Kamis, 14 Juni 2012
Seri SJ and Friends "A little Place Of Heaven"
.A little Place Of Heaven.
Main cast :
Jung Yonghwa (CNBLUE)
Seo Joo Hyun (SNSD)
Jung Ryejang
Lead cast :
Kim Yoojin
Park Naeul
Lee Jungshin (CNBLUE)
Kang Minhyuk (CNBLUE)
Lee Jonghyun (CNBLUE)
Lee Donghae (SUPER JUNIOR)
Tiffany (SNSD)
Taeyeon (SNSD)
Other cast :
Choi Sully (F(X))
IU
Sohee (WONDER GIRLS)
Junsu (2PM)
Ost : Firasat by Marcell Siahaan
.Prolog.
“Detik ini juga aku mati..”
Nafas mereka tersengal-sengal dalam tangis dan deru yang terus melanda. Menuntaskan bersatu untuk memuja, memuja dalam hening yang menggantung. Detik itu juga hati mereka mati. Mati untuk saling mencintai.
Yonghwa dan Seohyun terpejam, kening dan hidung mereka beradu dan hanya diam, tak ada suara, diam malah isyarat dan pertanda Tuhan memberi tahu, betapa mereka saling mencintai.
***
.1.
Brang !! Brang !! Brang !!
Rumah yang senantiasa damai dan selalu diisi suara indah dari alunan piano dan gitar seorang gadis itu berubah mencekam. Lihatlah wajah cantiknya, penuh memar di pipi. Pelipisnya bersimbah darah, bajuknya robek tak beraturan.
"Berhentilaaaaah !! aku mohooon!!" Park Na Eul, yang sedianya seorang ibu dari Kim Seohyun menarik dan berlutut memohon-mohon belas kasih dari Kim Yoojun yang tak segan memukuli gadis belia berumur dua puluh dua tahun yang sebenarnya sangat ia cintai.
"Haa, Kim Seohyun, jadi kau lebih memilih untuk mati di tanganku?” Seohyun menatap nenar sang ayah yang berdiri dengan penuh amarah.
"Hentikan ini semua Yoojun aku mohooon, dia anaku, anak kita bagaimana mungkin kau tega membunuhnya..." Naeul masih berteriak-teriak dan memohon pada Yoojun yang sudah mengeluarkan pistol dari dalam jasnya. Kini ia telah menarik pelatuknya, satu sentuhan saja, Seohyun benar-benar akan mati. Naeul beralih meraih Seohyun dan memeluknya erat.
"Bunuh saja aku Yoojun, bunuh saja aku!!" wanita berusia empat puluh lima tahun menghalangi Seohyun.
"Aboji.." Seohyun bangkit dan melepaskan genggaman ibunya walau tubuhnya penuh luka. Ia berjalan pelan, ia menggenggam erat senapan di tangan ayahnya kemudian menurunkannya.
"Na—naneun..." airmatanya bercucuran, suaranya bergetar antara segan dan enggan. "akan mengikuti keinginanmu..."
Arogansi Kim Yoojun mereda, ia tersenyum puas mendengar kata-kata putrinya, Naeul masih menangis kencang di tempatnya, hatinya terasa remuk redam, di satu sisi jika Seohyun tak mengikuti keinginan Ayahnya maka ia mati, sisi lainya jika ia mengikuti keinginan Ayahnya ia hidup seperti mati.
"Bagus.. rupanya kau masih mau hidup dan berbakti padaku, Manusia yang memenuhi keinginanmu selama dua puluh dua tahun. Maka apalah arti mengikuti keinginanku yang hanya sesekali..." Naeul menepuk-nepuk dadanya kencang, terus menerus membenturkan kepalanya pada dinding kokoh di ruang keluarga yang serba megah.
Seohyun berjalan pelan dan mendekap ibunya.
"Aku !! aku !! ini aku ibumu yang tidak berguna, kau boleh membunuhku Seohyun!! Itu lebih baik daripada seumur hidup melihatmu menderita!!" Naeul berteriak-teriak frustasi dan terus menyesali keadaan ini.
“Omma..” Suaranya sebening embun. “Ssst.. aku baik-baik saja omma..” Seohyun mendekap erat ibunya, berharap menemukan ketentraman yang baru saja hilang.
Semoga ..
***
.2.
Laki-laki muda itu masih tenggelam dalam lelap saat ponselnya berdering memecah sunyi. Jung Yonghwa berusaha acuh namun dering itu tak berhenti walau ia sudah mengabaikannya 8 kali.
“Aish!!” decaknya kesal, Yonghwa berguling-guling di tempat tidurnya. Menutup kedua kupingnya, namun akhirnya ia menyerah saat ponselnya berdering untuk ke sepuluh kalinya.
“Waeyo!!” Jeritnya kasar sambil bangkit dari tidurnya.
“Tuan Muda, hari ini pernikahan Ayahmu, apakah kamu tidak akan datang?”
“YAAA!! Katakan padanya AKU TIDAK PEDULI!!” Yonghwa dengan cepat menutup sambungan telepon itu dan melemparkan ponselnya hingga isinya berhamburan.
“Jiiih” desisinya “Michin!!”
Dia bangkit dan menatap potret ibunya, “Seharusnya kau tidak menikahinya, dan aku tak harus menderita dan menahan berbagai aib seperti ini...”
Yonghwa tersenyum kecut, rasa rindu pada ibunya mampu meredam amarahnya, rasanya ia ingin mendekap ibunya.
Ayahnya adalah Jung Ryejang, seorang pengusaha berlian yang juga pemilik peternakan terbesar di Daehan Mingguk, dan menyambi menjadi Bandar judi papan atas yang harta bendanya melimpah ruah takan habis hingga ke tujuh turunannya. Usianya lima puluh dua tahun, dan hari ini dia akan menikah ‘lagi’ setidaknya untuk ke tujuh kalinya, bagi Ryejang perempuan diciptakan untuk disayang lalu dibuang, termasuk Lee Hyogyo, ibu kandung dari anak semata wayangnya Jung Yonghwa.
***
Meanwhile....
Seohyun membenamkan diri dalam bath tub dengan aroma therapy, namun tetap saja ia tidak bisa mengendalikan isi otaknya, terlalu banyak hal-hal negatif yang berpesta pora hingga tak ada yang bisa ia pikirkan selain ‘Bagaimana caranya menangis...’
Satu minggu telah berlalu sejak hari dimana ayahnya siap membuat lubang di kepalanya dengan timah. Sejak saat itu hidupnya tak beda dengan sebuah boneka. Bahkan ia sudah tak sanggup untuk sekedar menangis.
Naeul menyibak tirai penghalang bath tub, ia tersenyum sendu di dini hari yang begitu kelam baginya, juga putrinya. Naeul menarik nafas dalam-dalam berusaha tidak menangis.
“Maafkan aku yang tak berdaya ini Seohyun-ah...” sia-sia akhirnya ia menangis.
“Omma, aku baik-baik saja, berhentilah menangis..” tak ada kesedihan tersirat di wajah Seohyun ia menghapus buliran air di pelupuk mata ibunya.
Naeul mulai mengambil body Scrub dan menggosok-gosong punggung Seohyun sambil terus menangis. “Mengapa Tuhan mengirimkanmu menjadi anaku Seohyun, maafkan aku, maafkan aku...” tak ada jawab, Seohyun hanya menunduk dan memandang butiran busa yang menutupi tubuhnya ia sama sekali tak bisa berfikir, tak ada jalan lain kecuali menerima keadaan dan menjalaninya, walau itu.. sulit.
Beberapa jam setelahnya matahari mulai menjelang, Naeul semestinya bahagia melihat putrinya berbalut gaun pengantin berwarna putih bersih, namun tak ada alasan baginya untuk berbahagia dengan ini semua, ini adalah rangkaian acara untuk menghantarkan putrinya dalam derita.
“Oh, putriku cantik sekali, bagaimana luka memarmu sayang? Sudah pulih seluruhnya kan?” Yoojun menatap puas dan bahagia pada putrinya. “Tak ada yang lebih cantik dari putriku Kim Seohyun di dunia ini...” tawanya menggelegar dan begitu menerjang tajam, begitu sakit, begitu pedih di hati Seohyun maupun Naeul.
“Aboji..” lirihnya pelan, Yoojin menatap putrinya. “Aku ingin bertemu dengan Tuan Ryejang sebelum pernikahan dilangsungkan...”
“Untuk apa Seohyun? Sebentar lagi kalian bertemu...”
“Tolong kali ini aku meminta padamu, hanya satu permintaan...” Yoojun mengangguk-ngangguk. “Baiklah, Kim Jonghyun akan mengantarmu...” tak lama Jonghyun datang dan menggandeng Seohyun menuju ke ruang tunggu mempelai laki-laki.
***
Di jam-jam terakhir Lee Jungshin masih mencoba menghubungi Yonghwa, itu perintah dari Ryejang, Lee Jungshin merupakan kepercayaannya tangan kanan dari Ryejang yang juga merupakan sahabat baik Yonghwa dari kecil.
“Anak itu selalu membuatku sakit kepala...” Ryejang memijat-mijat keningnya.
“Jeoseuhamnida Tuan, Tuan muda tidak bisa dihubungi, dan saat beberapa orang di kirim ke rumahnya, ia sedang tidak berada di rumah...”
“Aish.. yasudahlah...” setelahnya pintu ruangan itu diketuk. Jungshin bergegas membukanya.
“Ah, Seohyun-ssi ?” Jungshin setengah kaget mendapati perempuan cantik menunduk di hadapannya. “Silakan masuk nona...” Jungshin membuka pintu selebar-lebarnya.
“Aigo aigo.. istriku ini cantik sekali...” cepat Ryejang berdiri dari duduknya dan mendekati Seohyun yang masih menunduk.
“Tuan Ryejang, bisakah saya berbicara secara pribadi dengan anda...”
Jonghyun dan Jungshin sama-sama menunduk, dengan sekali anggukan dari Ryejang Jungshin dan Jonghyun bergegas pergi dari ruangan itu.
“Ada apa Seohyun-shi?” Ryejang menarik dagu Seohyun dan membuatnya menatap Ryejang pilu. Kemudian Ryejang terhenyak ketika satu detik kemudian Seohyun sudah menjejak tanah dan berlutut mengiba padanya dalam tangis.
“Aku mohon.. aku mohon padamu..” Ryejang menatap gadis yang lebih pantas menjadi anaknya itu kaget. “Anda bisa menjadikan saya boneka atau hiasan di rumah anda, saya tau anda tidak akan menyakiti saya, tapi jangan membelenggu saya dengan ikatan pernikahan seperti ini tuan.. saya mohon.. saya masih ingin melanjutkan kuliah saya, tapi saya tidak mau aboji jatuh dalam keterpurukan, saya sangat berterimakasih anda mau membayar dan melunasi semua hutang-hutang aboji.. tapi.. tapi..” Seohyun terus menangis dan mengiba di lutut Ryejang.
“....Tapi saya tau.. anda tidak mengingikan apapun dari saya kecuali keperawanan dan kecantikan saya.. saya mohon tuan anda bisa membawa saya dan menyimpan saya di rumah anda untuk sekedar di pergunakan saat anda mau, karna suatu saat saya akan dibuang dan dilupakan.. tapi lepaskan saya dari pernikahan.. dan biarkan aboji hidup bahagia.. suatu hari jika ini belum cukup aku akan membayarnya dengan jumlah yang sama, saya mohon..”
