahun belakangan. Dia kesepian tinggal di rumahnya di Incheon karena istrinya, nenek dari Jung Yong Hwa, telah meninggal. Kakek Lee adalah sosok yang pendiam, menurut Yong Hwa. Mereka tidak pernah bercakap-cakap seperti layaknya keluarga. Kakek Lee lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca di kamarnya, atau duduk memandang keluar dari kursi goyangnya di ruang keluarga.

“Yong Hwa-yah, kau berteman dengan Seo Joo Hyun??” Kakek Lee tiba-tiba menyapanya saat melihat Yong Hwa masuk ke ruang tengah.

“Aku tahu dia, tapi kami tidak berteman…” Jawab Yong Hwa sambil duduk di kursi di samping kursi kakeknya. Yong Hwa heran, sejak kapan kakeknya mengenal Joo Hyun.

“Mengapa kalian tidak berteman??”

“Entahlah…” Yong Hwa menjawab sambil menggerakkan bahunya. “Kakek harus mengenal Seo Joo Hyun. Dia sangat aneh…”

“Aku ingin mengenalnya…” ucap kakek Lee.

“Mengapa??”

“Gadis itu punya hati sekeras baja…”

“Hati sekeras baja? Aku rasa dia hanya keras kepala dan suka memaksa…”

“Benarkah itu??”

“Dia menguntitku sejak kami duduk di tingkat dua…”

“Gadis seperti itu jarang ada dimana-mana…”

Kakek Lee mengambil surat kabar hari itu dari meja sudut, kemudian memperlihatkannya kepada Yong Hwa.

“Bacalah tanpa prasangka apapun!!” Ucap kakek Lee. “Dia gadis yang unik dan luar biasa…” Kakek Lee berujar. Yong Hwa hanya tersenyum. Kata unik mungkin tepat untuk Joo Hyun, tapi luar biasa?? Dia belum menemukan makna pernyataan kakeknya.

“Bila nenekmu ada disini, dia pasti akan memanjat pohon itu bersama Seo Joo Hyun…” Pandangan kakek Lee menerawang ke luar jendela seperti biasa saat dia mulai merindukan almarhum istrinya.

Yong Hwa mengambil surat kabar itu. Dia hanya membaca judulnya. Tentang Joo Hyun yang bersikeras tetap di atas pohon saat pohon ara itu akan ditebang. Dia tidak membaca lebih lanjut dan memilih melempar surat kabar itu ke mejanya. Merasa telah cukup tahu siapa Seo Joo Hyun yang sebenarnya.









_0o0_






Bab 2. Telur




Di akhir masa tingkat 8, semua siswa diwajibkan mengerjakan project ilmiah yang akan menjadi salah satu poin penilaian kenaikan kelas. Hasil project ilmiah para siswa juga akan dipamerkan untuk acara bersama wali-wali murid.

Dalam project itu, Seo Joo Hyun mengamati perkembangan telur ayam, mulai dari hari pertama telur keluar dari induk ayam, sampai menetas. Dan saat telur-telur ayam itu menetas, Seo Joo Hyun mulai jatuh cinta pada ayam-ayamnya.

Joo Hyun bersikeras memelihara ayam-ayamnya walaupun awalnya ibunya melarang. Akan ada banyak hal yang harus dilakukan bila mereka memelihara ayam. Memberi makan, membersihkan kandang, terganggu celotehan ayam, dan lain sebagainya, namun karena Joo Hyun berjanji akan memeliharanya sendiri tanpa merepotkan orang tuanya, ibunya akhirnya mengijinkan.

Beberapa bulan kemudian saat ayam-ayamnya mulai bertelur, rumah keluarga Seo mulai kebanjiran telur ayam. Mereka menyimpan beberapa keranjang kecil ayam di dalam kulkas. Memasak telur ayam setiap hari, sampai benar-benar bosan.

Hal yang menguntungkan bagi Joo Hyun, beberapa tetangganya tertarik membeli telur-telur ayamnya. Masalah kelebihan telur terpecahkan, bahkan ada keuntungannya karena Joo Hyun bisa mendapatkan sedikit penghasilan dari sana.

Seo Joo Hyun kemudian juga membagikan telur-telur untuk tetangga depan rumahnya, keluarga Jung. Selama ini Ibu Jung selalu baik kepada keluarganya, jadi dia berpikir ini adalah salah satu bentuk balas jasa. Lagipula mungkin ia akan bertemu dengan Jung Yong Hwa bila mengantarkan telurnya. Mendengar Yong Hwa berucap “anyonghaseyo” dan “kamsahamida” cukup membahagiakan untuknya.

Keluarga Jung menerima dengan baik telur-telur ayam Joo Hyun.

“Joo Hyun baik sekali membawakan telur untuk kita…” Ibu Jung membuka percakapan malam itu.

“Tapi aku tidak mau makan telur, Omma…” Yong Hwa menyahut.

“Kenapa??” tanya ibunya. Jung Yong Hwa hanya tidak mau makan apapun yang berhubungan dengan Seo Joo Hyun, tapi tidak mungkin menjadikan itu sebagai alasan.

“Ibu sudah lihat halaman mereka?? Mereka bahkan tidak punya rumput. Halaman nya penuh lumpur dan kotoran ayam…” Yong Hwa menjawab.

“Bagaimana kalau telur-telur ini mengandung salmonella?? Aku tidak yakin mereka menerapkan standar yang tinggi dalam pemeliharaan ayam-ayamnya…” Tuan Jung berucap. Wabah salmonella sedang ramai diperbincangkan diantara warga sekitar mereka.

“Yong, besok kembalikan telur-telur Joo Hyun, katakan saja keluarga kita tidak terlalu menyukai telur ayam. Kita harus menjaga dari resiko sakit…” Tuan Jung memerintahkan anak laki-lakinya. Yong Hwa hanya menatap ayahnya. Mulai mencoba menyusun kata yang akan diucapkannya di depan Joo Hyun. Sebenarnya Yong Hwa takut bicara dengan Joo Hyun, tapi dia harus mengembalikan telur-telurnya.

