Jumat, 30 September 2011
.IMAGINE SPECIAL Part 4.
MBC Entertainment Present : “IMAGINE SPECIAL 4”
Cast :
Jung Yong Hwa (CN Blue) a.k.a Lee Yong Hwa
Seo Joo Hyun (SNSD) a.k.a Park Seo Hyun
Yoon Eun Hye a.k.a Lee Eun Hye
Joo Ji Hoon a.k.a Joo Ji Hoon
Im Yoona (SNSD) a.k.a Kim YooNa
Oc Taecyoon (2PM) a.k.a Park TaecYoon
TOP (BigBang) a.k.a Park TOP
Lee Jonghyun (CN Blue)
Lee Jungshin (CN Blue)
Kang Minhyuk (CN Blue)
YuRi (SNSD)
HyoYeon (SNSD)
Taeyeon (SNSD)
Opening Theme Song : ForeVer by SNSD
@Renaissance Seoul Hotel.
Yuri menerawang di dalam kamarnya, kembali berflashback ke kejadian beberapa jam yang lalu. Tidak pernah terbayang dalam benaknya bahkan yang terliar pun kalau dia akan dilamar seperti tadi. Si Kaku itu ajaib juga, melamar kok gak pake ancang-ancang yah, langsung main kebut begitu ajha. Sepanjang eksistensinya sebagai manusia dia baru menemukan pria seajaib itu, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba melamar begitu ajha. Biasanya bahkan jika hanya ditembak cowok, Yuri bakalan dapat signal dari cowok-cowok tersebut, lah ini? Main bilang begitu ajha, gak ada pemanasan. Padahal setahu Yuri cowok-cowok Daehan Mingguk bahkan memegang adat ketimuran yang tinggi, dibanding cowok-cowok di LA sana, mereka cenderung malu-malu dan tidak sebebas bule untuk mengungkapkan cintanya. Tetapi kok ada satu spesies yang lain sendiri yah.
Nah, akibatnya alih-alih menjawab, Yuri bahkan sepanjang acara makan malam sejak lamaran itu jadi gagu alias gak bisa ngomong lagi. Bukannya kemampuan ngomongnya cetek tetapi dia sedang sibuk berkutat untuk meredakan gendering yang bertabuh kencang di dalam hatinya. Dan ketika JongHyun mengantarnya tepat di depan kamarnya sambil menghujaninya dengan tatapan mata yang menghangatkan hatinya, satu-satunya kalimat yang mampu diucapkannya adalah “Selamat malam…”
Astaga..astaga...dia belum pernah segrogi ini menghadapi lawan jenisnya. Batinnya.
Yuri kemudian bangkit dari tidurnya, dan duduk bersila di atas tempat tidurnya di kamar VIP yang telah disiapkan Lee Company sejak dia menangani pembangunan dua mall besar Lee Company. Dia bertekad tidak bakal secepat itu bertekuk lutut kepada JongHyun, itu bukan stylenya. Dia harus memastikan JongHyun membutuhkan dan mencintainya, dan memastikan kalau pria itu memang benar Mr.Right yang selama ini dinantikan oleh hatinya. Sedangkan untuk hatinya sendiri tidak perlu ditanyakan lagi, Berdebar tidak karuan setiap melihat si kaku itu. tetapi cinta saja terkadang bukan sesuatu yang cukup untuk jadi pertimbangan menjadikan si kaku itu suaminya. Dia tidak akan bertindak impulsive dengan menerima lamaran JongHyun hanya karena pria itu mampu membuat hatinya berdebar juga karena keluarga dan pekerjaannya yang mapan. Oh no… dia tetap harus mempertimbangkan matang-matang keputusannya untuk menikah. Dan juga dia tidak mau terkesan gampangan, di lamar langsung main iya ajha. Hohoho…andweee…tidak semudah itu Mr.Kaku.
Setelah memantapkan diri tidak bakalan menjawab dengan mudah permintaan JongHyun itu, Yuripun merasa tenang dan kembali beranjak baring dan mencoba untuk tertidur ketika sebuah pesan masuk ke Telepon celularnya. Dia membacanya dan terbelalak dengan isinya. Astaga, Si kaku ini gombal banget, batinnya.
“Love is You, Love is Me. Put it Together and Love is We…”
Astaga..astaga…dia jadi Blushing sendiri dan ajaibnya pesan yang tidak di jawabnya itu sukses menghadirkan mimpi indah di dalam tidurnya.
-o0o-
Meanwhile, Kediaman Lee..