Tangis Seohyun rasanya membuat langit ikut runtuh, bagaimana gadis semuda dan sepolos itu dijadikan alat untuk membayar dan menyelamatkan perusahaan tekstil ayahnya yang hampir bangkrut, sebelum Seohyun lahir ke dunia ini, ayah dan ibunya betul-betul hidup dalam garis kemiskinan, mereka mengemis dan membersihkan sampah-sampah di pinggiran jalan sambil menggendong Jonghyun setiap malam untuk mencari uang, dan saat Seohyun lahir ke dunia ini, ia seperti jimat, hingga ayahnya dapat membuka perusahaan sendiri dengan kekayaan yang melimpah ruah, sayangnya saat ini perusahaannya betul-betul failed, Yoojun tidak ingin kembali ke masa dua puluh lima tahun yang lalu, ia tidak ingin melihat Naeul dan Jonghyun menderita, apalagi putrinya dan Ryejanglah yang bisa membantu Yoojun menuntaskan segala masalah asal Yoojun mau menikahkan Seohyun dengan dirinya, tanpa berfikir bahwa inilah derita tiada akhir yang harus dicerna oleh Kim Seohyun.
“Berhentilah menangis dan mengemis seperti itu Seohyun...” Ryejang menarik lengan Seohyun untuk bangkit.. dan menghapus airmatanya.
“Baiklah.. baiklah, jika itu yang kamu mau..” Ryejang mengangguk-anggukan kepalanya “Aku tidak akan menikahimu Seohyun, yang kau katakan memang benar, setelah menikah aku hanya akan membuang perempuan-perempuan yang aku nikahi, kau memang anak pintar Seohyun-shi...” Ryejang dengan lembut berbisik di telinga Seohyun.
“Lee Jungshin masuklah!!!” Jungshin kemudian membuka pintu dan menghadap pada Tuannya.
“Katakan pada semuanya, pernikahan ini batal...” saking kagetnya Jungshin tak bisa bergerak sama sekali.
“Dee?!” ia ingin menegaskan perkataan Jung Ryejang sekali lagi.
“Pernikahan ini batal...” tukas Ryejang dingin.
***
.3.
Kang Minhyuk, mahasiswa semester 2 di YS International University habis babak belur di hakimi gadis-gadis cheers yang menyadari mereka telah dibohongi dan semua dari mereka di kencani satu-satu oleh masterpiece cassanova this years.
“Sialan kau!!” Tiffany membabi buta memukuli Minhyuk, diikuti gadis-gadis Cheers lainnya. Hingga pintu ruangan cheers terdobrak dan Yonghwa muncul tergopoh-gopoh.
“YAA!! Hentikan!!” Semuanya menatap tajam ke arah Yonghwa.
“Jangan hiraukan dia!!” Sohee terus memprofokasi dan membuat keadaan semakin ricuh, terpaksa Yonghwa menarik satu-satu lengan-lengan mulus para cheersleader dan mendorong mereka hingga terhempas ke lantai, ia menarik Minhyuk dan mengajaknya berlari
“Yaaaak!! Berhenti kalian!!” Tiffany, Sohee, dan ke delapan member Cheers lainnya berlari mengejar Minhyuk dan Yonghwa, hingga mereka kehilangan tenaga dan membiarkan Yonghwa dan Minhyuk lolos.
Nafas Yonghwa dan Minhyuk tersengal-sengal.
“Hahahaha...” Minhyuk malah terbahak puas. “Aku hampir saja mati di tangan gadis-gadis bodoh itu...” ia terus terbahak, dan Yonghwa menatapnya jengkel.
Bugg!! Satu pukulan mendarat di pipi kanan Minhyuk.
“Mwoya!!” Minhyuk kaget dan menyentuh bibirnya yang mengeluarkan darah.
“Anii, itu hanya pelajaran untukmu karena sudah membuat duniaku kacau. Dan !! berhentilah menjadi seorang Playboy!” cerca Yonghwa.
“Ah..” Minhyuk terus menekan bibirnya yang terasa perih. “Arraseo!!” ia melengos dan setuju, untuk kali ini adalah jejak akhir dirinya sebagai seorang Cassanova.
“Gara-gara ulahmu ini, aku juga ikut terseret! Mereka mengira aku dan kamu sama, aaaah pabbo Minhyuk-ah!!” Yonghwa memukul kepala Minhyuk.
“Hentikan Hyung..” Minhyuk mengiba dan menatap Yonghwa, namun tatapannya teralihkan.
“Hyung.. hyung.. si—siapa dia?” Minhyuk mengikuti tubuh gadis berparas cantik yang baru saja masuk dari gerbang urtama YS University dengan bola matanya.
“Dia.. cantik sekali Hyung..” menyadari Minhyuk benar-benar larut Yonghwa mengikuti arah mata Minhyuk.
“Aku tidak begitu yakin, tapi.. setauku kalau tidak salah dia itu Kim Seohyun dari jurusan seni musik juga tapi tidak satu kelas denganku”
“Yeppo.. jeongmal yeppooo..” Minhyuk seperti terhipnotis ke dunianya sendiri untuk menikmati pemandangan indah yang Tuhan berikan pagi ini untuknya.
“Kau!” Yonghwa memukul kepala Minhyuk sekali lagi “ingat apa janjimu barusan!”
“aish!! Hyung, aku berjanji, jika saja aku bisa mendapatkan gadis itu, aku akan berhenti menjadi playboy dan akan mencintai gadis itu saja, hanya dia, Kim Seohyun!!”
“Mwo? Mworago? Hahahha..” Yonghwa terbahak puas. “Lupakan!!” ekspresinya berubah secepat kilat menjadi sangat datar.
***
Ia bertandang seolah mengerti ia berbeda haluan, baginya kini ia hanya sebuah benda yang menunggu untuk dibuang, mati dan terbenam, ia hanya menjalani hari-hari sambil terus menunggu badai apalagi yang akan melandanya? Ia hidup seperti mati, dan mati padahal masih hidup.
Langkah demi langkah yang dilaluinya seperti menjejak angin, ia hanya mengikuti ilusi masadepannya yang masih terjamah dalam doa dan usaha, walau sekarang ia merasa ini semua memang ilusi belaka. Seohyun masih sangat terlihat cantik luar biasa walau wajah cerianya perlahan sirna, ia mengenakan terusan sepertiga kaki dan cardigan berwarna muda. Membawa gitar di punggungnya dan wajah sendu tersirat begitu dalam. Ia memasuki gedung kampus fakultas seni. Taeyeon menyambutnya.
“Seohyunyaaa.. Bogoshipposso...” Taeyeon bergelayut manja di tangan sahabatnya.
Seohyun tersenyum “nado.. Tiffany oddiseo?” Seohyun mencari satu lagi sahabatnya dan memutar pandangannya kesegala arah.
“Tadi dia berkumpul dengan anak-anak cheers, entahlah belum kembali...” Taeyeon ikut mencari keberadaan tiffany.
“Annyeong yeoreobuuuuuun!” Tiffany tersenyum dan berlari dari kejauhan melihat dua sahabatnya, Seohyun sudah hampir dua pekan meninggalkan kelas dan mereka sangat merindukan gadis itu.
“Seohyun pabooooo!!” Tiffany berhenti dan memeluk erat-erat sahabatnya “aku kangen banget tauuuuuu!!” kini ia mencubit gemas pipi Seohyun, sejenak Seohyun melupakan bayangan kelam yang mengikutinya, dimensi itu terlalu nyata untuk sekedar diberi nama bayangan, takdir terlalu dekat untuk mengelak, dan Ryejang terlalu nyata untuk menjadi ilusi belaka.
“Apa kamu sudah benar-benar sembuh Hyunnie?” Taeyeon menatap bahagia dan perbincangan mereka berlanjut hingga masuk kedalam kelas.
“Ige mwoya?” Tiffany berhenti saat dimejanya tersimpan selembar kertas, Seohyun dan Taeyeon memeriksa meja mereka dan mendapati kertas yang sama. Mereka bersamaan membukanya.
“Haaaa!! Three days ?!! Camp!! Yaaalk..” Tiffany merinding, hanya membacanya saja sudah membuatnya ketakutan dan enggan.
“Shireo shireo shireo...” Tiffany menggeleng-gelengkan kepalanya. Kenapa harus mahasiswa tingkat 2 ? kenapa tidak mereka saja tuh bocah-bocah tingkat 1?”
“Aniyo, aku kira kita pergi bersama mahasiswa tingkat satu fanny...” Taeyeon menjelaskan sambil terus membaca isi surat.
“Ah jinjja, ini akan sangat menyenangkan, aku ikuuuuut!!” Seohyun mengangkat kertasnya dan berdiri semangat.
“Aku jugaaaaaaaaaaaaa!!” Taeyeon turut berdiri dan menggenggam tangan Seohyun, lalu mereka berdua memandang Tiffany, menggoda.
“Haaa, shirreo” Tiffany cemberut dan berhenti menatap sahabat-sahabatnya. “Fannyyyyyy” Seohyun dan Taeyeon terus menggoda Tiffany.
“Hah....” decaknya putus asa, “Baiklah aku ikut..” jawabnya lesu.
“Yihaaaa!! We are TaeTiSeo...” Seohyun dan Taeyeon berjingkrak-jingkrak kegirangan.
***
Matahari mulai menyisakan segurat sinar di langit beradu antara jingga, ungu dan abu. Yonghwa memutuskan untuk terus melangkah ke puncaknya hingga menemukan nisan ibunya. Ia melega, sesekali ketika ia sedang hancur, ketika jiwanya begitu lebur ia hanya ingin kembali kesini, ke peraduan dimana ibunya terbaring tenang..
“Annyeonghaseo omma..” Yonghwa meletakan lembut bucket bunga lily di nisan ibunya. Untuk beberapa menit ia hanya memandangi nisan itu.
“Omma..” lirihnya pedih “apakah aku harus terus mengakuinya sebagai ayah? Aku tidak ingin mewarisi walau setetes saja darah darinya..”
Semilir angin memecah sunyi, seolah ibunya menjawab semua sendu dalam dadanya. Walau jawaban itu hanya sekedar isyarat. Yonghwa berlalu setelah lima belas menit menunggu, menunggu rasa tentram yang menghangatkan tumbuh di hatinya.
Langkah Yonghwa terhenti saat menyadari ada seorang wanita berbaju putih sedang memandangi nisan dengan perasaan pedih yang tersirat dari matanya.
“Kim Seohyun...” bisiknya pelan, Seohyun masih saja memandang pilu nisan yang masih baru dibuat dari kayu.
“Aku membiarkanmu mati disini, untuk hidup kamu tak bisa lagi..” Seohyun tersenyum dalam tangis, matahari nyaris habis ditelan gulita “selamat tinggal.. semoga kau tenang..” lirihnya sambil berlalu dari tanah luas di atas bukit yang dijadikan pusat pemakaman terbesar di Seoul.
Setelah Seohyun berlalu, Yonghwa mendekati nisan itu, dan betapa tidak saat melihat nama yang tertera di nisan baru ituYonghwa terhenyak kaget.
R.I.P Kim Seohyun.
“Mwoya?” Yonghwa menegaskan diri, lututnya terasa lemas tak terkendali. “Jadi, yang baru saja aku lihat itu? Hantu?!” bulu kuduknya berdiri di tengah remang yang menghujam ia berlari ketakutan, namun ia terhenti saat di hadapannya ada Seohyun mematung dan menatapnya tajam.
“Hah...” Yonghwa berhenti dan terhempas diantara dedauanan kering.