Hari berikutnya, Jung Yong Hwa belum menemukan kata-kata yang tepat untuk mengembalikan telur-telur Joo Hyun, tapi karena telur-telur itu harus segera lenyap dari dapur ibunya, dia memilih jalan pintas. Dia memilih membuang telur itu ke tempat sampah.

Seo Joo Hyun kembali mengirimkan telur ke rumah keluarga Jung satu minggu kemudian. Dan minggu berikutnya. Dan minggu berikutnya lagi. Hal yang sama terus berulang selama hampir dua tahun. Tidak rutin setiap minggu seperti awal-awal, tapi Joo Hyun selalu mengantarkan bila ada kelebihan telur. Yong Hwa selalu sigap membukakan pintu dan menerima telur-telur dari Joo Hyun.

“Kamsahamida…sampai jumpa di sekolah…” hanya ucapan singkat Yong Hwa seperti itu yang membuat Joo Hyun kembali lagi mengirimkan telurnya.

Pagi itu, dua minggu setelah kejadian tragedi pohon Ara, semangat Joo Hyun sudah kembali berkat hadian lukisan dari ayahnya. Seperti sebelumnya, Joo Hyun mengantarkan telur ke rumah keluarga Jung sebelum berangkat sekolah. Dan seperti biasa, Jung Yong Hwa telah siap membukakan pintu untuknya dan menerima telur-telurnya.

“Anyonghaseyo…”

“Anyonghaseyo Joo Hyun-ah…”

Joo Hyun kemudian mengulurkan telur-telurnya ke tangan Yong Hwa.

“Siap untuk naik bus sekolah lagi???” Yong Hwa bertanya. Sejak kejadian pohon ara, Joo Hyun tidak pernah lagi melewati halte bus. Dia memilih naik sepeda ke sekolah, dan sedikit berputar asal tidak kembali mengingat pohonnya.

“Entahlah, sudah lama gak naik bis sekolah…” Joo Hyun menjawab.

“Sekarang tunggulnya sudah dipotong, jadi gak keliatan terlalu jelek…” Yong Hwa menambahkan. Joo Hyun hanya mengangguk-angguk.

“Okey, aku akan siap-siap ke sekolah. Sampai jumpa di sekolah…” Yong Hwa menutup pembicaraan sebelum menutup pintu.

Seo Joo Hyun masih bediri di teras rumah keluarga Jung saat mulai berpikir, mungkin memang ini saatnya kembali naik bis sekolah.

‘Mungkinkah Yong Hwa merindukanku, sampai memintaku naik bis sekolah lagi seperti dulu?’ Batinnya dan dia tidak bisa mencegah hatinya yang buncah senang karena kemungkinan itu. Dia tersenyum sendiri, dan sedang mulai berjalan ke arah rumahnya, saat tiba-tiba pintu rumah keluarga Jung terbuka.

Yong Hwa disana, membawa kantong sampah di tangannya. Yong Hwa sedikit terkejut Joo Hyun masih ada di halaman rumahnya. Kemudian sedikit panik menyadari telur-telur Joo Hyun ada di kantong sampahnya.

“Hai, kamu masih disini Joo Hyun..” sapa Yong Hwa kikuk. “Ini hari pengambilan sampah…” lanjutnya.

“Oh, ada yang bisa aku bantu??” Joo Hyun berjalan ke arah Yong Hwa menawarkan bantuan.

Seo Joo Hyun tersenyum kepada Yong Hwa. Kemudian dia terkejut saat melihat telur-telur di kantong sampah Yong Hwa. Masih berjajar rapi di atas keranjang kecil yang dibawanya tadi.

“Apa ini telur-telurku??”

“Oh..ehh..Nee..” Yong Hwa mulai salah tingkah. “Aku..aku mejatuhkannya…” dia mulai berbohong.

“Tapi telurnya tidak pecah, kenapa membuangnya???” Joo Hyun kecewa. Yong Hwa menunduk, memandangi telur-telur Joo Hyun di kantong, tidak tahu harus berkata apa.

“Apa kau tidak menginginkannya??” Joo Hyun menyelidik.

Yong Hwa tediam.

“Bukan aku…ayahku menganggap telur-telur ini tidak sebanding dengan resiko yang akan terjadi…” Yong Hwa mulai buka suara.

“Resiko?? Resiko apa??”

“Salmonella…”

“Kenapa?? Apa ayahmu takut keracunan??” Joo Hyun kembali bertanya.

“Joo Hyun, lihat halaman rumahmu kotor sekali seperti penuh dengan kotoran ayam..” Yong Hwa menjawab tanpa berpikir panjang. Yong Hwa tidak berpikir kata-katanya bisa menyakiti Joo Hyun.

“Itu tidak benar…” Joo Hyun membantah. “Aku membersihkan kotoran mereka setiap hari…”

“Kami hanya tidak ingin menyakiti hatimu..” Yong Hwa melirik pada Joo Hyun. Masih dengan kikuk.

“Apa kau selalu membuangnya??” Joo Hyun kembali bertanya. Yong Hwa diam tidak berani menjawab.

“Kau tahu?? Ibu Kim dan Ibu Baek membeli telur-telurku. Mereka membayar 1000 won selusin.” Ucap Joo Hyun sambil mengambil keranjang telur dari kantong sampah Yong Hwa.

“Aku tidak tahu…” Yong Hwa membela diri.

“Teganya kamu…” Joo Hyun menggelengkan kepalanya.

“Maafkan aku,,aku menyesal,,”

“Tidak. Aku pikir kamu tidak menyesal…” Joo Hyun menutup pembicaraan. Kemudian berlalu dari hadapan Yong Hwa.

Seo Joo Hyun berlalu menuju rumahnya. Dia berhenti sejenak di depan pintu, memandang halaman rumahnya. Memang benar apa kata Yong Hwa. Halaman rumahnya tidak terawat. Ilalang menjulang tinggi di beberapa sudut. Rumputnya tidak dipotong rapi. Tidak ada bunga-bunga bermekaran seperti normalnya halaman rumah. Dia berjanji dalam hati untuk segera memecahkan masalah halaman rumahnya.