Seohyun terlelap dalam pelukan hangat suaminya. YongHwa yang mendapati wajah pucat itu sudah pulas kemudian melepaskan pelukannya dengan super hati-hati. Sebisa mungkin dia tidak ingin membangunkan istrinya. Setelah membebaskan dirinya, dia memandang wajah cantik yang bak malaikat ilu lalu membelainya dan mencium bibir mendamba itu ringan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hampanya hidupnya tanpa istrinya. Tuhan begitu bermurah hati padanya menghadirkan Seohyun untuk menjadi miliknya. Setelah memandangi wajah yang selalu mampu membuat hatinya hangat itu, diapun beranjak turun dari tempat tidur mereka dan berjalan menuju ruang kerjanya.
Sesampainya di sana dia meraih telepon celularnya dan mencoba menghubungi sebuah nomor.
“Hyung, anneyong. Mianhe mengganggu di tengah malam seperti ini…”
“Aniiya. Aku baru saja menyelesaikan satu operasi besar dan memang menantikan telepon darimu. Bagaimana reaksi Hyunnie?” ternyata yang ditelpon YongHwa adalah kakak iparnya. TOP.
“Dia seperti biasa Hyung, meski awalnya sangat sedih tentang penyakitnya tetapi pada akhirnya dia justru sangat tabah. Dia menolak dirawat di Rumah sakit Hyung. Dia memilih beristirahat di rumah kami. Karena itu aku menelpon Hyung, meminta bantuan Hyung untuk menyediakan perawat atau dokter yang bisa rutin memantau kondisi istriku…”
“Arasho. aku akan mengusahakan mengirim perawat kesana dan peralatan yang dibutuhkan. Dan aku juga akan membicarakannya dengan Haraboji dan Taec. Mereka seharusnya tahu tentang hal ini…”
“Kamsahamnida Hyung…”
“Kamu tidak perlu mengucapkan kata seperti itu. ingat aku juga kakaknya dan dia adalah malaikat kecilku yang harus selalu aku jaga…”
“Dee. I understand…”
“Arasho. Besok aku akan mempersiapkan segalanya…”
“Dee…”
YongHwa lalu memutuskan percakapan mereka dan kembali menekan angka di telepon genggamnya, mencoba menghubungi seseorang.
“Hyung, waeyo??”
Sebuah suara yang seksi terdengar di ujung sana.
“Kamu belum tidur?”
“Belum Hyung…” JongHyun menjawab cepat.
“Wae? Ada masalah? Sekarang sudah jam 12 tengah malam. Kamu sedang lembur?”
“Aniiya…” JongHyun menutupi jika penyebab tidak mampunya kedua matanya terlelap adalah tindakan impulsive yang baru saja dilakukannya. Astaga, tadi ketika melamar Yuri begitu saja, apa yang sedang dipikirkannya? Mestinya dia tidak bertindak seperti itu. Even dia yakin seratus persen tentang keinginannya untuk mempersunting Yuri tetap saja tindakannya tadi tidak mampu dibenarkan. Tapi ah biarlah, Yuri adalah gadis yang dibesarkan di LA, berbeda dengan gadis-gadis korea. Tentu saja tindakannya tadi bukan sesuatu yang luar biasa menurut Yuri, bisa saja dia bahkan sering mendapat perlakuan yang seperti tadi dari bule-bule di LA sana. Batinnya membenarkan.
“…Kamu bisakan??” suara YongHwa menyadarkan JongHyun dari pikirannya.
“Dee??mianhe Hyung, Aku tidak mendengarkannya dengan jelas, Mianhe. Maksudnya aku bisa apa?”
“Temui aku besok pagi, sepagi mungkin. Kamu bisakan?”
“Dee. Tapi apakah ada sesuatu yang sangat penting Hyung sehingga Hyung menyuruhku menemuimu besok pagi?”
“Aniiya. Aku tidak bisa menjelaskannya di sini. Kamu ke sini saja besok pagi dan kalau bisa bareng dengan MinHyuk-ah dan Jungshin-ah. Aku membutuhkan kalian bertiga…”
“Dee Hyung…”
“Ingat sepagi mungkin yah…”
“Dee…”
-o0o-
Keesokan Harinya, Kediaman Lee..
Matahari bahkan belum memunculkan dirinya di ufuk barat ketika JongHyun, JungShin dan MinHyuk terhenyak di tempat masing-masing mendengar kabar yang baru saja di ceritakan oleh YongHwa. Dan bagi mereka seharian itu bakalan mendung meski matahari bersinar dengan garangnya. Mendung itu berada di hati mereka. Kabar yang baru saja mereka dengar sangat menyedihkan, kakak ipar mereka yang cantik itu terkena tumor rahim. Astaga. Mereka kemudian memandangi YongHwa dengan tatapan simpati, pantas saja Hyung mereka pagi itu terliat kusut, semalam mungkin dia tidak mampu tertidur. Suami mana yang akan tertidur jika mendengar istri yang mereka cintai mengidap penyakit mengerikan dan kemungkinan anak buah cinta mereka tidak dapat diselamatkan. Membayangkan berada di posisi YongHwa saja mereka tidak mampu, apalagi jika harus menjalaninya.