“Sedang apa kamu disini? Kamu, Jung Yonghwa kan?” tanya Seohyun hati-hati lalu mendekati Yonghwa.
“Stop!! Jangan mendekat!!!” Yongwha bergetar ketakutan, kedua alis Seohyun beradu menandakan kebingungan yang ia rasakan. “kamu hantu!!” Yonghwa terus menunjuk-nunjuk Seohyun dan berusaha menghindarinya. Seohyun tetap mendekat dan mengulurkan tangannya untuk membantu Yonghwa bangun.
“Pasti kamu baru saja melihat nisan bertuliskan namaku.. hah kamu itu bodoh sekali Tuan Jung...”
Yonghwa masih menatapnya asing.
“Ayo cepat bangun, atau mau sampai pagi diam di kuburan ini?” Seohyun malah terus bersikap santai. “Yang di kubur itu adalah jiwaku.. harapanku, bukan aku yang mati.. haaah bodoh...” kemudian Yonghwa mengamit tangan Seohyun dan berdiri.
“Lihat? Aku bukan hantu kan?” diantara sinar matahari senja dan anak-anak rambut yang berterbangan bebas Yonghwa menyadari betapa cantiknya gadis ini. Yonghwa masih terpaku dan enggan melaju, lengannya masih kuat menggenggam tangan Kim Seohyun, Seohyun tersenyum lega dan menatap mata Yonghwa.
‘Matamu..’ sinar matahari bebas menyentuh wajah Seohyun yang teramat anggun dan menyejukan, Yonghwa tertegun lugu, rasanya waktu berhenti disitu.
‘senyumu..’ Seohyun mengibas-ngibaskan telapak tangannya pelan di depan wajah Yonghwa.
“Ada apa?” Seohyun bertanya polos. Yonghwa berkedip pelan setelahnya.
“Aniya..” jawabnya, lalu beberapa detik kemudian. “Kim Seohyun, kita sempat berada satu kelompok saat penerimaan mahasiswa baru kan?” tanyanya pelan Seohyun nampak berfikir keras.
“Ah.. ye.. waeyo?” kemudian Seohyun dan Yonghwa melanjutkan langkahnya menuruni bukit saat matahari benar-benar akan tenggelam.
“Tidak, hanya saja dulu kamu tidak secantik ini...” Senyum Yonghwa terbit malu-malu, Seohyun yang berjalan satu langkah di hadapannya berhenti, Senyum Seohyun sirna, kemudian ia berlari kencang meninggalkan Yonghwa dalam hening dan ketidak mengertian.
“Se—se—se—ooo-Hyun!!” Yonghwa tak sempat mengejar gerakan tiba-tibanya.
“Gadis itu pemalu sekali...” Yonghwa menggigit-gigit bibirnya dan mengusap kepalanya, hatinya tiba-tiba terasa berdesir hangat, indah lebih indah dari langit sore di atas bukit ini. “Ah lupakanlah Yonghwa...” kemudian ia menggeleng-geleng kepalanya.
***
Ryejang menghabiskan waktunya untuk menatap layar televisi dengan acara baseball favoritnya saat terdengar suara pintu tergeser. Seohyun baru saja kembali saat waktu makan malam sudah berakhir.
“Darimana saja kau Kim Seohyun, tidak tahukah aku menunggumu...” suaranya seperti angin malam yang membuat tubuh menggigil ketakutan, matanya tak lepas dari layar televisi di rumah yang lebih pantas disebut istana ini, dan disinilah Seohyun kini tinggal.
“Jeoseohamnida Tuan Jung, aku harus menyelesaikan kelas tambahan...” Seohyun berhenti dan menunduk di tempatnya. Ryejang berdiri dan perlahan mendekati bonekanya itu.
Dan Plak satu tamparan mendarat di pipi kanan Seohyun.
“Beraninya kamu membohongiku..” senyumnya kecut. “Aku tahu jadwal kuliahmu Seohyun, dan jangan kira kamu bisa berbuat sesukamu di luar rumah, inikah balasanmu untuku? Aku yang sudah menyelamatkan hidup orang tuamu, aku yang mengikuti maumu untuk tidak menikahimu, bahkan aku tidak menyentuhmu sama sekali, tapi.. kau.. oh sungguh tidak bisa dipercaya...”
Ryejang mengangkat dagu Seohyun kasar, tak ada binar sedih dan menderita muncul dari wajah Seohyun, ia hanya menatap kosong seolah tak ada yang terjadi pada dirinya. “ingatlah ini, aku membebaskanmu untuk terus melanjutkan hidup diluar istana ini, tapi.. satu kali saja kau menghianatiku.. kau tau apa yang terjadi.. dia .. pria manapun.. siapapun itu yang berani menyentuhmu.. dia .. mati!!!!” Ryejang menatap sinis dan penekanan penuh ancaman terkandung dalam kata-katanya, setelahnya ia melepaskan Seohyun dan meminta pelayannya mengantar Seohyun ke peristirahatannya.
Seohyun menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan kamar berukuran tiga kali lebih luas dari kamarnya yang dulu. Megah dan penuh kesunyian, dingin dan rasa sakit terus menghujam saat ia menatap sekeliling kamarnya, semua barang-barangnya sudah di ganti dengan yang baru, ia menutup wajahnya dan bulir-bulir airmata yang sedari tadi membendung kini membuncah dalam sedu dan sunyi.
Im Yoona yang menjadi istri sebelumnya mendekati Seohyun, ia tau persis apa yang dirasakan Seohyun.
“Nona..” lirihnya. “Aku tau kamu bahkan lebih kuat dariku..” Yoona yang kini dibuang menjadi pelayan duduk di tempat tidur yang sama.
“Aku tau kamu pasti bisa bebas dari semua ini..”
Seohyun membuka matanya dan bangun dari tidurnya, ia memeluk Yoona cepat. Tak ada kata, dalam tangisnya Seohyun sudah menjelaskan betapa ia menderita dengan segalanya. Yoona membalas peluknya, berusaha mencerna dan menerima dalam pembagian asa yang semakin remuk. Malam itu Seohyun merasa Yoona seperti seorang kakak, tempat berbagi dalam setiap keputus asaannya.
***
Yonghwa menatap langit malam yang begitu indah dengan bintang-bintang bertaburan disana, rumah atapnya selalu menjadi saksi cerita-cerita kacangannya yang tidak bermutu, tapi malam ini ia bercerita banyak.
“Hai bintang!” teriaknya. “Kau masih kalah bersinar dibanding matanya, ya!! Dia Kim Seohyun...”
Yonghwa menjadi benar-benar gila dengan ini semua, hatinya masih berdebar kencang bila mengingat tatapan mata Seohyun tadi sore.
“Hai bintang!! Bisakah aku mendapatkannya?” ia bertanya sambil terus berteriak lantang, hingga tiba-tiba hujan gerimis turun dan membuat ia menghentikan curhatnya dengan bintang. “Bi? Aneh sekali” Yonghwa mulai berlari masuk ke rumahnya saat hujan mulai deras.
Kemarin, ku lihat awan membentuk wajahmu
Desau angin meniupkan namamu
Tubuhku terpaku, semalam..
Bulan sabit melengkungkan senyumu
Tabur bintang serupa kilau auramu..
***
.4.
First Day ..
Deburan ombak membuat alunan syahdu antara laut dan pantai yang saling mencumbu, terik matahari rasanya begitu bersahabat, dan baru diketahui ternyata hanya mahasiswa-mahasiswa tertentu saja yang di undang mengikuti camp ini, dan terhitung delapan puluh mahasiswa dari berbagai jurusan tingkat satu dan dua yang mengikuti camp.
Seohyun, Taeyeon, Tiffany termasuk di dalamnya, selain itu ada Yonghwa dan Minhyuk Sohee juga termasuk, ada Goo Hara yang merupakan anak dari salah satu komite Universitas yang terus menempel di tangan Minhyuk, mereka resmi jadian kemarin dan hari ini mereka seperti sepasang magnet yang tak bisa lepas.
Mata Yonghwa tak berhenti memandangi Seohyun dari kejauhan, begitu tenang dan menghangatkan, hanya itu saja yang Yonghwa rasakan tiap kali melihat wajah putih Seohyun.
“Ayo semua berkumpul...” Lee Donghae yang merupakan ketua pelaksana dan mahasiswa tingkat tiga satu-satunya mengencangkan suaranya.
“Tempat perkemahan kita berada di atas bukit itu, dan tidak ada transportasi menuju kesana, jadi kalian semua harus membawa sendiri barang-barang bawaan kalian, sesampainya disana, kalian diperkenankan untuk beristirahat dan berbenah perlengkapan, setelah itu saya akan melanjutkan kegiatan yang sudah di tata sebelumnya oleh para panitia tingkat dua, ada yang ingin di tanyakan??”
Tidak ada yang menjawab.
“Baiklah, lets go to the new world...” Donghae berteriak semangat diiringi tepuk tangan dari para Mahasiswa.
“New world apaan? Nyiksa kali...” Tiffany mendengus kesal. “Dan ish, lihat dua makhluk menjijikan itu...” ia menatap sinis pada Minhyuk dan Hara yang berjalan bersamaan di depan Fanny.
“Memangnya siapa dia?” tanya Seohyun
“Itu dia, mantan kekasih Tiffany, hahahah anak laki-laki itu benar-benar kurang ajar, masa dia mengencani semua anak cheers?” Taeyeon terbahak dan Seohyun menahan tawanya.
Tiap kali Seohyun berada diluar rumah ia merasa inilah waktu yang tepat untuk berbahagia sebelum kembali ke sangkar emasnya, jadi dimanapun ia berada ia berusaha memanfaatkan waktunya untuk tidak bersedih dan meratapi nasibnya. Satu hal yang harus ia ingat, tidak ada satupun laki-laki yang boleh ia cintai.
Membutuhkan waktu setengah jam untuk mencapai tempat perkemahan, disana sudah tersedia rumah-rumah dari kayu dan sederhana untuk ditempati, beruntunglah mereka bisa memilih kelompoknya sendiri, jadi Tiffany tidak harus takut berpisah dengan dua sahabatnya.
“Aaa tempat ini sungguh sangat tidak layak...” Tiffany berjinjit saat memasuki kamarnya.
“Aniya, berhentilah bersikap manja Fanny, daripada kita tidur di tenda kan? Kampus kita memang sangat kaya raya, camp saja harus menyewa cottage seperti ini...” Taeyeon melihat-lihat keseliling kamar walau memang keadaannya sangat alami. Tidak ada aliran listrik disana, namun suara ombak terdengar jelas walau jaraknya cukup jauh dari lokasi perkemahan ini.
***
Seohyun memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri menikmati pemandangan laut dari atas bukit, ia sangat mencintai waktu-waktu seperti ini, saat matahari hendak tenggelam, itu membuat hatinya tentram, ia berada di tepian tebing yang cukup tinggi yang menjulang langsung ke pemandangan pantai, ia memeluk lututnya, memejamkan matanya, dan bersyukur
“Terimakasih Tuhan, untuk waktu-waktu bahagia yang tersisa ini...” hingga ia merasa telapak tangan seseorang menutupi matanya.
“Nuguseo?” ia bertanya lembut kemudian memegang telapak tangan itu dan melepaskannya perlahan dari matanya, ia kaget ternyata itu adalah Lee Donghae.
“Oppa, waeyo??? apa yang kamu lakukan disini?”
“Aku hanya mengikutimu...” kemudian Donghae duduk disisi Seohyun.
“Seohyun, apakah kamu tidak menyadari..”