Keluarga Seo bukan keluarga yang kaya. Mereka hidup cukup, namun tidak punya banyak sisa waktu dan uang untuk memikirkan masalah halaman rumah mereka. Selain menghidupi keluarganya, Tuan Seo juga harus menghidupi biaya perawatan adiknya yang memiliki keterbelakangan mental. Biaya perawatan di panti rehabilitasi mental memang tidak murah. Mungkin separo uang keluarga Seo habis untuk perawatan.

Hari berikutnya, Joo Hyun memulai proyek perbaikan halaman rumahnya. Dia mengerjakan semuanya seorang diri. Ayah dan ibunya sibuk bekerja, tidak mungkin membantunya. Tanpa diduga, bantuan datang dari tetangga depan rumah. Kakek Lee membantunya.

Untung bagi Joo Hyun, kakek Lee sangat tahu bagaimana caranya menanam rumput dan memasang pagar. Kakek Lee juga membantunya memotong semak dan mencabut ilalang. Mereka banyak bercakap-cakap selama bekerja.

Jung Yong Hwa dapat melihat keakraban Kakek Lee dan Seo Joo Hyun dari jendela dekat meja belajarnya. Itu membuatnya terheran-heran. Perbincangan Kekek Lee dan Joo Hyun selama satu jam, sepertinya lebih panjang daripada percakapan Yong Hwa dan kakeknya selama satu tahun. Kakeknya tidak banyak bicara, maka ia pun jarang menyapa kakeknya.









_0o0_






Bab 3. cinta




Sejak kejadian pagi itu, sikap Joo Hyun kepada Yong Hwa berubah sama sekali. Dia tidak lagi menyapa atau tersenyum kepada Yong Hwa. Bila Yong Hwa duduk di sampingnya, dia akan segera berlalu pergi dari kursinya. Joo Hyun tidak lagi berbisik kepadanya saat ia mengajaknya berbicara dari bangkunya. Sikapnya ini membuat Yong Hwa merasa sangat bersalah. Semakin Joo Hyun menghindarinya, semakin dia merasa buruk. Menurut Yong Hwa, lebih baik Joo Hyun menganggunya setiap hari daripada dia marah dan mengabaikannya.

Yong Hwa sering tanpa sadar mulai memperhatikan Joo Hyun. Dia ingin Joo Hyun kembali mengganggunya seperti dulu. Dia merindukan senyum dan tawa Joo Hyun untuknya. Dia ingin Joo Hyun menyapanya. Dia ingin Joo Hyun kembali mengantarkan telur ke rumahnya. Tapi itu hanya harapan Yong Hwa saja. Keadaan berbalik sekarang, Joo Hyun tidak lagi terlihat tertarik pada Yong Hwa.

Yong Hwa menemukan surat kabar pemberian kakeknya, kemudian mulai membaca berita yang termuat di dalamnya. Tentang Joo Hyun mempertahankan pohonnya. Berharap menemukan jawaban mengapa akhir-akhir ini dia ingin Joo Hyun bersamanya. Dan dia menemukan sesuatu disana. Seperti kata kakeknya, Yong Hwa dapat merasakan keteguhan hati dan semangat Joo Hyun.
Keesokan harinya, Yong Hwa tidak tahan lagi ingin berbagi tentang perasaan kepada sahabatnya, Lee Jong Hyun. Mereka berbincang di sudut perpustakaan yang sepi.

“Apa??!!! Kamu menyukai Seo Joo Hyun?? Apa kamu tidak sedang bermimpi??? Kamu kan membencinya???” Jong Hyun terdengar kaget.

“Entahlah, Aku rasa aku tidak membencinya. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Sepertinya aku menyukainya, mungkin lebih dari suka…”

“Sadarlah Yong, ini bukan perasaanmu yang sebenarnya. Kau hanya merasa bersalah soal telur-telur nya. Dan kamu memang benar, halaman rumahnya sangat kotor…”

“Itu sama sekali bukan kesalahan Joo Hyun. Ayahnya punya adik idiot yang membutuhkan biaya perawatan mahal, itulah mengapa mereka tidak terlalu memperhatikan pengurusan halaman rumah mereka…” Yong Hwa mencoba membela keluarga Seo, menurutnya.

“Idiot?? Seharusnya itu menyadarkanmu tentang sesuatu. Paman Joo Hyun idiot, mungkin hal-hal aneh pada diri Joo Hyun itu keturunan keluarga!!” Jong Hyun meyakinkan Yong Hwa.

Yong Hwa tercengang. Heran mengapa Jong Hyun bisa berkata sekasar itu. Ingin rasanya dia menampar Jong Hyun yang telah menghina Seo Joo Hyun dan pamannya. Tapi dia tidak melakukannya. Dia hanya tertawa kecil mendengar perkataan Jong Hyun. Menampar Jong Hyun hanya akan membuat dia kehilangan sahabatnya.

Yong Hwa tidak tahu, di lorong yang lain, Seo Joo Hyun dan Im Yoon Ah mendengarkan percakapan mereka.

“Hyunnie, kamu tahu?? Jung Yong Hwa menyukaimu..” Im Yoon Ah tiba-tiba duduk di sebelah Joo Hyun dan berbisik di telinganya beberapa saat yang lalu.

“Itu tidak mungkin Yoona-ah. Yong Hwa membenciku…” Joo Hyun menanggapi sambil lalu. Dia melanjutkan membaca.

“Itu tidak benar. Aku pernah melihat dia memperhatikanmu saat kita di lab kimia.” Yoon Ah meyakinkannya. Joo Hyun mulai terusik. Dia memandang mata Yoon Ah.

“Aku melihat Yong Hwa menyelinap di lorong perpustakaan ini bersama Lee Jong Hyun. Mungkin itu bisa meyakinkanmu.”