“Aku tidak ingin kalian memasang tampang kasihan seperti itu, terlebih jika di hadapan Hyunnie. Andwee. Itu akan membuatnya sedih…”
“Dee, mianhe Hyung…” JongHyun bersuara.
“Mianhe Hyung…” JungShin dan MinHyuk pun mengangkat suara.
“Aku tidak melihat Hyunnie, ottiya?”
“Dia masih tertidur…” YongHwa mengusap wajahnya pelan. “Dia menolak perawatan di Rumah sakit, dia inginnya tetap di rumah. Aku akan menemaninya dan memutuskan akan berkantor disini, untuk itu aku meminta kalian menggantikannku jika ada pertemuan dengan relasi bisnis kita. Selain relasi penting, yang lainnya aku serahkan kepada kalian, tetapi jika itu memang harus aku yang menghadirinya aku akan tetap mengusahakan untuk menghadirinya. Selain itu semua laporan-laporan dan pekerjaanku tolong antar kesini. Atau kalian kirim va email. Aku akan tetap mengoreksinya dari sini…”
“Dee Hyung, kami mengerti. Hyung tidak perlu terlalu merisaukan pekerjaan kantor. Kami akan mengusahakan yang terbaik…” jawab JongHyun bijak seperti biasa dan di dukung dengan anggukan oleh JungShin dan MinHyuk.
“Apakah ahjussi tahu hal ini?” Tanya MinHyuk.
“Aku belum menceritakannya pada Aboji. Aku tidak ingin mengganggu kegiatannya, nanti kalau dia sudah kembali aku akan menceritakannya…”
“Eun Hye noona??” kali ini JungSHin yang angkat bicara.
“Dia akatanya akan datang hari ini bersama anaknya. Nanti kalau dia datang aku akan memberitahukan kepadanya..”
“Bagaiamana dengan saudara-saudara Hyunnie?”
“Itu TOP Hyung yang akan menceritakan tentang penyakit Hyunnie pada mereka…”
“Kami mendoakan yang terbaik buat kalian Hyung, dan kami akan mendukung kalian selalu…” MinHyuk mendekat dan duduk di samping YongHwa dan memukul pundak YongHwa pelan.
“Dee. Aku mengerti, Gomawoyo…” YongHwa tersenyum tipis kepada saudara-saudara sepupunya yang dia sayangi ini.
“Oh iya, JongHyun. Aku ingin menyuruhmu ke Jepang pagi ini juga. Sekenanya aku yang harus berangkat kesana, untuk penandatangan MoU kita disana, kamu bisa mewakilikukan?”
“Pagi ini Hyung??” JongHyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Dee, aku sudah menelpon sekertarisku untuk menjadwal ulang keberangkatanku menggantikan semua tiketnya atas nama kamu…”
JongHyun mengangguk pelan. Astaga, bagaimanalah ini. Dia harus ke Jepang padahal kan lamarannya belum mendapat jawaban. JongHyun focus, YongHwa Hyung sedang ditimpa bencana, bagaimana dia bisa begitu egois hanya memikirkan dirinya sendiri. Batinnya berperang. Tidak mengapa, dia hanya sesaat disana.
Namun ucapan Yongwa berikutnya kembali mematahkan persepsinya. “Aku harap untuk sementara waktu kamu tinggal di jepang dulu untuk meninjau kerjasama kita dengan perusahaan itu. Sekitar seminggu mungkin waktu yang cukup…”
“Dee???”
JungShin dan MinHyuk serempak memandanginya heran mendengar nada keberatan dalam suara JongHyun. Tidak biasanya JongHyun bersikap seperti ini apalagi jika itu menyangkut pekerjaan. Diakan terkenal sebagai si Robot yang sangat workaholic.
“Mianhe Hyung, maksudku jika aku tinggal di sana seminggu bagaimana dengan RSH?”
“Hyung tidak percaya padaku?” JungShin mendelik. Biasanya memang jika JongHyun dan YongHwa tidak berada di Seoul, manajemen Hotel diambil alih oleh JungShin. Sepupu YongHwa yang awalnya berkutat di dunia militer ini tetapi memilih mengundurkan diri dan bergabung dengan sepupu-sepupunya berkecimpung di bisnis mereka juga mampu menyesuaikan diri dengan cepat seperi kakak-kakak sepupunya yang lebih duluan terjun ke duia bisnis.
“Aniiiya, aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja…”
YongHwa menatapnya bingung. “Apakah ada sesuatu yang mengganjal hatimu??”
JongHyun menggeleng. “Aniya Hyung. Arasho, aku akan mengikuti instruksi Hyung…” Jawab JongHyun pelan. Bagaimanalah ini? Urusannya dengan Yuri bahkan belum menemui titik terang, tetapi dia juga tidak bisa abai begitu saja dengan perintah Hyungnya.