“Menyadari apa Oppa?” Seohyun memandang lautan luas dengan hati terbuka dan bahagia tak terduga.
“Aku menyukaimu sejak lama...” Seohyun terhenyak, ia kemudian bergegas berdiri, saat ia akan pergi Donghae sudah memegang tangannya erat.
“Kenapa kamu menghindariku?” tanyanya lembut, dan menarik Seohyun untuk lebih dekat dengannya, Donghae memberanikan diri untuk menatap Seohyun dekat, lebih dekat, sedekat-dekatnya, tubuh Seohyun bergetar hebat, Siapapun di dunia ini tidak mungkin menolak seorang Lee Donghae, dia adalah sosok pangeran berkuda putih yang sangat romantis dan memperlakukan perempuan dengan sangat baik.
“Dengarkan aku, aku mencintaimu Kim Seohyun, sejak pertama aku melihatmu..” Donghae berbisik dan mendekatkan bibirnya pada Seohyun.
“Hentikan Oppa, aku mohon!!” isak tangis Seohyun membuat Donghae kaget. “Tolong lepaskan aku..” Seohyun melemah, tanpa berfikir panjang Donghae melepaskan genggamannya dan membiarkan Seohyun pergi.
Seohyun berlari cepat hingga ia menabrak seseorang di hadapannya, itu Jung Yonghwa.
“Kamu kenapa Seohyun?” tak ada jawaban, Seohyun bangkit dan terus berlari. Yonghwa kebingungan dan beberapa saat kemudian ia melihat Donghae turun dari atas tebing yang sama dengan wajah penuh kecewa dan rasa bersalah tersirat di dalamnya.
***
Jung Ryejang sudah mengirim Jungshin untuk diam-diam mengikuti semua kegiatan Seohyun, Jungshin sudah dilatih untuk menjadi mata-mata hebat selama beberapa tahun, dan disinilah dia sekarang, sedari tadi sudah mengikuti gerak-gerik Seohyun.
“Yobseo Tuan...” Jungshin mengangkat teleponnya yang bergetar
“Bunuh Lee Donghae!!!”
“Baik akan ku katakan pada Junsu...” Dan Junsu adalah pembunuh bayaran yang sudah di peliharan oleh Ryejang sejak lama, Junsu bisa membunuh siapapun dengan cara luar biasa, korban akan terlihat seperti bunuh diri dan tak ada barang bukti yang tersisa.
***
Malam itu di tengah api unggun Donghae mengumumkan kegiatan untuk besok pagi
“Delapan puluh mahasiswa ini akan dibagi kedalam 20 kelompok, satu kelompok terdiri dari empat orang, tadi sore seluruh panitia sudah melakukan penyusuran untuk kegiatan ini, besok pagi kalian akan mencari jejak harta karun sesuai dengan stample dan petunjuk yang sudah di pasang, dan dengarkan nama-nama kelompok kalian...”
“Shirreo.. aaaa...” tiffany mendesis dan menyusup ke celah tangan Taeyeon, kali ini ia benar-benar tak mau, Tiffany sejak kecil membenci hutan dan juga perkemahan, karena ia pernah diserang oleh babi hutan dan hampir saja kehilangan nyawanya.
Tiffany dan Taeyeon berada di kelompok yang sama dan sialnya ia satu kelompok dengan Minhyuk dan Goo Hara, secara kebetulan Seohyun dan Yonghwa berada di kelompok yang sama, mereka harus membimbing Choi Sully dan IU yang merupakan mahasiswa tingkat satu, setelah pengelompokan itu berakhir mereka kembali ke kemah masing-masing.
“Hyunnie ottoke?? kamu baik-baik saja kan tidak satu kelompok dengan kami?” Tiffany bertanya cemas saat mereka bertiga hendak tidur.
“Gwencanna..”
“Ia dia pasti baik-baik saja, ada Jung Yonghwa, aku tau dia pasti melindungimu, kita pernah satu kelompok tahun lalu, ingat kan?” Taeyeon melirik Tiffany.
“Oh iya betul, dia pasti melindungimu..” tak lama mereka tertidur.
***
Second days...
IU dan Sully berjalan bersamaan di depan Yonghwa dan Seohyun, mereka terus membuka peta dan mencari jalan di tengah semak dan pepohonan.
“Oppa, Oenni, kami pasti menemukan harta karunnya dan kembali dengan cepat, jadi jangan khwatir...”
Seohyun terkekeh geli
“Seharusnya kami yang membimbing kalian, kalian ini terlalu bersemangat...” jawab Seohyun.
“Tidak usah terburu-buru, hingga larut di tengah hutanpun asal bersama Seohyun aku bersedia...” Yonghwa malah bercanda
“Cieeee, Yonghwa Oppa dan Seohyun Oenni ternyata berpacaran, wah pantas saja kalian bahagia saat tau kalian satu kelompok...”
IU dan Sully membully dan menggoda mereka terus menerus selama perjalanan. Namun di tengah perjalanan, Yonghwa menarik tangan Seohyun dan membiarkan IU dan Sully berjalan didepan sendirian, Yonghwa masih menggenggam tangan Seohyun dan berlari menjauh dari IU dan Sully.
“Apa yang kamu lakukan Yonghwa !” Seohyun melawan dalam genggaman
“Ikuti saja aku, aku akan membawamu ke suatu tempat..”
“Tidak, lepaskan aku!!” Seohyun berteriak ia mencoba melepaskan diri hingga kakinya tersandung batu dan tubuhnya terguling jatuh.
Aaawww..
“Seohyun-ah, Gwenccana?” Yonghwa juga ikut terjatuh karena ia sedang menggenggam Seohyun erat tadi.
“Ani, kakiku sakit sekali...” Seohyun menahan sakitnya. Yonghwa kemudian memegang pergelangan kaki Seohyun
“Apayo? Ige?” Yonghwa menatap Seohyun cemas
“Aaah, apayo.” Yonghwa kemudian berjongkok di hadapan Seohyun. “Naiklah, kakimu terkilir...” lalu Seohyun mau tak mau harus naik ke punggung Yonghwa.
“Mianhe, ini semua salahku, sebenarnya aku hanya ingin mengajakmu ke suatu tempat..”
“Tidak, ini salahku...” Seohyun menukas. Ia tidak ingin memperpanjang masalah.
“Seohyun-shi, tolong tutup matamu.. “
“mau kemana kita”
“hanya, tutuplah matamu..”
Seohyun menutup matanya pelan saat Yonghwa terus menggendongnya ke suatu tempat yang Seohyun tidak tau dimana. Hanya saja ada suara air yang terasa semakin dekat dan dekat. Saat Yonghwa berhenti perlahan ia membuka matanya.
Takjub, tak ada pepohonan yang menghalangi sekeliling mereka, langit menembus langsung dan ada air terjun disana, ada kilauan cahaya yang disebut pelangi akibat pertemuan cahaya dan air, Seohyun tak berkedip, bahkan airnya sangat jernih, Yonghwa menurunkan Seohyun.
“Jung Yonghwa, Odisseo? Ada tempat seperti ini?” Seohyun melangkah perlahan sambil terus melihat takjub kesekelilingnya.
“kemarin aku tak sengaja mengikuti suara air, karna aku sangat haus saat melakukan kegiatan sendirian pada jam bebas, dan aku menemukan tempat ini, indah bukan?”
Yonghwa diam-diam berdiri di belakang Seohyun, wangi tubuh Seohyun tidak bisa terelakan, angin yang cukup kencang membuat anak rambut Seohyun menyetuh wajah Yonghwa pelan.
“Yonghwa, gomawo..” bisik Seohyun ia kemudian melepaskan sepasang sepatunya dan berjalan pelan menuju air terjun dan kolam alami di bawah air terjun.
“Hati-hati Seohyun!!!” Yonghwa turut melepas sepatunya dan berlari mengejar Seohyun.
“Kakiku sudah tidak sakit...” Seohyun berteriak lantang mencoba mengalahkan suara air terjun, Senyumnya merekah hebat, tatapan matanya penuh semangat dan kebahagiaan, berbeda dengan Seohyun yang mematung dihadapan nisan dengan namanya sendiri kala itu. Yonghwa takjub, bahkan keindahan tempat ini masih kalah dengan kecantikan Kim Seohyun, Seohyun melepaskan jaket tebal yang membungkus tubuhnya, ia menurunkan kakinya dan memutuskan menenggelamkan diri di kolam air terjun itu, tubuh Seohyun basah kuyup dan Yonghwa hanya menonton gadis itu, ia seperti anak kecil yang memiliki dunianya sendiri, tidak mempedulikan siapapun disana, ia menemukan kebahagiaannya sendiri, bebas sebebas-bebasnya.
“Yonghwa-shii!!” Seohyun berteriak.
“kau hanya akan diam disana?” tawa Seohyun membuat tenggorokan Yonghwa tercekat, Seohyun sangat cantik bahkan saat ia basah kuyup, Yonghwa melangkah dan melepas jaketnya juga siluetnya, topless dan Seohyun terkaget-kaget Yonghwa dengan cepat melompat dan mendekati Seohyun.
Mereka bercengkrama berdua seolah dunia ini hanya milik mereka, tidak memaksa waktu untuk mendesak mereka beranjak, walau airnya sangat dingin mereka justru menikmatinya.
“mereka akan mencari kita sepertinya..”
“Biarkan saja, kita akan menenumkan jalan pulang sendiri..” jawab Seohyun, entah apa yang tersirat di pikiran Yonghwa, saat itu juga ia mendekatkan diri pada Seohyun yang menatap lurus lukisan alam, Yonghwa mendekapnya dari belakang di dalam air.
“yo—yong—hwa apa yang..” namun suara Seohyun terhenti saat Yonghwa mulai menciumi lehernya lembut, ada getaran hangat didalam hatinya. tubuh Seohyun terlihat jelas karna ia menggunakan kaos berwarna putih, membuat Yonghwa tak bisa menahan birahinya, bagaimanapun Yonghwa adalah seorang lelaki. Apalagi dia diahadapkan dengan gadis cantik seperti Seohyun.
Seohyun membiarkan Yonghwa, karena rasa nyaman dan kehangatan yang ia dapatkan sangat menentramkan, berbeda dengan rasa takut luar biasa saat Donghae mencoba menciumnya, Yonghwa melakukannya dengan lembut dan tiba-tiba membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali.
Yonghwa mendekap erat dan terus menciumi punduk dan leher Seohyun, ia menyentuh bagian-bagian frontal yang belum terjamah sama sekali oleh siapapun, dada Seohyun berdebar hebat, kali ini ia berbalik dan menatap Yonghwa.
“Yonghwa..” lirihnya.
Yonghwa merasa gentar namun kecantikan dan keindahan tubuh Seohyun membuatnya ingin melanjutkan,
“Kamu tau.. jika kamu melakukan ini padaku, mungkin saja kamu mati?” tanya Seohyun, Yonghwa mendekatkan bibirnya ke telinga Seohyun.
“jikapun aku mati, aku tidak akan menyesal karena telah mencintaimu sedalam ini, karena aku sudah memilikimu walau sekejap...” ia kembali menciumi leher Seohyun.
Seohyun menikmatinya. “ah—“ desahnya. Seohyun tiba-tiba memeluk Yonghwa erat, tubuh Yonghwa begitu kokoh, “tapi.. ini bukan cinta..” Seohyun melanjutkan “ini hanya nafsu belaka...”
“Ssttt.. tidakah kamu merasakannya? Aku mulai mencintaimu sejak kita bertemu di bukit pemakaman, tidakah kamu tau aku mencintaimu begitu dalam Seohyun?” Yonghwa menempelkan kedua telapak tangannya di leher Seohyun.