Kemudian Yoon Ah menarik tangan Joo Hyun ke arah Yong Hwa dan Jong Hyun.

Jadi Seo Joo Hyun mendengar semuanya. Awalnya dia tersenyum bahagia ketika Yong Hwa bersikeras bahwa dia menyukai Joo Hyun. Tapi hatinya seketika kembali hancur saat Yong Hwa mengatakan pamannya idiot, dan dia ikut tertawa bersama Jong Hyun saat Jong Hyun mengatakan bahwa keanehannya mungkin sudah bawaan keturunan. Yoon Ah menepuk pundaknya pelan.

“Maafkan aku Hyuniie…” ucapnya setengah berbisik.

Joo Hyun memandang mata sahabatnya dan tersenyum. Kemudian air mata mulai mengalir dari kedua sudut matanya. Joo Hyun berlari keluar dari lorong, dan Jung Yong Hwa melihatnya. Tersadar dia kembali membuat kesalahan yang menyakiti hari Joo Hyun.






_0o0_





Sepulang dari sekolah, Joo Hyun mendapat kabar dari ibunya, keluarga mereka mendapat undangan makan malam dari keluarga Jung. Menurut ibunya, Ibu Jung merasa bersalah karena tidak mengundang mereka makan malam sejak bertahun-tahun silam saat mereka pindah ke rumah baru, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Joo Hyun tidak ingin hadir. Tapi melihat ibunya yang bersemangat membuat beberapa resep masakan untuk hantaran membuatnya mengurungkan niat. Joo Hyun tidak ingin melihat ibunya bersedih.

Keluarga Jung sebagai tuan rumah berusaha mempersiapkan segalanya sesempurna mungkin. Yong Hwa tidak ingin terlihat bersemangat, walaupun dalam hatinya dia sangat bersemangat. Dia pergi ke kamarnya di lantai dua untuk memilih baju mana yang akan dia kenakan. Yong Hwa mencoba beberapa baju, dan belum berhasil memilih mana yang cocok untuknya agar terlihat rapi, namun tidak terlau terlihat tampil menonjol menyambut Joo Hyun.

Saat melihat keluarga Seo menuju halaman rumahnya, dia segera memilih kemeja biru muda berpadu dengan blazer hitam. Cukup rapi untuk makan malam.

Yong Hwa telah berdiri di anak tangga paling bawah saat Kakeknya membuka pintu untuk keluarga Seo. Dia membungkuk hormat menyambut keluarga Seo, kemudian memandang Joo Hyun. Malam itu Joo Hyun tampil cantik dengan gaun koktail warna abu-abu muda. Bando dengan korsase bunga kecil menambah pesona rambut panjang bergelombangnya. Joo Hyun tersenyum kepada seluruh anggota keluarga Jung, tapi tidak pada Jung Yong Hwa.

Ibu Seo bergabung bersama Ibu Jung menyiapkan makan malam. Para pria bergabung menjadi satu membicarakan entah apa. Joo Hyun berniat menyusul yang lain ke dalam saat Yong Hwa memanggil namanya. Joo Hyun berbalik berjalan kembali ke arah Yong Hwa.

“Aku melihatmu lari keluar dari perpustakaan, Hyunnie... “ Yong Hwa membuka percakapan. “Perkataan Jong Hyun salah, aku tahu itu…” sambungnya.

“Kamu tahu kata-katanya salah saat dia mengucapkannya??” Joo Hyun masih belum menampakkan mimik muka bersahabat.

“Ya, tapi kami ada di perpustakaan. Aku tidak bisa meninju wajahnya…”

“Jadi kau memilih setuju dengannya dan tertawa…”

“Yeah…”

“Itu menjadikanmu seorang pengecut…” Joo Hyun menutup perbincangan mereka. Dia berlalu dari hadapan Yong Hwa dan bergabung bersama Kakek Lee dan ayahnya yang berbincang-bincang tentang teknologi tenaga surya.

Di akhir malam itu, Seo Joo Hyun merasa perasannya datar. Tidak ada letupan kemarahan, dan juga tidak ada debaran. Netral.






_0o0_







Sudah menjadi kebiasaan setiap tahun di acara ulang tahun sekolah, akan ada lelang amal. Objek yang dilelang adalah 20 anak laki-laki pilihan di sekolah lengkap dengan keranjang piknik makan siang. Jung Yong Hwa terpilih menjadi salah satu dari siswa yang terpilih.

“Hyun-ie, Yong Hwa akan jadi salah satu anak yang dilelang lho!! Dia pembawa keranjang nomor 9…” Im Yoon Ah mengabarkannya segera setelah melihat Joo Hyun masuk gerbang sekolah.

“Aku tidak peduli YoonA-ah…” Joo Hyun mencoba mengabaikannya. Namun Yoon Ah segera menariknya ke papan pengumuman sekolah. Joo Hyun segera menemukan anak-anak perempuan lain telah berkerumun disana. Memeriksa daftar 20 anak laki-laki yang bisa diincar berbagi makan siang. Termasuk juga Kim Hyun Ah, salah satu gadis yang bertahan populer sejak mereka duduk di tingkat dasar. Kim Hyun Ah sedang berdebat dengan Kwon Yu Ri memperebutkan Jung Yong Hwa. Joo Hyun memilih segera berlalu menuju kelasnya.

Sementara itu, Yong Hwa yang mendapat kabar dari Lee Jong Hyun bahwa dia terpilih bersama 19 anak lain menjadi “Pria Pembawa Keranjang”, dengan segera memikirkan kemungkinan Joo Hyun akan ikut lelang untuk menawar dirinya. Tapi dia segera menyadari, Seo Joo Hyun bukan orang yang akan tertarik ikut acara lelang itu.

“Kamu tahu Yong, Kim Hyun Ah dan Kwon Yu Ri memperebutkanmu!!” Jong Hyun dengan bersemangat memberitahunya. Ikut bangga sahabatnya populer di kalangan gadis-gadis cantik di sekolah.