“Yong Oppa…” suara renyah itu kemudian membuat JongHyun memantapkan hatinya untuk berangkat ke jepang, di depannya bidadari cantik itu berdiri dan terlihat pucat.
Masih dengan menggunakan piyama tidurnya, Seohyun berjalan menghampiri suaminya yang berdiri menyambutnya dan memeluknya hangat.
“Kok kesini, kenapa gak istirahat di kamar ajha??” YongHwa merapikan anak-anak rambut yang berantakan di wajah istrinya.
“Aku bangun dan tidak menemukanmu di sisiku, ternyata oppa sedang menemui mereka..” Seohyun kemudian menghampiri saudara-saudara suaminya yang sudah seperti saudaranya sendiri. “Anneyong haseyo…” dia memberi salam dan membungkukkan badan. Ketiganya pun melakukan hal yang sama.
“Waeyo? Kenapa sepagi ini sudah berkumpul seperti ini?”
“Mereka mau numpang breakfast di rumah kita Sweety?” YongHwa berbisik di telinganya tetapi Seohyun yakin kalau ketiganya juga mendengar ucapan suaminya, terbukti ketiganya tertawa renyah. Seohyun pun tertawa dalam pelukan suaminya.
Mereka kemudian sarapan bersama, meski ketiganya sedikit iri melihat perhatian YongHwa yang besar kepada istrinya.
“Oh iya, JongHyun oppa. Bagaimana kabar Yuri Onnie? Apakah dia baik-baik saja?”
JOngHyun hampir saja tersedak mendengar pertanyaan SeoHyun yang tiba-tiba itu. JungSHin yang duduk tepat disampingnya menyodorkan air minum. JongHyun meminumnya dan berusaha mengontrol pernafasannya terlebih ketika empat pasang mata memandanginya heran.
“Kamu kenapa tiba-tiba belingsatan begitu mendengar pertanyaan Hyunnie…” YongHwa mengerutkan keningnya.
“Aniiya Hyung, aku kaget saja…”
MinHyuk tertawa. “Jangan bilang kalau Hyung mempunyai hubungan special sama arsitektur kita yang cantik itu…”
“Aku pikir gak masalah kalau JongHyun oppa punya hubungan special sama Yuri Onnie, merekakan memang masih sama-sama lajang…”
“Iya, memang tidak masalah Hyunnie tapi ini JongHyun Hyung loh. Kamu tahukan speerti apa reaksi dia pada makhluk yang bertitel perempuan…” MinHyuk semakin asyik mencela JongHyun yang masih juga grasak-grusuk meredakan hatinya yang berdebar tidak karuan.
“Iya Hyunnie, kamu tahukan kalau Hyung kita yang satu ini mati rasa sama makhluk yang bertitel perempuan dan menemukan dia tiba-tiba jatuh cinta jadinya gak biasa saja…” JungSHin ikut mendukung kejahilan MinHyuk.
“Tapi bukan berarti di atidak bisa jatuh cintakan?” kali ini YongHwa ikut angkat bicara mendukung pernyataan istrinya.
“Astaga, tolong deh kalian berhenti membicarakan diriku seperti aku tidak ada disini saja…” ucap JongHyun pelan ketika telah berhasil menguasai dirinya.
Yang lainnya tertawa mendengar ucapan JongHyun. Selanjutnya pagi ceria itu mereka isi dengan obrolan ringan setelah puas mengerjai JongHyun. JongHyun sendiri menyimpan ceritanya dalam-dalam, dia tidak akan gegabah bercerita yang sebenarnya pada keluarganya sebelum dia mampu mendapatkan hati Yuri.
-o0o-
Seoul Hospital..
Kembali, TOP menerima secangkir kopi yang mengepul dengan hangat yang disodorkan oleh HyoYeon padanya pagi itu. Semalam dia kurang tidur, matanya tidak mampu terlelap. Dan kopi adalah pilihan yang baik buatnya hari itu agar dia mampu terjaga.
“Kamu dapat shift pagi?”
“Dee, Oppa??”
“Aku malam, pagi ini seharusnya aku pulang ke rumah dan membicarakan semuanya dengan haraboji dan taec tentang penyakit Hyunnie…”
“Oppa pasti bisa memberikan penjelasan kepada mereka dengan baik,Fighting…” HyoYeon menyemangatinya membuat TOP tergugah dan tanpa sadar tangannya yang bebas telah terangkat dan membelai wajah putih itu, kulis halus wajah HyoYeon menyambut telapak tangannya. “Gadis ini sungguh murni, tanpa hiasan tetapi bisa terlihat cantik di pagi ini…” batinnya.
“Gomawoyo…” ucapnya lirih, sedangkan HyoYeon di tempatnya kembali merasakan debaran itu. tidak, dia tidak boleh jatuh cinta pada playboy di depannya ini. Batinnya.