“Tapi.. jika benar kamu mencintaiku, kamu tidak akan melakukan ini padaku..” Seohyun mulai bergetar ketakutan.. saat menyadari dirinya ada di posisi yang salah, jika Seohyun membubuhkan cinta pada Yonghwa maka sekejap Yonghwa akan mati di tangan Tuannya.
“Maafkan aku..” nafas Yonghwa berubah berat, Seohyun menggenggam tangan Yonghwa.
“Aku juga minta maaf..” kemudian dia menangis, Yonghwa dengan lembut mendekap tubuh Seohyun, dia benar, ini bukan cinta.. ini hanya nafsu dan ilusi serta obsesi untuk memiliki.
“Maafkan aku Seohyun..”
Jungshin tergugu di tempatnya, ia tidak bisa menjelaskan kerisauan dalam hatinya.
“junsu, apapun yang terjadi lebih baik aku yang mati, dari pada harus memberitahu Tuan besar jika anaknya telah menyentuh Seohyun-shi...”
Junsu mengangguk mengerti, satu sisi Jungshin tak ingin mengkhianati Tuannya, disisi lain ia tak ingin Yonghwa mati di tangannya. Bagaimanapun Yonghwa sudah menjadi bagian terdekat di dalam hidupnya, seperti urat nadinya sendiri.
“Dengarkan aku Junsu, kita harus melindungi mereka berdua apapun yang terjadi, jangan sampai Jung Ryejang-shi mengetahui tentang mereka berdua, sekarang lebih baik kita mengurus Lee Donghae untuk mengalihkan perhatian Tuan Jung, arra!!”
“Dee, arraseomnika Jungshin-shi...”
Jungshin dan Junsu berlalu meninggalkan Yonghwa dan Seohyun dalam cinta yang masih menggebu-gebu.
***
Donghae berjalan sendirian menyusuri tempat yang sudah ia kenal dengan jelas karena beberapa kali ia mengikuti camp di tempat yang sama, hutan yang berdekatan dengan laut ini memang mudah terjamah. Ia tidak meyadari keberadaan dua orang asing yang mulai mengintainya.
“Aku lelah sekali sayang...” Hara terus bergelayut manja pada Minhyuk kekasihnya
“ish” tiffany berdesis jijik
“sudahlah kalau kau terus seperti ini aku akan meninggalkanmu di hutan...” Minhyuk menanggapinya dingin, membuat Taeyeon dan Tiffany menahan tawanya. Mereka berempat menghentikan langkahnya ketika melihat Lee Donghae diikuti dua laki-laki berbaju hitam dibelakangnya, dan seekor anjing besar bersama mereka.
“siapa mereka?” bisik Tiffany ketakutan.
Dan hanya dalam hitungan detik dengan cepat seorang lelaki melepaskan anjing yang kemudian menjadi liar menuju arah Donghae. DOnghae tidak sempat menghindar. Donghae dihantam dan di cabik-cabik oleh anjing liar itu, ia mencoba melepaskan diri dan melawan namun ukuran anjing itu sangatlah besar membuat Donghae tak berdaya, sementara dua orang berbaju hitam hanya menyaksikannya santai, gigitan demi gigitan dan cabikan dari anjing yang mengenai leher Donghae membuat Donghae tak berdaya ia sekarat dan darah terus mengalir dari tubuhnya.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAA”
Go Hara dan Tiffany lantang berteriak membuat dua pembunuh itu mengalihkan perhatiannya.
“Cepat kejar mereka!!!!” Jungshin memerintahkan pada Junsu sementara ia menarik anjingnya setelah memastikan Donghae tidak akan sanggup untuk bertahan hidup lagi.
Taeyeon, Tiffany, Minhyuk dan Hara berlari sekencangnya dalam rasa takut luar biasa, mereka tidak menghiraukan pepohonan dan apapun yang ada di depan mereka, hingga kulit mereka lecet dan wajah mereka terkena ranting pohon hingga berdarah.
“Berhenti kalian !! kalian harus mati!”
“ANDWEEEE...AAAAAAAAAAA....” Tiffany terus menjerit sementara Taeyeon dan Minhyuk terus berlari Go Hara berlari paling cepat dan meninggalkan mereka bertiga. Dan rawr, seekor anjing menggigit kaki kanan Minhyuk dan ia terhenti.
“Minhyuk-shi!!” Taeyeon terhenti
“Taeng cepatlah berlari!!!”
“Noona ayo cepat berlari selamatkan dirimu aku tidak apa-apa...” Minhyuk malah berteriak.
“Fanny kau pergi cepat!!”
Tiffany dilemma antara menyelamatkan Taeyeon atau menyelamatkan dirinya sendiri, namun akhirnya ia memutuskan untuk berlari secepatnya. Taeyeon mencari sesuatu di dalam tasnya, kemudian ia mengambil sebuah ranting pohon dan menyobek bajunya, ia membakarnya dan mencoba mengusir anjing itu dengan api, Minhyuk sudah lemas karna darahnya terus mengalir dari kakinya, Taeyeon mengambil batu dan memukul-mukul kepala anjing sambil terus menodongkan api pada Anjing itu. Sementara dua pembunuh itu mengejar Tiffany dan Hara. Susah payah akhirnya Anjing itu pergi dan mengalah.
“Minhyuk.. sadarlah...” Taeyeon mengangkat kepala Minhyuk ke pangkuannya.
“Noona..” suaranya lemah “gomawoyo..”
“tolooong!! Siapapun tolong kamiii!!” Taeyon berteriak-teriak berharap ada yang mendengarnya.
Kemudian Yonghwa dan Seohyun yang basah kuyup terlihat berlari bersama, dan mereka terkejut melihat apa yang terjadi. Yonghwa berlari mendekati Taeyon dan Minhyuk
“Minhyuk.. bangunlah!! Kenapa ini ada apa ini?” sementara Seohyun memeluk Taeyeon yang terlihat ketakutan dengan pakainya yang robek dan luka di wajahnya.
“Kami berdua melihat Donghae oppa dibunuh dan pembunuh itu mengejar kami, Minhyuk digigit oleh anjing liar milik mereka yang membunuh Donghae, dan pembunuh itu mengejar Hara dan Tiffany...”
“Donghae Oppa..” suara Seohyun bergetar, bagaimana ciri-ciri pembunuhnya?" Tanya Seohyun dalam ketakutan.
“Aku tidak begitu yakin hanya saja satu dari mereka bertubuh sangat tinggi dan rambutnya panjang seperti perempuan” Seohyun terkejut rasanya jantungnya berhenti.
‘ingatlah ini, aku membebaskanmu untuk terus melanjutkan hidup diluar istana ini, tapi.. satu kali saja kau menghianatiku.. kau tau apa yang terjadi.. dia .. pria manapun.. siapapun itu yang berani menyentuhmu.. dia .. mati’ Kata-kata itu menembus jantungnya, dan ini bukan main-main, Ryejang menyuruh Jungshin untuk membunuh Donghae setelah kemarin Donghae berusaha menciumnya.. kemudian ia menatap risau pada Yonghwa. Mungkin saja selanjutnya adalah Yonghwa. Ia kemudian panik.
“cepat kita harus segera pulang ini semua terlalu berbahaya...” Seohyun ketakutan, Yonghwa menggendong Minhyuk di punggungnya, ia sudah tak sadarkan diri, dan terburu-buru menembus hutan.
Semua mata terkaget-kaget saat melihat Minhyuk dan Taeyon berdarah-darah, tak lama Tiffany dan Hara berlari kencang dari belakang mereka dengan luka yang tak kalah parah di wajah lengan dan kakinya.
“ada apa ini?!” seorang panitia bertanya dengan nada khawatir
“kita tidak bisa menjelaskanya disini...” nafas Yonghwa tersengal-sengal. “Lebih baik secepatnya kita kembali ke Seoul sebelum Minhyuk mati kehabisan darah...”
Tiffany dan Go Hara saling berpelukan dalam ketakutan, mereka bersyukur masih hidup dan selamat dari kematian.
Yonghwa membaringkan Minhyuk di tandu, dan Minhyuk di bawa oleh petugas kesehatan, beserta Tiffany juga Hara, tim penyelamat menemukan mayat Donghae yang sudah tak utuh dan sesegera mungkin dibawa ke rumah sakit di Seoul.
Seohyun masih melambungkan diri dalam lamunan ‘bagaimana jika selanjutnya Yonghwa akan mati? Bagaimana ini’ batinya terus bergemuruh. Yonghwa kemudian menggenggam tangan Seohyun erat.
“Jangan takut Seohyun...” Seohyun menatapi wajah Yonghwa, bergegas lari dalam peluknya.
“Kamu harus baik-baik saja Yonghwa.. maafkan aku.. maafkan aku..” Seohyun memeluknya dengan rasa takut kehilangan yang teramat sangat.
“Semuanya akan baik-baik saja Seohyun, pembunuh itu pasti ditemukan..” yang lain sudah berlalu dan bergegas pulang.
“Donghae mati karena aku Yonghwa..” Yonghwa terkejut.
“Apa maksudmu??”
“Kita tidak boleh ikut pulang bersama mereka, mungkin para pembunuh itu sudah mengikutimu, daerah ini sudah di arsir dan para pembunuh itu mungkin sudah kabur ke Seoul, tetaplah disini untuk sementara waktu.. aku tidak mau kamu mati.. aku.. aku mencintaimu..” Seohyun terus menangis dan memeluk Yonghwa erat.
“Tenangkan dirimu Seohyun, dan jelaskan padaku pelan-pelan..” Yonghwa menepuk-nepuk punggung Seohyun.
“Aku, adalah gadis belian seorang Jung Ryejang.. dia akan membunuh siapapun lelaki yang mendekatiku, aku tidak bisa mencintai siapapun, jiwanya akan terancam..”
“Jung.. Rye—Jang katamu?” Yonghwa geger dengan apa yang baru saja dikatakan Seohyun.
“Kemarin sore Donghae Oppa menyatakan perasaannya padaku, dan mencoba menciumku dan aku yakin Ryejang sudah mengirimkan pengawalnya untuk mengawasiku..”
Dada Yonghwa penuh sesak, situasi ini tidak mudah dimengerti, bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada gadis belian ayahnya sendiri? Bagaimana mungkin gadis itu harus Seohyun, bagaimana mungkin ini semua terjadi padanya.
“Kumohon bertahanlah disini untuk beberapa waktu hingga pembunuh-pembunuh itu berhenti mengejarmu, aku mati aku tidak peduli tapi jika kamu mati, aku tidak akan membiarkannya, aku mencintaimu Yonghwa.. aku mencintaimu..” Yonghwa menatap mata Seohyun lembut.
“Aku.. juga .. mencintaimu… baiklah kita akan bertahan disini...” Yonghwa mengelus pipi Seohyun lembut. ‘bukan untuk menghindari Jungshin dan Junsu.. tapi untuk membuatmu tenang dalam dekapanku.. aku tidak akan mati.. ditangan ayahku sendiri..’ lirih Yonghwa dalam hatinya.
***
Tiffany dan Taeyon menunggui Minhyuk di ruang gawat darurat, sementara Hara dibawa orangtuanya untuk dirawat secara intensif di rumah sakit yang lebih mewah. Tiffany terlihat masih sangat ketakutan sementara Taeyeon tidak bisa mengendalikan Pikirannya.
“Fany, segeralah pulang.. aku harus menunggui Minhyuk, kondisiku lebih baik darimu, aku baik-baik saja..”