“Aku tidak peduli, Jong Hyun-ah…”

“Apa kau sudah gila???? Gadis-gadis itu rela menyingkirkan siapa saja untuk makan siang denganmu, bung!!” Lee Jong Hyun berkata berapi-api.

Yong Hwa memilih diam. Berharap akan ada keajaiban, dan acara lelang amal itu tidak akan pernah terjadi.






_0o0_





“Yah!! Apa yang kamu lakukan disini??” Yong Hwa bertanya kepada Lee Jong Hyun yang bergegas masuk mencarinya di belakang panggung lelang. Acara sebentar lagi dimulai. Yong Hwa merasa sangat tegang.

“Seo Joo Hyun…” Jong Hyun berkata sambil terengah-engah, “Seo Joo Hyun ada di baris ketiga dari depan. Dan ada yang melihanya membawa banyak uang. Mungkin dia akan ikut lelang…” Jong Hyun menambahkan.

Dada Yong Hwa semakin bergemuruh kencang. Berharap impian makan siangnya bersama Joo Hyun menjadi kenyataan. Dia kembali memikirkan kemungkinan lain, bagaimana kalau Joo Hyun datang bukan untuk dirinya?? Bagaimana kalo Joo Hyun memilih makan siang dengan yang lain. Dia ingin sekali Joo Hyun menawar untuknya. Tapi dia juga cemas, bagaimana kalau Joo Hyun menawar dirinya, namun kalah oleh Hyun Ah atau Yu Ri??

Di kursinya, Seo Joo Hyun duduk dengan gelisah. Mulai menyesali keikutsertaannya dalam acara konyol ini. Sejak awal dia berniat tidak mengikuti acara lelang. Dia bahkan meninggalkan semua uangnya di rumah agar tidak tergiur melakukan penawaran apapun. Tapi dalam perjalanan ke sekolah, Ibu Baek memanggilnya dan membayar uang telur dan sedikit bonus.

“Tidak perlu Miss Baek, anda bisa membayar telurku besok…” Tolaknya.

“Sudahlah sayang, mumpung kita bertemu disini…” Jawab Ibu Baek. “Ini bonus untukmu dan kamu bisa menggunakannya dengan membeli kaos atau rok renda yang sedang ngetrend sekarang…” tambahnya.

Sia-sia Joo Hyun menolak. Ibu Baek buru-buru masuk kembali ke dalam rumahnya sambil melambaikan tangan.

Uang di tangannya membuatnya tergiur untuk ikut lelang. Akan lebih bagus kalau dia bisa menawar Jung Yong Hwa untuknya. Walaupun dia harus bersaing dengan Kim Hyun Ah dan Kwon Yu Ri yang berkantong lebih tebal, dia akan merasa puas hanya dengan mampu melelang.

Satu demi satu peserta lelang maju bersama keranjang makan siang mereka dan berhasil terjual. Jung Yong Hwa dan Seo Joo Hyun sama-sama tegang menanti saat untuk nomor sembilan. Namun kejadian tak terduga menghampiri mereka.

Pembawa kerajang nomor 8, Kang Min Hyuk terlihat sedikit gelisah karena tidak ada satu gadis pun yang menawar dirinya. Seo Joo Hyun mengenalnya. Mereka sama-sama di club science. Min Hyuk adalah anak yang pintar dan baik hati. Joo Hyun melihat Min Hyuk mulai gelisah di depan. Dia menunduk dan menggigit bibir bawahnya. Seo Joo Hyun serta merta mengangkat tangannya mengajukan tawaran.

“8000 won…” Joo Hyun berteriak memecah sunyi di ruangan itu. Joo Hyun segera menyesali tindakannya, karena bila tidak ada penawar lain, dan dia mendapatkan Kang Min Hyuk, dia akan kehilangan kesempatan menawar Jung Yong Hwa. Tapi itulah yang terjadi. Dia mendapatkan Kang Min Hyuk dan keranjang makan siangnya.

Yong Hwa yang berdiri di barisan pembawa keranjang tertunduk kecewa. Tanpa semangat dia maju ke depan. Dia mendengar Kwon Yu Ri dan Kim Hyun Ah bersaing memperebutkan dirinya. Dia tidak peduli siapa yang akan memenangkannya. Matanya hanya menatap kepada gadis di baris ketiga. Dia hanya menatap Seo Joo Hyun yang bersiap meninggalkan ruangan menuju Kang Min Hyuk yang berdiri di bawah panggung menunggunya.

Di jalan menuju cafetaria, Yong Hwa tidak mendengarkan segala celoteh Hyun Ah tentang liburan musim panasnya di Jeju Island. Pikirannya sibuk menganalisa, kenapa Seo Joo Hyun menawar Kang Min Hyuk, bukan dirinya.

Dia sangat ingin tahu.

Di tempat duduknya, Seo Joo Hyun menanggapi dengan serius cerita Kang Min Hyuk tentang penelitian terbarunya. Sesekali ia melirik ke arah Yong Hwa yang duduk di meja yang tak jauh dari mejanya. Yong Hwa terlihat tersenyum bersama Kim Hyun Ah.

Di sisi lain Yong Hwa tidak bisa berkonsentrasi. Dia sesekali melihat ke arah Joo Hyun yang menghadap ke arahnya. Sesekali ia tertawa bersama Hyun Ah agar gadis cantik itu tidak merasa diabaikan. Yong Hwa begitu iri kepada Kang Min Hyuk yang duduk beberapa meter di depannya. Kang Min Hyuk berbincang dengan Joo Hyun, tertawa bersama Joo Hyun.

Joo Hyun-nya.

Yong Hwa tidak dapat lagi menahan perasannya. Saat Hyun Ah memuji kelezatan kimbab buatan Ibu Jung, Yong Hwa berdiri. Dengan langkah mantap dan pandangan fokus, dia menuju meja Seo Joo Hyun dan Kang Min Hyuk.