Meski hubungan mereka sekarang bahkan sudah akrab, dia tetap tidak memimpikan punya hubungan special selain pertemanan dengan pria tampan ini. Untuk itu dia menarik dirinya, mundur agar tangan itu tidak dapat menjangkau dirinya lagi. Dia lalu menunduk. TOP mengerti arti dari gesture tubuh gadis di depannya ini. Dia tahu HyoYeon berbeda dengan gadis-gadis yang selama ini beredar di sekitarnya tetapi dia tidak menyesali perbuatannya tadi, dia bahkan senang menunjukkan rasa sayang yang dimilikinya untuk gadis ini, astaga…apakah dia benar-benar sayang pada HyoYeon?? Inikah perasaan cinta itu yang selama ini dia yakin tidak dia miliki? Astaga…
“Jadi Hyunnie memilih di rawat di rumah yah?”
“Dee, Dia tidak nyaman berada di Hospital selama itu, tetapi jika kondisinya semakin gawat tentu aku akan memaksa YongHwa untuk meyakinkannya agar dia dirawat di hospital, tetapi untuk saat ini, dia cukup dirawat dirumah. Sebelum pulang ke rumah aku ingin memastikan kalau semua yang diperlukan untuk perawatan Hyunnie di rumahnya telah dikirim…”
HyoYeon mengangguk. Jelas saja Hyunnie mudah mendapatkan perawatan di rumahnya, dia adalah cucu dari pemilik saham terbesar Rumah Sakit ini, dan kalaupun dia bukan cucu pemilik saham terbesar Seoul Hospital, dia adalah istri dari Lee YongHwa, yang merupakan chaebol termuda Daehan Mingguk, dengan uangnya YongHwa mampu melakukan apapun demi mendapatkan pelayanan yang terbaik untuk istrinya.
“Aku harap kamu tidak keberatan untuk rutin memeriksa Hyunnie. Kamu maukan??”
Dipandangi seperti itu membuat Hyoyeon luluh, dia mengangguk.
“Oh Iya, apakah sudah ada lelaki yang mengatakan betapa cantiknya dirimu?” ucap TOP lirih membuat Hyoyeon kembali merasakan debaran itu, dan dia tahu sekarang wajahnya pasti memerah.
“Terlebih ketika kamu memerah seeprti saat ini..”
“Oppa…” HyoYeon mendelik, TOP tersenyum pelan.
“Arasho…aku pulang dulu, nanti tolong ikut bersamaku ke rumah Hyunnie ya, setelah shiftmu disini selesai, maukan?”
HYoyeon menganggukkan kepalanya. “Dee..”
TOP mengacak rambutnya pelan dan membelai wajahnya lalu berkata. “Aku pergi yah, jangan merindukanku…” tersenyum lalu setelah itu dia berbalik pergi.
Di tempatnya Hyoyeon memandangi punggung itu. Tidak, dia tidak boleh kagum apalagi sampai jatuh cinta pada lelaki itu. Dengan langkah gontai dia berjalan menuju ruangannya dan ketika melewati toilet, dia membelokkan langkahnya masuk ke Toilet. Dan ketika hendak keluar dia mendengar sebuah suara centil sedang menyebut namanya.
“Kamu lihat gak tadi, dia pake sok kecentilan lagi ama TOP Sunbenim. Dia pikir dirinya siapa? Itik buruk rupa gitu, eh mimpi mendampingi pangeran tampan. Kebanyakan baca dongeng sih dianya..hahahha…”
Oh My God. Diakah yang sedang mereka bahas? Itik buruk rupa? Astaga.
“Iya, dia kelihatan desperate gitu, udah tua juga masih sok kecentilan ama TOP Oppa lagi, andai ama yang lain yah gak apa…”
Desperate?? Astaga..astaga..Siapa yang desperate??
Mereka salah, Hyoyeon tidak pernah merasa kecentilan kepada TOP. Dia bersikap biasa saja menurutnya, bagian mananya yang kecentilan. Kalau tindakan TOP kedirinya menurutnya itu baru kecentilan. Astaga..perempuan-perempuan ini harusnya diberi pelajaran. Tetapi dia yang akan kalah kalau harus meladeni orang-orang seperti ini. Untuk itu, Hyoyeon menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Dia kemudian meninggikan lehernya lalu berjalan keluar dengan seanggun mungkin sebisa dirinya. Dan ketika wanita-wanita yang ternyata dokter-dokter magang di Seoul Hospital itu melihat kehadirannya mereka serentak menghentikan tawanya, dan menundukkan wajahnya. HyoYeon sebelum keluar dari Toilet itu sempat memberikan senyumnya kepada gadis-gadis muda itu.