“Taeng.. tapi..” Taeyeon menggenggam tangan Tiffany.
“Aku baik-baik saja..” Taeyeon meyakinkan Tiffany, dan Tiffany setuju, ia hanya ingin pulang dan tertidur lelap, ia terlalu lelah untuk semua ini.
Dalam perjalanan pulang, Tiffany baru menyadari ia tidak menemukan Seohyun juga Yonghwa, kemudian ia menghubuni Taeyon.
“Yobseo Taeng, apakah Seohyun dan Yonghwa ada di rumah sakit?”
“Aniya, hanya aku yang menunggui Minhyuk.. mereka..” keduanya kaget Tiffany memutus teleponnya dan berusaha menelpon Seohyun, namun sia-sia tak ada jawaban disana.
Minhyuk hampir kehilangan kakinya, ia masih berada dalam masa kritis dengan luka parah di kaki dan bahunya, Taeyeon berharap dia baik-baik saja, dan terus menunggui Minhyuk sendirian.
“Noona..”
“Minhyuk-shii… “ airmata Taeyeon memecah “Minhyuk sukurlah kau sudah sadar..”
Taeyeon menggenggam tangan Minhyuk bahagia.
“Noona, gomawoyo.. jika tidak ada kamu, mungkin aku mati..” suaranya lemah.
“Sudahlah, sekarang kamu harus beristirahat.. kamu pasti sembuh Minhyuk...”
“Noona kau harus pulang.. aku baik-baik saja.. terimakasih Noona..” Taeyeon masih terus menatap iba pada Minhyuk ia hanya akan terus menjaga Minhyuk, ini sudah masuk tengah malam, namun tak satupun keluarga Minhyuk datang, dan Taeyeon tidak bisa meninggalkannya sendrian begitu saja.
***
Kediaman Jung
Yoona masih mondar-mandir cemas di dalam kamar Seohyun, bertanya-tanya dan menerka sebenarnya apa yang terjadi, setelah melihat berita kematian dan pembunuhan di perkemahan Seohyun ia tidak bisa menenangkan dirinya.
“Apa ini semua ada hubungnya dengan Ryejang? Tapi untuk apa? Dan di tempat kemah itu mereka sudah kembali, tapi mana Seohyun?” Yoona melirik jam dindingnya ini sudah tengah malam. Tak lama suara mobil terparkir terdengar, dan Yoona melirik ke luar jendela, Jungshin kembali, tapi kali ini dia bersama..
“Junsu? Ya Tuhan.. ini semua memang berada dalam kendali Ryejang...” Yoona tersentak kaget, dan ia mengendap-ngendap mengikuti langkah Jungshin juga Junsu, saat mereka berdua masuk ke ruang kerja Ryejang, Yoona menempelkan telinganya di pintu.. samar-samar ia mendengar perbincangan mereka.
“Bodoh!! Kenapa bisa terlihat!! Keahlian kalian berdua mulai menurun, haruskah aku membunuh kalian?”
“Maafkan kami Tuan, hanya saja kami kehilangan jejak nona Seohyun sebelum menemukan Donghae, dan tidak sempat melihat disekeliling kami...”
“Ah terserahlah, jika kalian tertangkap polisi aku hanya akan membebaskan kalian, disini uanglah yang berbicara...” Ryejang berdehem dan menghisap puntung rokoknya.
“Dan, dimana Seohyun.. apakah dia bermain dengan laki-laki lain lagi?”
“Nona Seohyun, sepertinya masih berada bersama rekan perkemahannya, ia tidak bisa kembali begitu saja, dan.. hanya Lee Donghae yang berusaha mendekatinya...” Jungshin sedikit meragu, namun ia melancarkan bahasanya lagi.
“Baiklah.. jika dalam tiga hari Seohyun tidak kembali, berarti kalian membohongiku.. dan kalian akan mati..”
Yoona segera pergi, ia kembali masuk ke kamar Seohyun, ‘bagaimana ini, sebenarnya apa yang terjadi dengan Seohyun..’ Yoona mengambil handphonenya dan berusaha menghubungi Kim Jonghyun.
“Yobseo Kim Jonghyun-shi?”
“Dee, naneun Jonghyun imnida, nuguseo?”
“Im Yoona imnida, aku adalah kepala rumah tangga di kediaman Jung, apa anda tau keberadaan adik anda saat ini?”
“ani, memang Seohyun dimana?” Yoona kemudian menjelaskan kronologi kejadian sesuai apa yang ia dengar, Jonghyun seketika panik, namun ia tidak boleh membicarakan ini pada kedua orang tuanya, kemudian ia dan Yoona sepakat untuk menyusul Seohyun ke tempat perkemahan, mencarinya jika ia tidak ditemukan sedang bersama kawan-kawannya.
Setelah itu Yoona menyusuri nomor telepon sahabat-sahabat Seohyun, hanya Tiffany yang bisa ia hubungi, dan menurut keterangan Tiffany Seohyun tidak sedang bersamanya juga bersama Taeyeon, dan Yoona akhirnya yakin, Seohyun masih berada di perkemahan karena takut dengan segala keadaan.
***
.5.
Suara jengkerik dan gerimis menyatu dalam dinginnya malam, Yonghwa dan Seohyun masih bertahan di rumah kayu tempat perkemahan. Yonghwa menyalakan lampion dan perapian di dalam rumah kayu itu. Ia mendekap tubuh Seohyun yang menggigil kedinginan walau sudah di balut sweater dan selimut.
“Yonghwa..”
“hm..” Yonghwa kemudian mengamit tangan Seohyun dan meniupinya terus menggosok-gosokan kedua tangan Yonghwa pada telapak tangan Seohyun.
“Kamu akan baik-baik saja kan..” Seohyun masih gusar, padahal berkali-kali Yonghwa sudah meyakinkan Seohyun bahwa dia akan baik-baik saja. Yonghwa memutar tubuh Seohyun, dan menatapnya hangat. Tidak ada keraguan yang tersirat dari wajah Yonghwa, sebenarnya Seohyun tak harus ragu dan takut, dia hanya tidak tau keadaan yang sebenarnya.
“Aku, tidak akan membohongimu..”
“Tapi.. jika kamu mati.. aku hanya akan mengikutimu..” Seohyun meradang dalam ketakutan yang memanjang, Yonghwa memegang kedua belah pipi Seohyun lembut.. dan menggeleng pelan.. Seohyun memejamkan matanya, dan airmata meluncur mulus di pipinya, Yonghwa mendaratkan ciuman hangat di bibir Seohyun.
“Girl.. im so sorry, but I love you.. I just want to say.. everythings gonna be alraight.. don’t worry..”
Seohyun membuka matanya, dan tanpa ragu memeluk tubuh Yonghwa erat.. Yonghwa menarik tubuh Seohyun, dan menatap tulus penuh cinta.. ia mencium bibir Seohyun, kali ini lebih hangat dan bebas, Seohyun hanya menerima, kemudian ia membalas saat merasa dirinya menghangat.
Malam itu, laut dan hujan menyaksikan mereka bersatu dalam cinta dan keabadian walau sekejap, Yonghwa menggendong Seohyun ke atas tempat tidur sederhana, lembut melepas satu persatu kancing baju Seohyun, Seohyun tersenyum dan mengangguk, ia setuju. Begitu dalam mereka jatuh dalam cinta yang semakin menggila, Seohyun tahu begini caranya agar suhu tubuhnya stabil, dan begini rasanya menikmati dicumbui tanpa akhir. Jemari dan bibir merah Yonghwa mulai menyusuri setiap bagian dari tubuh Seohyun.
“Apakah kamu akan baik-baik saja? Apakah aku tidak menyakitimu jika melakukan yang itu?? AKu mencintaimu baby, dan tidak ingin melukaimu..” Yonghwa bertanya khawatir.
“Tidak, aku akan baik-baik saja Yonghwa, aku mempercayaimu dan aku tau kamulah orang yang tepat...” Seohyun masih terbaring menahan dingin dan membiarkan tubuh Yonghwa yang telanjang dada merapat di tubuhnya.
Yonghwa tidak berpikir dan bertanya lagi, dia melanjutkan aktivitasnya mencumbui tubuh itu, ada waktu ketika SeoHyun tidak dapat menahan luka itu tetapi hanya sekelebat untuk kemudian dia dipeluk oleh kebahagiaan yang menjejak, ini adalah surga, batinnya.
Yonghwapun tidak bisa menjelaskan betapa dahsyatnya malam itu, ini adalah yang pertama kalinya untuk yonghwa. Juga untuk seohyun.
"Gomawo Seohyun...” Yonghwa mencium kepala kekasihnya itu.
Seohyun tersenyum dan mencium bibir Yonghwa liar setelah itu Yonghwa leluasa menikmati malam dalam peraduan bersama gadis yang sangat ia cintai.
“Detik ini juga aku mati..” nafas mereka tersengal-sengal dalam tangis dan deru yang terus melanda. Menuntaskan bersatu untuk memuja, memuja dalam hening yang menggantung. Detik itu juga hati mereka mati. Mati untuk saling mencintai.
Yonghwa dan Seohyun terpejam, kening dan hidung mereka beradu dan hanya diam, tak ada suara, diam malah isyarat dan pertanda Tuhan memberi tahu, betapa mereka saling mencintai.
“Gomawo Seohyun.. ini adalah hal terindah yang pernah kulakukan seumur hidupku...” Seohyun mengangguk dan menangis bahagia.
***
Di dini hari yang sepi Yoona mengendap-ngendap dan memanjat pagar kediaman Jung di luar gerbang sudah menanti Kim Jonghyun dengan motor sportnya. Dan saat melihat Yoona ia sangat kaget ‘ketua rumah tangga? Gadis secantik dan semuda ini?’ ia berkutat dalam hati.
“Anda Kim Jonghyun?” tanya Yoona sambil terus melirik ke segala arah.
“Dee, ini helmnya, mari segera berangkat!!”
Tanpa berbincang lebih lama, Jonghyun melaju dengan kecepatan tertinggi menembus pagi yang sangat dingin dan kelam, beberapa menit kemudian Jungshin mengikuti mereka berdua dari belakang.
***
Yonghwa dan Seohyun menatap menu sarapan mereka pagi ini, hanya tersedia sehelai roti untuk masing-masing.
“Sepertinya, kita harus segera pulang..” kata Yonghwa
“shirro, aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa Yonghwa..” Seohyun protes kemudian mengunyah rotinya. “Aku makan roti setiap hari seperti ini tidak apa-apa...”
“Terus mau sampai kapan kita disini? Cepat atau lambat kita harus pulang...”
Seohyun menggeleng pelan.. kalau kita pulang, aku harap kita tidak kembali ke Seoul.. dia bahkan bisa melacak keberadaanmu..
Yoona dan Jonghyun menyusuri jalan setapak menuju tempat perkemahan yang sedikit sulit terjamah.
“Apa anda yakin disini tempatnya??” Jonghyun mulai cemas.
“Sesuai informasi memang disini tempatnya, sebenar lagi kita akan sampai...” Yoona yakin, ada sesuatu yang mengganjal di hati Jonghyun yang ingin ia tanyakan pada Yoona.
“Maaf sebelumnya jika aku lancang, tapi.. apakah benar kamu memang ketua rumah tangga? Bukan anak dari Ryejang?” Yoona tersenyum lembut ke arah Jonghyun.
“Itu perkemahannya...” Yoona menunjuk semangat dan berlari secepatnya, Jonghyun mengikuti langkah Yoona.