Seo Joo Hyun terkejut menyadari kehadiran Yong Hwa yang tiba-tiba. Tanpa banyak kata, Jung Yong Hwa menarik Joo Hyun berdiri.

“Aku ingin bicara denganmu Joo Hyun-ah…” ucap Yong Hwa.

Mereka berdiri berhadapan sekarang. Di tengah riuh rendah pasangan-pasangan menghabiskan makan siang hasil lelang.

“Ada apa Yong Hwa???” Joo Hyun bertanya heran.

Yong Hwa tiba-tiba meletakkan kedua tangannya di bahu Joo Hyun.

“Yong Hwa-yah, ada apa denganmu??” Joo Hyun mulai ketakutan akan prilaku Yong Hwa.

Yong Hwa tidak berkata apa-apa. Dia menatap Joo Hyun ragu-ragu, kemudian mendekatkan wajahnya. Berusaha mencium Joo Hyun.

Seo Joo Hyun tidak mengira Yong Hwa akan memperlakukannya seperti itu. Benar dia menyukai Jung Yong Hwa sejak lama. Tapi dicium di depan semua orang sama sekali bukan impiannya.

Seo Joo Hyun berusaha membebaskan diri dari tangan Yong Hwa, kemudian berlari dengan air mata berlinang keluar dari cafetaria.

Yong Hwa terpaku di tempatnya berdiri. Di sekelilingnya, semua orang ramai bersuara.

“Kalau kau tidak bisa menciumnya, biar aku yang melakukan…” ujar entah siapa.

“Aku akan mengajarimu mencium gadis, Yong Hwa-yah…”

“Aku saja yang menciummu Yong…” riuh rendah anak-anak di cafetaria mengejeknya.

Yong Hwa kemudian berlari mengejar Joo Hyun yang telah menghilang dari ruangan. Lee Jong Hyun mengikutinya.

“Joo Hyun!!!” Yong Hwa memanggil Joo Hyun yang berjalan cepat menuju sepedanya.

“Joo Hyun!!! Bisakah kita bicara??” Joo Hyun tetap terdiam dan berlalu, meninggalkan Yong Hwa di belakangnya.

“Apa yang kamu lakukan, Yong???!!” Lee Jong Hyun berteriak kepada Yong Hwa.

“Tolong jangan ganggu aku Jong Hyunie!!” Yong Hwa berjalan menjauh dari Jong Hyun.

“Ada apa denganmu?? Kamu sedang berkencan dan makan siang dengan gadis paling cantik di sekolah, tapi kamu malah meningglkannya demi Seo Joo Hyun??”

“Kamu gak akan mengerti…” Yong Hwa berteriak melampiaskan emosi.

“Nee, Aku sama sekali tidak mengerti…” Lee Jong Hyun tak kalah berteriak. “Kita bicara tentang Seo Joo Hyun. Tetanggamu yang aneh. Gadis mimpi burukmu!! Gadis sok tahu!! Gadis kotoran ayam!!” Jong Hyun berkata dengan nada meremehkan dan mengejek.

Yong Hwa tidak tahan Jong Hyun menghina Joo Hun-nya. Dia mendorong Lee Jong Hyun. “Diam!!!” katanya.

“Kau sedang jatuh cinta???? Kau jatuh cinta dengannya?? Ada apa denganmu??”Lee Jong Hyun tidak mengira reaksi Yong Hwa akan seserius itu.

Alih-alih menjawabnya, YongHwa malah memutar balik dirinya dan segera meelsat pergi meninggalkan JongHyun yang masih terdiam tak mengerti.






_0o0_






Saat berjalan kembali ke rumahnya, Jung Yong Hwa hanya berpikir tentang Seo Joo Hyun. Dia mulai berpikir, mungkin Lee Jong Hyun benar. Dia jatuh cinta pada Seo Joo Hyun. Sangat jatuh cinta.

Sebelum kembali ke rumah, Jung Yong Hwa ingin menemui Joo Hyun. Dia melihat sepeda Joo Hyun ada di depan rumah, pertanda Joo Hyun sudah pulang. Dia mengetuk rumah keluarga Seo. Tidak ada jawaban. Dia menggedor lebih keras dengan intensitas lebih sering, tetap tidak ada jawaban.

“Seo Joo Hyun!!” panggilnya. “Seo Joo Hyun!! Keluarlah! Aku ingin bicara…”

Tetap tidak ada jawaban. Rumah itu sepi seperti tak berpenghuni.

Di dalam rumah, Ibu Seo kebingungan melihat putrinya yang tiba-tiba masuk ke rumah dengan menangis beberapa saat sebelumnya.

“Ada apa Hyunnie??" tanyanya sambil menatap Joo Hyun yang meringkuk di ranjangnya. Memeluk bantalnya sambil menangis.

“Kau bisa bercerita pada Omma, dear…” tambahnya.

Seo Joo Hyun menatap ibunya. “Jung Yong Hwa berusaha menciumku omma…” jawabnya.

“Benarkah?? Dia melakukannya??” Ibunya terheran. Dia tahu anaknya menyukai Jung Yong Hwa, dan menemukannya menangis ketika ingin dicium Jung YongHwa itu adalah aneh, Gadis tidak akan menangis jika dicium oleh orang yang disukainyakan??

“Nee Omma. Dia melakukannya di sekolah, di depan semua orang…” Joo Hyun belum menghentikan tangisnya.

Saat Yong Hwa mengetuk pintu mereka, Ibu Seo sedang bersama Joo Hyun. Ketika akan berdiri membuka pintu, Joo Hyun menahannya.

“Jangan ibu, jaeball…Itu mungkin Yong Hwa…” pintanya.

Tidak cukup menggedor pintu rumah keluarga Seo, Yong Hwa pun menelepon ke rumah keluarga Seo. Dia dan Seo Joo Hyun tidak cukup dekat untuk bisa saling bertukar nomor ponsel. Beruntung ibunya berteman dengan ibu Seo, jadi dia bisa minta nomor telepon rumah Seo kepada ibunya.