Meski berusaha untuk melupakan obrolan dokter-dokter muda tadi, tak ayal juga Hyoyeon tetap kepikiran. Sepanjang hari itu, dia susah berkonsentrasi pada kerjaannya. Dia bahkan sempat bercermin dan memandangi wajahnya, apakah dia benar-benar terlihat seperi perempuan yang desperate?
Dia bahkan berusaha menghindar bertemu dengan TOP seharian itu, dia tidak mau jika akan ditertawakan lagi sama gadis-gadis yang sekenanya hanya juniornya itu.
-o0o-
Reneisance Seoul Hotel..
Yuri bangun dengan perasaan segar dan bahagiah. Mimpinya semalam seperti real, dia dan JongHyun berjalan di karpet biru di taman yang penuh dengan bunga mawar dan tamu-tamu yang menghadiri upacara pernikahan mereka. Pernikahannya dengan JongHyun.
Yuri senyum-senyum sendiri. Tidak. Dia tidak boleh terlihat senang seperti itu. rencananya hari ini dia bahkan tidak akan menemui JongHyun meski si kaku itu menyamperinya di kamarnya. Meski mencintai JongHyun tetapi dia tetap harus terlihat jual mahal, dan lagi dia sendiri belum merasa fix untuk menerima lamaran itu.
Dia bersiap pagi itu sambil bersenandung kecil menyanyikan lagu favoritnya. Lagu-lagu yang selalu mampu membuat harinya ceria, sambil membayangkan satu sosok tampan yang telah melamarnya.
Takdir benar-benar adalah sesuatu yang tidak terduga. Tidak pernah terlintas di pikirannya jika perjalanan bisnisnya kali ini akan mempertemukannya dengan pria tampan yang ternyata mencintainya. Pria korea lagi, jika ibunya tahu hal ini dia pasti dengan senag hati menyuruh Yuri segera menerima lamaran JongHyun, ibunya selalu saja antipasti dengan kekasih-kekasih bulenya.
Setelah berpakaian Yuri berkutat dengan pikirannya, salah satu sudut hatinya berkeinginan untuk breakfast di restorant hotel, berharap bisa bertemu dengan JongHyun sebelum berangkat kerja, sisi hatinya yang lain menolak gagasan centil itu, katanya mau jual mahal lah kok malah mondar-mandir cari perhatian. Jadilah dia bingung sendiri. Tetapi kebingungannya itu kemudian terurai ketika seorang bellboy menekan bel kamarnya, lalu menyodorkan buket bunga, kepingan CD dan bungkusan kecil kepadanya.
“Gomawoyo…” ucapnya sambil menerima bingkisan itu.
Setelah pintu kamarnya ditutupnya, dia membuka kartu yang terdapat di bunga tersebut dan membacanya.
(If I Get your Smile,
I don’t Need Flowers…)
Yuri tersenyum, tanpa membaca nama pengirimnya dia bisa menebak dengan pasti siapa pengirim bingkisan ini. Yuri kemudian beralih ke keping CD, album milik Michael Buble, astaga bagaimana mungkin si kaku tahu kalau dia adalah fans dari Michael Buble. Alih-alih memikirkan jawabannya, Yuri justru memilih menarik keluar kartu yang ada di dalam pembungkus kepingan CD itu.
(If you Speak to Me,
I don’t Need to Listen Music….)
Dan terakhir dia membuka kotak kecil itu, di dalamnya terdapat cincin permata yang terbuat dari emas putih terlihat cantik. Yuri meraih kartu yang terdapat dipinggirannya.
(If you are With Me,
I don’t need anything in this World…)
With ♥ LJH
Astaga, meski kata-kata ini terkesan gombal banget tetapi mampu membuat Yuri tergugu di tempatnya, tak ada satupun lelaki yang pernah seromantis ini kepadanya. Tanpa dia sadari setitik airmata jatuh di pipinya. Lelaki ini betul-betul mencintainya. Satu hal yang dia ingat dari ucapan bijak ibunya adalah kamu bisa tahu dengan pasti kapan seorang pria mencintaimu, yaitu saat dia memintamu menjadi istrinya. Jika seorang pria mengaku mencinaimu tetapi dia tidak pernah memintamu menjadi istrinya, pertimbangkan ulang rasa cintanya.
Tanpa berpikir dua kali lagi, Yuri meraih telepon di atas meja di samping tempat tidurnya dan meminta disambungkan ke GM hotel ini. Tetapi hatinya sungguh kecewa ketika sekertaris JongHyun mengatakan kalau dia tidak berada di Korea Selatan saat ini, JongHyun berada di Jepang selama sepekan, tetapi mengapa dia tidak mengatakan pada Yuri. Yuri merasa kecewa, ada yang mencelos di sudut hatinya.
-o0o-
Kediaman Lee..
YongHwa menuntun istrinya dan menarik kursi yang telah disiapkannya untuk istrinya. Malam itu yonghwa sengaja menggelar candle light dinner untuk istrinya yang semakin hari semakin terlihat susah makannya, selain mual-mual yang menyerang di triwulan pertama kehamilannya, Tumor rahim itu sendiri cukup membuat kondisi Seohyun menurun.