“Seohyuuuuun, dimana kamuuuu?” Yoona berteriak kencang dan terus menyusuri satu per satu rumah-rumah kayu. Jonghyun hanya mengikuti sambil berdecak kagum dalam hati ‘wanita ini terlihat lemah, namun dia benar-benar tangguh’
Seohyun mematung di tempatnya, Yonghwa terdiam.
“Itu.. suara.. yoona Oenni.. dia...”
“Yoona?”
“Oenniiiiiiiiiiiiiiiii, aku disiniiiiiiiiiiiiiiii...” Seohyun ikut berteriak, mendengar teriakan itu Yoona berlari semakin cepat, begitupun Seohyun, dan saat keduanya bertemu, mereka berpelukan erat, sangat erat.
“Jonghyun Oppa...” Seohyun berlari dan memeluknya.
“Syukurlah kamu baik-baik saja...”
Kemudian Yonghwa muncul dan membuat tubuh Yoona seperti tersengat listrik.
Seohyun menggenggam tangan Jonghyun juga Yoona erat, sambil terus bercerita tentang keadaan yang sebenarnya dan mengapa ia memilih tetap tinggal disini bersama Yonghwa.
“Jadi.. kau dan Yonghwa?” Yoona terguncang hebat, dan hanya dengan isyarat dari Yonghwa, Yoona menutup mulutnya rapat-rapat.
“Tuan muda..” Jungshin bergeming di tempatnya berdiri, semua mata tertuju padanya. kaget dengan kemunculannya yag tiba-tiba.
“Lee Jungshin...” Yonghwa berdiri dengan penuh emosi.
“Maafkan aku tuan muda...”
“Jungshin?” Seohyun dan Yoona ikut terhenyak, sementara Yoona merasa hidupnya diujung tanduk begitupun dengan Seohyun, Yonghwa malah lebih terhenyak ia tak mau Jungshin membuka kenyataan bahwa ia adalah putra dari seorang Jung Ryejang.
“Maafkan aku nona muda, aku hanya mengikuti perintah dari Tuan Ryejang...” Jungshin menunduk penuh penyesalan setelah ia menceritakan kejadian pembunuhan beserta alasannya.
“Kali ini, aku akan melindungi anda dengan Yonghwa-shi, karena bagaimanapun, Yonghwa adalah sahabatku, dia adalah nadiku.”
Jungshin menatap Seohyun dan Yonghwa bergantian.
“Oh.. ternyata disini rupanya kalian berkumpul...” tiba-tiba suara rendah itu mengecam dan membuat suasana menjadi mencekam.
“Waw, sekali tepuk seluruh lalat di muka bumi ini habis ku bunuh...” Ryejang tertawa kencang, Jungshin bangkit dan berdiri di depan Yoona, Jonghyun,Seohyun dan Yonghwa, Ryejang melangkah pasti bersama Junsu dibelakangnya.
‘sial!! Junsu memang penjilat!!’ geram Jungshin dalam hati.
“Jungshin, bagaimana mungkin kau makhluk yang ku pekerjakan sejak kecil berani melakukan hal ini padaku? Waw you are so amazing, boy.. dan lihat ada istri buangan ku Im Yoona, waaaw sedang berusaha menyelamatkan putri belianku yang teramat aku cintai dan aku jaga.. Kim Seohyun.. bersama anak dari tukang tekstil yang seharusnya sudah mati dalam kemiskinan Kim Jonghyun, wooo kalian membuatku takut.. dan lihat.. oh siapa itu?”
Mata Yonghwa menatap tajam pada Ryejang.
“Hallo my son, longtime no see, dan mengapa saat bertemu malah di tempat dan keadaan seperti ini, waaaaw, bagaimana mungkin kamu mau mengambil gadis belian Ayahmu nak? Hahahaha....”
“Nak? Jadi?” Seohyun menggigit bibirnya ngeri. “Jung Ryejang adalah? Ayahmu?” Dia lalu melirik Yonghwa yang masih menatap tajam ayahnya.
BANG!! Satu tembakan tepat mengenai kaki Jungshin.
“Jungshin-ah!!” Yonghwa menangkap tubuh Jungshin yang terjatuh
“Aaaah..” Jungshin berteriak kesakitan.
“Bawa mereka kedalam mobil dan kembali ke Seoul sekarang!!!” setalah perintah itu orang-orang di belakang Ryejang menangkap empat orang yang berdiri mematung, dan menangkat Jungshin yang terluka parah.
***
Akhirnya, bagai sungai yang mendamba samudera
Ku tau pasti kemana kan ku bermuara
Semoga ada waktu ..
Sayangku, ku percaya alam pun berbahasa..
Firasat ini.. rasa rindukah ataukah tanda bahaya?
Aku tak peduli.. kuterus berlari..
Yonghwa, Seohyun, Jonghyun, Yoona dan Jungshin di tempatkan di masing-masing tempat berbeda.
_._
Yoona rooms
Yoona tertunduk lemah setelah tubuhnya diberi suntikan bius, ia hanya melihat samar-samar saat ia terbangun, hanya ada beberapa pengawal bertubuh kekar yang mengawasinya. Tak lama Ryejang masuk.
“Yoona-shi..” Ryejang menjambak rambut Yoona kasar “look at me please dear.. oh you are my honey.. apakah kau terluka sayang? Tenanglah Yoona..”
Yoona masih tidak bisa mengendalikan dirinya.
“Aku tidak akan pernah membunuhmu cantik.. bagaimanapun kau harus hidup.. tapi..” Ryejang mengeluarkan pisau dari saku celananya.. “Dengan wajah yang meninggalkan bekas luka seumur hidupmu.. sebagai pengingat bahwa ini adalah salah satu dosa terbesar yang kau perbuat.. membohongi dan menghianatiku...”
Satu sayatan mendarat di pipi Yoona, darah segar kemudian mengalir, Yoona menangis dan tak menjawab apapun yang Ryejang katakan, setelah itu Ryejang mengecup bibir Yoona dan berlalu.
“lepaskan dia, dan bawa ke kamarnya..”
_._
Jonghyun rooms
“yaa!! Lepaskan aku!!” ia terus bersikap liar padahal tubuhnya diikat kuat di kursi dan ia hanya disinari seberkas lampu. Wajahnya sudah babak belur di pukuli oleh para pengawal-pengawal Ryejang, namun ia masih ingin melawan dan bertahan.
“waaaw, lihat wajah tampanmu.. hahaha..” Ryejang tertawa puas.
“Jonghyun-shi.. pasti kau bertanya-tanya kenapa kau harus ikut-ikutan terbawa kesini? Iyakan?” Ryejang yang mengenakan jas dan celana serba putih itu mendekati Jonghyun yang nyaris tak sadarkan diri.
“Sebenarnya apa mau mu hah!! Kau sudah membuat hidup adiku menderita!!”
“Itu keinginan adikmu.. dan ayahmu secara tidak langsung sudah menjualnya..tadinya aku tidak ingin menghancurkanmu, sayangnya kau banyak bicara.. Baiklah kau disini saja, tapi tenang aku tidak akan membiarkanmu mati, hanya saja aku ingin melihatmu menderita Kim Jonghyun, kau kan harus setia kawan, lagipula berani-beraninya menyentuh Yoonaku, hai budak-budakku, lakukan apapun padanya, tapi pastikan dia tidak mati, aku tidak ingin Seohyunku bersedih...” Ryejang meninggalkan Jonghyun dan para budak Ryejang mulai memukuli Jonghyun lagi lagi dan lagi.
_._
Jungshin rooms
Ia menebar senyum penuh ketenangan dan kemenangan, membiarkan darah segar itu mengalir dari kakinya, saat Ryejang masuk ke ruangan itu, Jungshin tau, ajalnya sudah semakin dekat.
“Aku, sudah tidak membutuhkanmu lagi...” Jungshin memejamkan matanya saat Ryejang menodongkan pistolnya tepat ke kepalanya, kemudian bayangan masa kecilnya dengan Yonghwa muncul seperti sebuah komedi putar.
“Jungshin-ah naiklah ke punggungku lihat kau sudah tidak bisa berdiri...”
“aku baik-baik saja Tuan muda aku masih bisa berjalan...”
“ah, pallinarabwa!!”
Semua kebaikan Yonghwa sejak ia terlahir ke dunia ini terus berputar, Yonghwa berbagi segalanya pada Jungshin ia sangat menyayangi Jungshin seperti adiknya sendiri, Jungshin sangat berterimakasih, kemudian ia tersenyum dan menangis bersamaan, dan satu tembakan mendarat di kepalanya.
‘selamat tinggal tuan muda Jung.. terimakasih untuk segalanya..’
“aku tidak membutuhkan penghianat sepertimu Jungshin, buang mayatnya ke kandang richie tidak usah di kuburkan!!!” Ryejang berlaru setelah menghapus jejak darah yang menodai wajahnya dengan sapu tangannya.
_._
Seohyun rooms
Seohyun sama seperti Yoona, ia tak sadarkan diri karena telah dibius sebelumnya, ia di tempatkan di kamar mewahnya bak seorang putri berbeda dengan Yoona Jonghyun dan Jungshin sebelumnya.
“Tuan putriku..” Ryejang berbisik lirih di telinga Seohyun. “Aku hanya ingin memastikan apakah tubuhmu masih sama? Apakah Yonghwa tidak menyentuhmu???”
“Yonghwa.. Yonghwa..” suara Seohyun terus memanggil-manggil nama kekasihnya dalam ketidaksadarannya.
“Ya ampun sepertinya anaku mewarisi kemampuanku untuk menaklukan wanita...” Ryejang tersenyum puas kemudian ia melepas pakaian Seohyun.
“NO !!” dia berteriak frustasi.
“NO WAY!! WHAT THE HELL !! YOU HAVEN’T A VIRGIN ?! DAMN!!” Ryejang menutup kembali tubuh Seohyun dengan selimut, dan menekan kepalanya frustasi.
“Woaaa, jadi Yonghwa tak hanya mengambil hatimu, tapi juga keperawananmu, aku membelimu untuku sendiri nona, bukan membelikanmu untuk Yonghwa, NO ONE CAN TOUCH YOU EXCEPT ME !!” dia berteriak-teriak tak karuan sementara Seohyun masih lemah dan menangis di alam bawah sadarnya.
“Dan setelah ini apa yang harus aku lakukan hah? Apa?!” Ryejang menatap wajah Seohyun kemudian menutup pintunya kencang.
_._
Yonghwa rooms
Yonghwa terisak saat ia dimasukan ke ruangan ini, ini adalah kamar ibunya, masih sama dan terawat seperti saat ibunya masih hidup, diding putih bersih itu dihiasi penuh dengan foto-foto klasik darinya dan juga ibunya, wangi kamar ini, interior dan pakaian ibunya masih sama, ia merasakan sakit yang teramat sangat dihatinya, sakit antara merindu dan amarah.
“AAaaaa keluarkan aku dari sini!!” Yonghwa berlari menuju pintu dan mengetuk-ngetuk pintu itu kencang, kenangannya bersama ibunya malah membuat hatinya remuk, kenyataan bahwa ibunya telah tiada adalah hal terpahit yang harus di lalui
“Buka pintunyaaa aku tidak bisa cepat keluarkan aku dari sini!!!”
Ryejang membuka pintunya, namun saat Yonghwa berontak, para penjaga sudah mendorongnya lagi ke dalam, Ryejang menatap anaknya tajam.
“Sebenarnya aku tak habis pikir, apa kamu mengalami keterpurukan atau apalah itu, apa aku tidak memberimu cukup uang atau kebahagiaan selama ini Yonghwa? Aku sangat menyayangimu, bagaimanapun kaulah anaku, darah dagingku?”
“Brengsek kau!! Aku bukan anakmu!!” Yonghwa bangkit dan memukul Ryejang kencang
“Kau!” Ryejang bangkit. “Waw, benar-benar sama sepertiku, inilah takdir buah jatuh tidak jauh dari pohonnya anaku...”
“Aku sudah bilang aku bukan anakmu!!”
“Benarkah? Lalu jika begitu..” Ryejang mengeluarkan pistol dari dalam jasnya.
“Baiklah karna kau bukan anakku maka..”
***
Seohyun tergopoh-gopoh dalam ketidak berdayaan, ia menyusuri dinding dan mencari kekuatan, ia terus menguatkan langkahnya, tubuhnya benar-benar ringkih..
“Yonghwa.. dimana kamu..” sesekali ia terjauh dan merangkak sambil terus mencari keberadaan Yonghwa, tak ada satupun pengawal yang berani menyentuh Seohyun, sesuai perintah Tuannya, mereka hanya membiarkan Seohyun berjalan dalam kelemahan dan merangkak penuh kepedihan.
“Yonghwa..” ia berusaha berteriak walau airmatanya terus mengalir Seohyun membuka pintu kamar berwarna marun, ini adalah kamar istri pertama Ryejang. Pengwal itu tidak menghentikan langkah Seohyun yang gontai
Ryejang sudah melepaskan tembakan penuh, tepat di ulu hati Yonghwa.
“Yonghwaaaaaaaaaaa!!”
Seohyun sekuat tenaga berlari dan berhenti tanganya bergetar saat menyentuh ulu hati Yonghwa yang bersimbah darah, Yonghwa masih bernyawa ia tersenyum pada gadis yang selalu ia cintai.
“Yonghwa, Yonghwa, katakan padaku kau baik-baik saja.. Yonghwaaaa....” Seohyun membenamkan kepala Yonghwa dalam dekapanya.
“Hohoho, liat laaaah tuan putriku, kau memberanikan diri bertemu dengannya? Ya Tuhan sangat mengharukan, ya!! Jung Yonghwa, cepat katakan sesuatu padanya, sebelum aku benar-benar membunuhmu, hahahha...” Ryejang tak terkendali seperti seseorang yang kehilangan jiwanya sendiri. “Aku menembak tepat dihatimu agar kau tau Yonghwa, hatiku sakit saat kau begitu saja merenggut sesuatu yang berharga dari belianku, kau anak yang tak tahu diri...”
Seohyun tidak menghiraukan perkataan Ryejang, ia masih memeluk Yonghwa.
“Seohyun.. aku.. baik-baik saja...”
Yonghwa berusaha berbicara meski terbata. “Jangan hiraukan.. ini—jalanku—maka hi—dup—lah—dengan baik!!!” Airmata Yonghwa berbulir tulus, ia masih tersenyum hangat. “Aku harus menjaga ibuku.. jaga dirimu Seohyun!!!!”
“Aandwe andwe.. kamu harus baik-baik saja..”
DORRR..
Satu tembakan lagi tepat mengenai Jantungnya, Yonghwa masih tersenyum tulus, walau nyawanya telah dihempas melayang pergi.
“AAandweeeeeee Yonghwaaaaaaaa.........”
“Dan itu, untukmu mengetahui bagaimana rasa sakitnya dibenci oleh anak sendiri..." setelah itu Ryejang pergi.
“Bawa Seohyun dan biarkan mayat Yonghwa disana!!!!!”
Cepat pulang.. cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku, ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali jangan pergi lagi ..
***
.6.
Kim Yoojun mendekap erat Park Naeul, Jonghyun menemani Yoona, Taeyon menggandeng Minhyuk, Tiffany mengiringi. Naeul tertegun dan meratapi dirinya sendiri, menghabisi waktu untuk menangis dan menyesali, begitupun Taeyeon dan Tiffany.
Dear, my family..
Ibuku, Park Naeul.. bagian terdalam dari hidupku, hatinya selembut awan, seterang bulan purnama.. aku mencintaimu tanpa batas dan tanpa akhir.. terimakasih untuk mempersembahkan tetasan darah keringat dan airmata untuk melahirkanku, untuk menjagamu sebagai putrimu.. terimakasih ibuku..
Ayahku, Kim Yoojun.. seperti matahari yang tak pernah mengingkari janji, telak terbit dari timur dan tenggelam tepat waktu dibarat, memenuhi segala keinginanku seumur hidup, ayah apapun yang telah kau lakukan padaku, aku selalu mencintaimu, aku memaafkanmu.. aku tidak pernah meragukan cintamu.. aku mencintaimu ..
Kim Jonghyun, pelindungku, tameng dan ksatriaku, disaat aku sakit, disaat aku takut.. terimakasih Oppa, telah sempat menjadi bagian hidupku sebagai kaka terhebat, lain kali aku akan menjadi adik yang lebih baik lagi.. sampai jumpa Oppa ..
Taeyeon dan Tiffany.. aku hanyalah padang tandus yang tak indah sama sekali jika kalian tidak mendampingiku.. kalian adalah bunga terindah yang mengisi ruang kosong dijagat kesedihanku, terimakasih ..
Ibu, Ayah, Oppa dan Sahabatku, aku selalu bertanya pada kalian ketika hujan turun, kemanakah air hujan ini akhirnya berhenti.. dan kalian selalu menjawab.. laut ..
Aku pulang, dengan tentram.. kelautan yang luas dan maha dahsyat.. aku pulang, aku kembali dan takan pergi lagi.. terimakasih.. hanya terimakasih ..
With a thousand love – Kim Seohyun-
Semuanya larut dalam tangis dan luka mendalam, ketika peti mati Yonghwa dan Seohyun perlahan dimasukan ke liang lahat.
Seohyun menembak mati dirinya sendiri satu jam setelah kematian Yonghwa, dan Ryejang kabur entah kemana setelah aksi bunuh membunuh di rumah mereka, di sebelah makam Seoyun dan Yonghwa adalah makam Lee Hyogyo ibunda Jung Yonghwa, juga disemayamkan makam Lee Jungshin disana, sekuat apapun mereka meraung memanggil nama Yonghwa dan Seohyun, keduanya tidak bisa kembali untuk hidup dan bangkit lagi, penyesalan terus mengguncang hati Yoojun seandainya saja ia tak memberikan Seohyun pada Ryejang, ia tak akan kehilangan harta paling berharga di hidupnya.
Mereka menangis sebisanya sekuatnya, setidaknya berusaha menghilangkan rasa sakit karena kehampaan setelah kepergian Seohyun dan juga Yonghwa.
***
.EPILOG.
Gadis itu menggunakan gaun putih bersih, di hadapannya dua pria sudah menunggu dan mengulurkan tangannya.
“Darimana saja? Aku menunggumu...” Yonghwa tersenyum, tanpa ragu Seohyun mengulurkan tangannya.
“Maaf membuatmu menunggu lama...”
“Baiklah, ayo kita berangkat !! mulai sekarang aku akan menjadi pengawal paling setia untuk kalian berdua...” Jungshin menepuk bahu Yonghwa dan Seohyun.
“Jangshiman..” Seohyun berbalik dan melihat kerumunan orang berbaju hitam.
“Sampai jumpa lagi.. Ibu, Ayah, Oppa, Oenni dan Sahabatku...” Seohyun mengangguk dan mengikuti langkah Yonghwa dan Jungshin.
Jika hidup tak mengartikan sebaris bahagia..
Maka mati adalah jawabannya,
Satu-satunya jalan untuku berjumpa denganmu
Adalah binasa dan tiada,
Setelah itu, kita melebur menjadi bahagia..
Aku datang sayang.. aku pulang ..
Dan lihatlah sayang, hujan turun membasahi
Seolah ku berair mata..
Cepat pulang.. cepat kembali jangan pergi lagi..
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang.. pulang ..
Akupun sadari.. kau takan kembali.. lagi..
_END_
_Seri SJ and Friends : FF OneShoot SJLand1stAnniv & YSDoubleBDay_
Penulis : ISMI NUROLIAH ROHIAH
Editor : SJ
Pic : Juli Agashi
ISMI say :
Annyeong yeoreobuuuuun
Well, akhirnya memutuskan untuk menulis
Dan nebeng tenar lagi di SJ land ..
mudah-mudahan pada suka dan ngga protes Yaa sama FF barunya,
Sorry nih kisahnya dibikin tragis banget ..
toh bahagia ngga harus barengan di dunia kan ? Kekekke ..
Thanks juga yg udah komen ff yg sebelumnya
Maaf gabisa dibalesin Dan buat ff yang ini mohon komennya juga yaaa ..
Thanks buat SJ oenni yang mau jadi editor Buat author kacangan ini ~ heheheh ..
Thanks all [:)] With a spirit : @ismidisini [:)]
SJ say :
Anneyong...
Gw suka tulisan-tulisan ismi karena dia bisa berimajinasi tinggi, dan itu beda dengan tulisan/FFku. Sebutlah aliran Fiksi yang kutulis lebih mendekati realitas kehidupan sehari-hari dan nyata, Kalau FF ismi benar-benar fiksi, lebih mirip dongeng dengan imajinasi yang tinggi dan sastra yang kental, aku selalu suka rangkaian kalimat-kalimat indahnya yang ada di FF ini. Hanya saja kekurangannya mungkin lebih ke tata penulisan (honestly, sedikit pegal memperbaiki huruf dan tanda baca..hahahhaha...kidding dear...) dan plot cerita yang terlalu cepat, tapi sekali lagi ini oneshoot, jadi wajar sih menurutku. oh iya, satu lagi, adegan "hot"nya ada yang terpaksa ku-cut, bahasanya terlalu berani dear, ini kekurangan ismi juga,bagian itu seharusnya digambarkan dengan sastra yang indah..hahahhahahha... but overall keren, Two Thumbs up. Thanks dear udah meramaikan blogku dengan tulisanmu. dan buat yang lain yang baca, tolong tinggalkan jejak yah, buat ismi supaya bisa lebih berkembang lagi daya imajinasinya dan bisa menjadi pelajaran buatnya.
Dan buat yang pengen ikutan undangan menulis untuk perayaan Double Bday Yong & Seo dan SJLand Siapa lagi??Hayoooooo... jika kalian sudah punya FF yang mau kalian ikutkan silahkan secepatnya, karena undangan menulis ini hanya berlaku di bulan Juni. Buat yang belum gw tayang tulisannya, maaf yah ada berbagai pertimbangan tulisan untuk bisa tayang di blogku, semoga kalian mengerti dear. *Hugs*
Fighting GoGuMa’s…^^
.SJ.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ini benar2 tragisssssssss dan sukses buat aku nangis termehek-mehek ................ Huaaaaaaaa
BalasHapusover all ,, daebakkkk
Nangissssss huaa
BalasHapusAku nanggiiissss.....
BalasHapusSumpah, tragis bgt si kisah cinta mereka!!!
Smga YongSeo g ngalamin kisah hidup kaya gini...
Cerita'a keren bgt....
Daebak Ismi eonni...
Jia Jung
hiks... hiks...
BalasHapuscinta yng tragis...
two thumps.. bwt ismi eonni...
YUPP,,slamat ismi,,pok pok pok..aku sllu kagum ssoreng yg bs bikin krya,,salah satunya nulis :) smg makin keren ya kdepannya.amin
BalasHapus