Tapi jawaban dari line telepon di seberang sana pun sama saja. Seo Joo Hyun tidak mau bicara dengannya.

Seharian penuh Yong Hwa tidak membiarkan Joo Hyun tenang di dalam rumahnya. Yong Hwa bahkan menyelinap ke belakang rumah dan menggedor jendela kamarnya dan tetap mencoba meneleponnya.

“Maaf Yong Hwa-yah, Joo Hyun tidak mau bicara…” Joo Hyun mendengar suara ibunya menjawab telepon Yong Hwa.






_0o0_







Satu minggu berlalu sejak Yong Hwa berhenti mengganggu Joo Hyun. Joo Hyun berjalan keluar dari kamar menuju ruang keluarga sambil menenteng bukunya. Dia duduk bergabung bersama ayahnya yang asik membaca surat kabar. Tiba-tiba dia mendengar suara-suara dari halamannya. Halamannya telah menjadi seperti normalnya halaman sebuah rumah. Dia bekerja keras bersama Kakek Lee beberapa berminggu-minggu sampai mendapatkan bentuk halaman rumah yang hijau dan tampak rapi terawat.

Seo Joo Hyun mengintip dari sudut jendela. Dia melihat Jung Yong Hwa di luar sana. Menggali lubang di halamannya. Merusak rumputnya.

“Appa…apa yang dia lakukan??” Joo Hyun bertanya pada ayahnya yang terlihat santai melihat Yong Hwa melakukan pekerjaannya.

“Tenangah Hyunnie, dia sudah minta ijin pada Appa dan Appa mengijinkannya…” Tuan Seo menjawab pertanyaan putrinya, kemudian matanya kembali memandang surat kabarnya.

“Appa memberi ijin untuk apa??? Membuat lubang di halamanku??? Merusak rumputku???” Joo Hyun bertanya lagi. Dia tidak menantikan jawaban ayahnya. Dia mengintip di sudut jendelanya saat Jung Yong Hwa tiba-tiba memadang ke arahnya.

Yong Hwa kemudian meletakkan sekopnya dan berjalan ke samping. Ke arah yang tidak bisa dilihat Joo Hyun dari ujung jendelanya.

Sedikit demi sedikit Joo Hyun melihat apa yang dibawa Yong Hwa. Sebatang pohon untuk ditanam di halamannya. Tanpa bertanya, dia tahu pohon apa yang dibawa Yong Hwa. Dia mengenal dengan baik bentuk daun itu.

Pohon ara.

Tanpa pikir panjang, Seo Joo Hyun segera keluar menuju halaman rumah. Dia menemukan Jung Yong Hwa tersenyum ke arahnya sambil memegang pohon ara kecil di tangannya.

Jung Yong Hwa menantikan Joo Hyun keluar dari rumahnya. Saat Joo Hyun berjalan ke arahnya, dia terpesona. Bagaimana mungkin ada orang yang menganggap Seo Joo Hyun gadis yang mengerikan?? Dia gadis yang cantik dan mempesona. Bagaimana mungkin selama ini dia mengingkari hal itu?? ini adalah kebodohannya. Tetapi kini dia menyadarinya. Dari peristiwa ini, dia sadar dan berkesimpulan bahwa Mulailah melihat sesuatu secara keseluruhan, jangan hanya satu bagian saja. Terimakasih untuk Seo Joo Hyun-nya yang telah memperlihatkan sisi hidup itu padanya.

Dan hal yang menggembirakan, sepertinya dia berhasil memenangkan hati gadis. Buktinya Seo Joo Hyun akhirnya luluh untuk menemuinya dan tersenyum padanya.

Mereka saling memandang. Satu hal yang sama-sama mereka sadari. Selama ini mereka tidak pernah benar-benar mengobrol tentang sesuatu.

“Bisa aku bantu??” Joo Hyun tersenyum dan menawarkan bantuan.

“Tentu saja, Hyunnie…”

Mereka berdua segera menyelesaikan proses menaman pohon yang tertunda. Mereka jongkok di bawah pohon ara kecil dan menimbun akarnya dengan tanah. Tangan mereka bersentuhan. Kemudian mereka saling memandang dan tersenyum. Membiarkan rasa berpadu di bawah pohon ara kecil itu.

Pohon mereka.





(Everyone can see
There's a change in me
They all say I'm not the same
Kid I use to be

Don't go out and play
I just dream all day
They don't know what's wrong with me
And I'm too shy to say

It's my first love
What I'm dreaming on
When I go to bed
When I lay my head upon my pillow
Don't know what to do

My first love
He thinks that I'm too young
He doesn't even know
Wish that I could tell him what I'm feeling
'cause I'm feeling my first love

Mirror on the wall
Does he care at all
Does he ever notice me
Does he ever found

Tell me teddy bear
My love is so unfair
Will I ever found away
An answer to my pray
For my first love...)


(Nikka Costa – My First Love)







.END.








Edisi : SJ and Friends _FF OneShoot Basic on Movie_




Penulis : LIKA MUFLIHAH

Editor : SJ

Pic : (cr.Poster film FLIPPED)





LIKA say :
Anyonghaseyo Gugumas,,,!!!