Seohyun malam itu menggunakan gaun yang lagi-lagi gaun hadiah dari YongHwa yang dipesan khusus buatnya beberapa hari yang lalu. Dan baru siang tadi di terimanya. Terlihat cantik seperti biasa, dia kemudian tersenyum hangat ke arah suaminya yang duduk di depannya.
Mereka melalui candle light dinner itu tanpa kata-kata, hanya mata yang saling menatap memercikkan cahaya cinta dan bibir yang selalu tersenyum. dan ketika YongHwa hendak menyesap anggur merahnya dia mengucapkan “I Love You…” tanpa suara kepada istrinya yang di jawab hal yang sama, Mereka lalu kembali saling melempar senyum. Tetapi senyum di wajah Seohyun tidak bertahan lama, dia meringis. Refleks YongHwa bangkit dari kursinya dan menghampiri istrinya segera.
“Kwenchana sweetheart??” dari nada suaranya, terdengar YongHwa sangat khawatir.
Seohyun tersenyum lalu menggelayut manja kepada suaminya yang telah membopongnya. Dia melingkarkan kedua tangannya ke leher YongHwa dan menyandarkan kepalanya ke pundak suaminya.
“Oppa, mianhe…”
“Sweetheart, jangan membuatku merasa bersalah dengan pernyataan maafmu itu…”
Seohyun memandang wajah suaminya dan menemukan segurat sedih di sana. Dia melepaskan rangkulannya lalu merangkum wajah suaminya dengan kedua telapak tangannya. “Arasho jagiya, aku tidak akan mengatakan maaf lagi, tetapi tetap ajha sayang acara candle light dinnernya jadi gagal..”
“Aku tak pernah merasa kalau apa yang aku lakukan itu gagal jika kamu ada disampingku, bersamaku…”
Seohyun tersenyum lalu menyapukan bibirnya pelan di bibir suaminya, sebelum kemudian meringis kesakitan. YongHwa tambah panik. Dia mempercepat langkahnya menuju kamar yang telah di sulap menjadi kamar perawatan Seohyun sementara.
Kamar itu telah dilengkapi beberapa peralatan canggih yang bisa dipergunakan untuk memastikan kalau Seohyun baik-baik saja, dan ada dua perawat yang ganti-gantian berjaga di sana yang rutin mengontrol kesehatan Seohyun. Bahkan disudut ruangan YongHwa memasukkan pianonya.
Seperti malam itu, ketika Seohyun telah merasa tenang dan tidak kesakitan lagi beberapa menit kemudian. Dia berbaring sementara suaminya duduk di depan piano dan memandang peuh cinta ke arah istrinya. Dia memainkan instrument ciamik milik Yiruma – Rivers Flow in You.
Seohyun jatuh tertidur mendengar instrument yang dimainkan suaminya itu.
Yonghwa yang menyelesaikan lagu tersebut kemudian menghampiri istrinya dan melihat Seohyun telah terlelap. Dia berbaring di samping tubuh istrinya, memeluknya dan mengusap kepalanya pelan.
“Mianhe sweetheart, karena calon buah hati kita, kamu yang menderita kesakitan sendiri. Harusnya kita berbagi, andai ada yang bisa kulakukan untuk mengurangi rasa sakitmu…”
Seohyun yang ternyata belum sempurna terlelap kemudian menyurukkan kepalanya ke leher suaminya dan membenamkan wajahnya disana. “Aniiya oppa, jangan membuatku merasa bersalah dengan pernyataan maafmu itu…” dia menggunakan line yang tadi diucapkan oleh suaminya membuat YongHwa tertawa kecil.
“Bagaimana perasaanmu?”
“Aku baik-baik saja oppa. Behenti untuk terlalu mengkhawatirkanku. Dirimu, Haraboji, aboji, eun Hye Onnie, Yoona onnie, TOP oppa, dan Taec Oppa tidak pernah bosan apa mengucapkan hal yang sama padaku, menanyakan hal yang sama padaku? Aku sendiri bosan mendengarnya…”
“Kami semua menyanyangimu sweety dan tidak ingin melihatmu menanggung rasa sakit itu sendiri…”
“Dee, aku tahu oppa. Tapi percayalah aku tidak keberatan dengan segala rasa sakit ini jika itu demi buah cinta kita…”
Demi mendengar ucapan istrinya YongHwa semakin mengetatkan pelukannya dan menciumi puncak kepala istrinya. “Sarangheyo sweety…”
“Nadu, sarangheyo oppa…”
-o0o-
Reneisance Seoul Hotel..