Aku nonton film ini udah beberapa saat yang lalu,,asal pilih aja di rental yang "new release",,ga tau siapa pemainnya, apa ceritanya, pokoknya bener2 asal,,

setelah nonton film ini, ini jadi salah satu film favorite ku selain walk to remember atau AADC,,atau Harry Potter,,atau August Rush,,,dan film ini akhirnya aku bajak ulang juga di hardisk,,

Dan, SJ buka peluang untuk nulis FF berbasis film, aku memilih film ini juga,,awalnya agak sulit karena biasa dehh,,kebawa film nya banget,,dengan gaya cerita POV dua sisi,,,dan kalo aku nulis dengan gaya yang sama jatuhnya akan panjang karena satu scane akan ditulis dua kali dari sudut pandang yang berbeda,,jadinya aku bikin dengan sudut pandang lain aja,,

Semoga menikmati ceritanya,,dan filmnya,,,

Thanks to SJ atas kesediannya jadi editor, dan atas kesempatan tampil lagi di blog sjland,,,

Mohon kritik saran juga dari teman2 semua,,,,,kamsahamida,,,*bow*









SJ say :

Honestly, kembali lagi sama yang aku tulis sebelumnya, aku MALU untuk nulis nama jadi editor disini karena sumpah aku tidak mengeditnya, aku cuma memperbaiki tata designnya ajha (samaan gak nih? hahahah..) this is the real FF story yg disetor Lika ama gw…chukkae Lika. *Plok Plok Plok*

Kenapa Gak gw edit? First, aku sendiri belom nonton filmnya..heheh…tapi baca ini membuatku penasaran ama filmnya, tapi yang aku dapat duluan adalah review bukunya yang rata-rata memberi nilai yang bagus untuk sebuah buku. Oh iya bukunya sendiri judulnya Flipped oleh Wendelin Van Draanen. After that langsung nonton filmnya dan I like it, ringan tapi makna tentang kehidupannya dalam, ada yang lucu yaitu cast untuk SeoHyun di film ini namanya JULI, jadi kebayang ama Juli..hehehe…:D

Trus kedua tulisannya Lika udah perfect menurutku. I love the most sweet story like this, Dialognya mengalir lancar. Keep it up, Lika! :D

So guys tetap koment yak.

Dan aku minta kesediaan kalian untuk sekedar mengirim doa bagi ANA a.k.a Whitepoo, dia saudara Goguma’s kita yang berasal dari Filipina, meninggal kemarin karena serangan jantung, mari kita bersama mendoakan Dia semoga berada di tempat yang layak yah, amiin.








.SJ.

11 komentar:

  1. aku blum penah nonton film nya . tp kayanya film ini bner2 menarik buat d tonton , jdi pngen nonton aslinya :)

    Ga kebayang yah kalu jdi seohyun yg ngejar2 yong .. dan akhirnya yong yg ngejar2 seohyun .. andai mereka bisa maen film atau drama breng Amiinn.

    Buat Goguma FilipinANA a.k.a Whitepoo turut berduka cita semoga beliau tenang disana amin ..

    BalasHapus
  2. waktu baca smp akhir aku lsg mikir "loh udah selesai, trs gimana hubungan mrk?". Lika ending filmnya emang cuma bgt yah.kirain hbs itu mrk jadian atau apa gt.

    Tapi selamat untuk Lika yg semakin kreatif dan produktif.wlw blm ntn filmnya atau baca bukunya tp ceritanya sepertinya menarik.Kapan2 kalo sempet aku cari deh bukunya.

    Thank you Lika

    RIP Ana. Semoga kamu tenang disana. dan kamu adalah ELF&Goguma sejati smp akhir hayat.

    BalasHapus
  3. Onnie..Love this story so much.
    Lumanyan menyayat hati...kekeke...Nice...noumu Joahe..^^

    for anna..semoga amal ibadahnya diteririma di sisi Tuhan..Amin..We love u...

    BalasHapus
  4. Febri : coba deh nonton filemnya,,awalnya aja aku underestimate soalnya liat pemainnya aku ga kenal,,tapi malah jadi cinta banget,,

    Peni : iya pen,,,akhirnya gitu aja,,,nanam pohon bareng,,,udah,,hahahahaha,,,,aku kalo bukunya malah belum baca juga,,,

    Syarah: gomawo rah,,,bagian mana yang menyayat hati rah,,????berdarah enggak,,?

    BalasHapus
  5. Waw nice story.. Selalu suka deh gw sm gaya nulisnya lika..
    Jd penasaran mau nonton filmnya..

    To Ana : May you rest in peace, thanks for giving us your late years of life to Gochun family. Gogumas ♥ you

    BalasHapus
  6. satu kata "SEMPURNA!!!!!!" d^^b
    ni film barat atau film apa???mau nonton filmnya.....

    BalasHapus
  7. pilem barat teh,,,,judulnya FLIPPED,,

    BalasHapus
  8. All : Filmnya keren, recomended deh..and thanks To Lika, udah bantu menjawab koment2nya...maaf aku sering gak bisa balas satu-satu soalnya sering OL di HP...Tapi semua aku baca kok ^^

    BalasHapus
  9. mmh aku baru denger ada film ini...
    tapi, baca ff eonni aku bisa langsung paham krn eonni mnceritakannya dgn baik :)

    tp yg aku ga ngerti ttg alurnya yg lompat2, kayak rutinitas ngasih telur smpe 2 thn kdepan trs balik lg ke 2 minggu stlh penebangan pohon ara. mungkin ini krn susahnya adaptasi cerita dr film kali ya? tp overall, aku sukaaaa ^^ aku tahu meski blm ntn filmnya, disini ada bbrapa diksi yg lahir murni dr tangan eonni sendiri dan itu daebak bgt.

    harapan aku kedepannya Lika eonni bisa nulis ff2 lg. ayooo jgn mau kalah sm SJ eonni hihi piisss ^^v

    BalasHapus
  10. Lika oenni map baru komen
    maklum orang katrok ni...

    q blom pernah liet film ini
    tp kyae wajib masuk daftar list tontonan yang wajib ditonton

    onni....bs bgd nggambarinnya...
    ga kebayang klo seohyun yang ngejar2 yong ampe gila2an gt ditambah lagi masi harus manjat pohon....hehehehe

    pokoe T.O.P lah

    makasih SJ ... makasih Lika Oenni

    BalasHapus
  11. eonni SJ n eonni Lika maaf baru komen.. hehehe

    eonni Lika,, waacchhh ternyata jago jg neh biqin FF..
    romantis eonn cerita'ya.. hehehe
    YongSeo emg klo d-bqin romantis asyik yak,, baca'ya jd suka senyum2 sndiri gtu.. hehehe
    daebak eonn..
    bqin blog khusus FF YongSeo jg dong eonn kaya eonni SJ.. hehehe

    BalasHapus