JongHyun berjalan di lobby hotel sore itu, ternyata waktu yang digunakannya di Jepang lebih lama daripada yang YongHwa perintahkan. Nyaris dua minggu dia di Jepang dan parahnya banyak yang harus dia kerjakan disana. Dan ketika menginjakkan kaki kembali di Seoul, dia tahu dengan pasti siapa yang ingin hatinya temui tetapi sekali lagi impian selalunya tidak sejalan dengan kenyataaan. Meski hatinya sangat merindukan satu sosok tetapi sekali lagi dia tidak bisa bersikap egois langsung menemuinya tanpa bertemu dengan YongHwa dan melaporkan perjalanan bisnisnya tersebut. Setelahnya baru kemudian dia segera terbang menuju hotelnya setelah memastikan Yuri juga berada disana. Tadi dia sudah menanyakan kepada asisten Yuri yang sekarang ada di lokasi pembangunan mall mereka menanyakan keberadaan gadis itu dan dia menjawab bahwa Yuri baru saja kembali ke Hotel.
JongHyun bukannya tidak bisa mencari tahu sendiri keberadaan Yuri dengan menelponnya langsung, hanya saja dia ingin memberikan surprise kepada gadis itu. Dia sudah menyiapkan sebuah hadiah bagi perempuan yang diharapkannya menjadi ibu dari anak-anaknya itu. selama kepergiannya ke Jepang pun dia tiap hari memastikan kepada sekertarisnya untuk rutin menghujani pagi gadis itu dengan kiriman bunga darinya sebagai bentuk keseriusannya atas lamarannya hari itu.
Dan sekarang disinilah dia berada, di depan kamar gadis itu. dia memencet bell dan tidak lama wajah cantik itu terpampang di hadapannya. Hati JongHyun berdebar kencang melihat kehadirannya. Gadis ini semakin cantik saja. Dia mengenakan kemeja putih lengan panjang di padu dengan rok lurus warna gading tanpa aksesoris apapun, rambutnya di biarkan terurai. Anggun dan cantik.
“Selamat datang kembali Oppa...” Yuri menyambutnya dengan senyum manis miliknya.
“Dee…” Tangan JongHyun terulur ke depan dengan tatapan yang menghujam tepat ke mata Yuri. “I miss you…”
Yuri menyambut tangan JongHyun dan menjalinnya dengan tangannya sendiri, dia lalu menarik JongHyun masuk ke kamarnya. Tetapi JongHyun menahannya pelan.
“Mianhe…”
Yuri mengerutkan kening ketika melihat JongHyun menolak masuk ke kamarnya. Dia tidak bermaksud hendak menggoda JongHyun atau sejenisnya, dia hanya ingin bercerta dengannya. Dua minggu tidak melihatnya sangat menyiksa batin Yuri tetapi justru dengan kepergian JongHyun itu membuat Yuri sadar kalau dia mencintai pria ini, pria yang ternyata sangat gentleman dan perhatian. Meski tidak berada di Seoul tetapi kiriman bunganya di pagi hari membuat hari-hari Yuri sangat indah.
“Aku takut dengan diriku Jagiya. Aku sedang rapuh dan sangat jatuh cinta padamu, jika kita masuk aku tahu akan susah bagiku untuk mengontrol diriku sendiri…”
Yuri tersenyum kecil, dia tahu apa maksud perkataan JongHyun, dan penolakan JongHyun itu justru membuatnya bahagia. Ah, kerja cinta memang ajaib.
“Bagaimana kalau kita ke restorant, disana mungkin lebih nyaman untuk mengobrol JongHyun-ssi??” Yuri sambil jinjit mendekatkan wajahnya tepat di hadapan JongHyun, bermaksud menggoda pria itu. Dan dia sendiri shock ketika JongHyun malah memeluknya lalu mencium pipinya pelan.
“Arasho…” dia lalu berbisik lirih di telinga Yuri, membuat Yuri bersyukur bisa menikmati sensasi indah ini.
Be still my heart, lately its mind is on its own
It would go far and wide just to be near you
Even the star shine on me bright
I've notice when you're close to me
Still it remains a mystery
Anyone who seen us knows what's going on between us
It doesn't take a genius to read between the lines
And it's not just wishful thinking or only me who's dreaming
I know what these are symptoms of
We could be in love
I ask myself why, I sleep like a baby through the night
Maybe it helps to know you'll be there tomorrow
Don't open my eyes, I wake from the spell
I'm under, makes me wonder how (tell me how)
I could live without you now
And what about the laughter, the happy ever after
Like voices of sweet angel calling out our names
And it's not just wishful thinking or only me who's dreaming
I know what these are symptoms of
We could be in love
All my life I have dreamed of this, but I could not see your face
Don't ask why two such different stars
Can fall right into place
No, it doesn't take a genius
to know what these are symptoms of
We could be in love…
(We Could Be in Love- by Lea Salonga & Brad Kane)
To Be Continued : Imagine Special Part 5
SJ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar