Rabu, 31 Agustus 2011
THE COVENANT (FF One Shoot YongSeo)
SJ Entertainment Present FF ONE SHOOT EDISI MOVIE :
. THE COVENANT.
Cast :
Jung Yong Hwa (CN Blue) a.k.a YongHwa C.Denvers
Lee JongHyun (CN Blue) a.k.a JongHyun P.Parry
Lee JungSHin (CN Blue) a.k.a JungShin R.Garwin
Kang MinHyuk (CN Blue) a.k.a MinHyuk T.Simms
Seo Joo Hyun (SNSD) a.k.a Hyun S.Wenhamm
Go (MBLAQ) a.k.a Go C.Collins
SooYoung (SNSD) a.k.a Soo K.Tunney
Simon D (Supreme Team) a.k.a Detektif Sam-D
Opening Theme Song : Black Flower – CN Blue
.1.
>Musik Latar : Macy Gray – I Try< (…I try to say goodbye and I choke I try to walk away and I stumble Though I try to hide it it’s clear My world crumbles when you are not near…) Hyun S.Wenham melangkah dengan kikuk malam itu di tengah hingar bingar suara Macy Gry dengan “I try”nya yang diputar oleh DJ, sepatu manolo dengan hak lebih dari sepuluh centi tidak melekat dengan pas di kakinya, membuatnya sedikit merasa tidak nyaman. Malam itu dia berada di pesta yang cukup meriah di Gijang-gu, Busan. Hyun adalah pendatang baru di kota Busan, Dia terpaksa ikut dengan ayahnya yang di pindah tugaskan di kantor pemerintahan Busan. Dan kediaman mereka terletak di distrik Gijang yang terkenal sedikit misterius karena letaknya yang di kaki gunung. Hyun suka kota barunya ini, meski dia besar di Seoul yang merupakan kota metropolitan tetapi ketika menemui kota yang asri dan rindang itu merupakan surga baginya. Dan malam ini dia ikut dengan sepupunya Soo K.Tunney yang juga adalah classmatenya di The Spenser Academy menghadiri salah satu pesta teman sekelasnya juga, Hyun sendiri tidak terlalu akrab dengan Jessica, yang punya acara, tetapi Soo yang juga adalah anak popular di Spencer Academy memaksanya ikut sekalian memperkenalkannya di lingkungan pergaulannya. Tapi sekarang dia sudah tidak melihat sosok sepupunya itu. sepertinya Soo sibuk beredar di tengah hingar bingarnya musik yang berdentum dan orang-orang yang cekikikan satu sama lain meninggalkan Hyun berdiri di tengah pesta sendiri. Hyun memilih berjalan menuju tempat duduk yang terletak di sudut ruangan ketika sepatu yang masih terasa tidak nyaman di kakinya itu dengan sol barunya tergelincir di lantai dan berakhirnya tubuh Hyun dalam pelukan seorang pria sebelum dia terjatuh di lantai. Waktu seperti terhenti. Hyun mendongakkan kepala dan melihat sebuah wajah tampan yang terlihat terkejut ketika menemukan pelukannya dipenuhi wanita berambut coklat dan mata yang berbinar indah. “Astaga, Mianhe….” Hyun buru-buru melepaskan diri dan berdiri dengan canggung. YongHwa C.Denvers menahan bahu Hyun dan dengan lembut membantunya menegakkan tubuh. “Oh, Mianhe YongHwa-ah. Dia adalah adik sepupuku, perkenalkan namanya Hyunnie…” Soo entah dari mana datang memperkenalkan Hyun kepada pria yang telah menolongnya itu. Dan tiba-tiba Hyun melihat dengan jelas orang-orang yang berdiri di sekitarnya selain lelaki tampan yang telah menolongnya tadi ada tiga lelaki yang juga tak kalah tampannya. Dan entah mengapa Hyun menyadari kalau tatapan orang-orang sekarang tertuju ke arah mereka. Belakangan ketika mereka dalam perjalanan pulang Soo kemudian menjelaskan siapa empat pria tampan yang terlihat misterius tadi. Mereka adalah YongHwa C.Denvers, JongHyun P.Parry, JungShin R.Garwin, MinHyuk T.Simms. Empat siswa senior di The Spencer Academy yang berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki kekuasaan di Busan. Yang paling popular adalah YongHwa C.Denvers, keluarga dia adalah penguasa Busan selama beberapa abad dan terkenal memiliki kekayaan yang besar. Hanya saja sekarang selain asisten Ayahnya, Ayahnya sendiri tidak pernah terlihat di depan umum lagi. Tetapi memang keluarga keempat bangsawan Busan itu terkenal tertutup dari public. Dan entah mengapa orang-orang Busan pun menghormati pilihan mereka dan itu tidak mengurangi penghormatan mereka kepada keluarga keempat bangsawan itu, yang ada gadis-gadis di Busan termasuk pula ibu-ibu mereka banyak yang memimpikan menjadikan mereka sebagai menantu. Soo juga akhirnya curhat kepada Hyun kalau sekarang dia juga dekat dengan JongHyun P.Parry. Hyun hanya terdiam mendengar cerita sepupunya itu, kepalanya masih sibuk membayangkan tatapan tajam pria yang tadi menolongnya. Sungguh itu adalah mata terindah yang pernah dilihatnya. MeanWhile.. Ke empat pria yang tadi dibicarakan oleh dua orang bersepupu itu sekarang saling salip menyalip satu sama lain. Empat mobil mewah itu membelah sunyinya jalanan Gijang-gu tengah malam itu. Mereka saling berkejar-kejaran satu sama lain tanpa menghiraukan sekeliling mereka yang memang pada malam itu terlihat sunyi. Tertawa satu sama lain jika berhasil menyalip tanpa menghiraukan speedometer yang menunjukkan angka diatas seratus lima puluh km/jam. Tetapi keriuhan itu berakhir ricuh ketika dari belakang mobil MinHyuk yang berada paling belakang terpental keatas, seperti ada kekuatan gaib yang mengangkatnya. MinHyuk yang menyadari bahaya yang mengintainya jika dia tetap berada di mobilnya yang sebentar lagi akan terjatuh menggunakan kekuatannya segera bertelepati keluar dari mobil itu dan sekarang terhenyak di sisi YongHwa yang juga telah menyadari keanehan itu. “Stop…” YongHwa meneriakkan kata itu dan semua refleks terhenti. Mobil-mobil berhenti termasuk mobil MinHyuk yang tepat berada di atas udara kosong. Keempatnya keluar dari mobil mereka dan mengaktifkan insting mereka menangkap tanda-tanda bahaya termasuk kehadiran seseorang yang telah menyerang mereka tadi. JungShin kemudian mengacuhkan tangannya ke atas ke mobil MinHyuk yang masih mengapung di udara lalu dengan pelan menurunkannya tepat di belakang mobilnya dengan posisi normal. “Aku tidak perlu tongkat untuk melakukan hal ini, hohoho..fuck Harry cousin…” dia cengengesan dan terhenti beberapa detik berikutnya ketika YongHwa memberikannya pandangan mematikan yang menyuruhnya untuk diam. Malam itu kabut sedang menebal. Mereka kemudian berpencar memeriksa sekeliling mereka dan menemukan tak ada tanda-tanda tentang kehadiran seseorang. Tetapi teriakan MinHyuk kemudian mengubah persepsi itu. Ketika kabut tebal terurai dan bulan kembali memunculkan diri di langit malam itu, di pinggir jalan yang bersebelahan dengan hutan, di salah satu areal kosong yang gelap dan dingin itu terlihat sebuah badan tanpa kepala. Menjijikkan. MinHyuk terkesiap lalu mendesis geram. “Hyung, ini yang kedua kalinya dalam sepekan ini…” dia berbalik melihat ketiga sepupunya itu. “Astaga…” JungShin ikut geram dan mendesis. YongHwa melangkah mendekat dan memeriksanya dengan teliti. Ini perbuatan kaum yang sama dengan mereka sepertinya. Siapa yang telah berani memasuki wilayah mereka?? .2. Hyun melangkah dalam diam siang itu di pelataran The Spencer Academy. Dia telah janjian dengan sepupunya tetapi ketika dia keluar kelasnya dia sudah tidak melihat sosok sepupunya itu. astaga, sepupunya itu seperti kutu loncat, cepat sekali menghilangnya. Dia kemudian memilih duduk di kursi taman dan mulai membaca buku tentang sejarah kota Busan termasuk sejarah keluarga keempat bangsawan Gijang-Gu. Dia penasaran dengan cerita Soo kemarin dan kalau mau jujur dia juga penasaran dengan sosok pemilik mata indah itu. setelah kira-kira lima belas menit membaca dan tidak menemukan sesuatu yang baru kecuali kenyataan bahwa keluarga mereka lebih spektakuler dari yang diceritakan Soo, dia kemudian menutup bukunya dan menghela nafas pelan. Dan lalu pandangannya terpaku pada sebuah kaki jenjang yang berdiri di hadapannya. Dia mengangkat wajahnya dan menemukan wajah tampan yang diam-diam dirindukannya. “Hai…” YongHwa tersenyum kepada Hyun yang tiba-tiba berdiri lalu mengucapkan salam ala Korea Selatan. “Oh, anneyong…” YongHwa kemudian duduk di bangku taman diikuti dengan kikuk oleh Hyun. “Aku bertemu dengan Soo, kami mencarimu lalu menemukanmu disini…” YongHwa kemudian mengarahkan dagunya ke depan, tempat Soo berdiri bersama tiga orang sepupu YongHwa. “Oh, Soo Onnie…” Hyun berdiri maksudnya ingin menghampiri sepupunya itu tetapi ketika dia melihat Soo berlalu pergi bersama ketiga orang itu sambil melambaikan tangan padanya, diapun urung lalu kembali duduk disisi YongHwa. “Ehh…” YongHwa tertawa melihat kekikukan gadis di sampingnya ini. “Kau mau berjalan-jalan, Hyunnie??” Kata Yong kemudian dengan nada santai, dengan pandangan yang masih memaku Hyun di tempatnya. “Ehhmm,Dee…” >Musik latar : Taylor Swift – Love Story< (…So I sneak out to the garden to see you We keep quiet cause we're dead if they know So close your eyes Escape this town for a little while…) Mereka berdua kemudian berjalan santai di taman. YongHwa melihat buku yang berada dalam pegangan Hyun. “Kamu suka baca buku sejarah yah? Oh iya, baboo aku lupa kalau kamu mengambil kelas ilmu sejarah…” YongHwa menepuk jidatnya. Hyun tersenyum kecil. Dia kemudian melihat betapa pria yang terlihat misterius ini ternyata menyenangkan. “Ehh..YongHwa sunbenim…” YongHwa menghentikan langkahnya lalu memaku Hyun dalam tatapan yang memikat. “Panggil aku Yong saja, tidak usah resmi begitu. Kita bertemankan?” Hyun tersenyum. Yah ketika mereka dikenalkan di pesta beberapa malam yang lalu oleh Soo, YongHwa juga mengatakan kalimat itu. “Jadi sekarang kita bertemankan?” saat itu dia mengangguk. “Ehmm..Yong Oppa…” Hyun sedikit merasa kikuk memanggilnya dengan sebutan itu. “Dee??” “Aku membaca beberapa sejarah tentang kota ini, dan menemukan fakta jika keluarga Yong Oppa adalah keluarga Bangsawan tertua di kota ini…” Hyun tersenyum, ucapannya itu dimaksudkan untuk menyanjung tetapi entah mengapa pandangan yang diterimanya malah sebuah tatapan tajam, membuat Hyun merasa bersalah. “Ohh,ehh..mianhe jika membuat Yong Oppa tersinggung..” (…Cause you were Romeo I was a scarlet letter And my daddy said stay away from Juliet But you were everything to me I was begging you please don't go and I said…) YongHwa menghela nafas pelan. Astaga tatapannya tadi telah membuat Hyun salah paham. Dia tidak bermaksud untuk menakuti gadis ini. Dan dia tahu rasa apa yang dimilikinya untuk gadis yang terlihat imut dan polos ini. Sejak peristiwa dia menolong tubuh Hyun yang hampir terjatuh di pesta tersebut, keinginan untuk melihat lagi sosoknya begitu kuat di dalam benaknya. Apakah ini cinta pada pandangan pertama? Entah dia sendiri belum yakin. Yang dia yakini adalah gadis ini satu-satunya yang membuatnya tertarik beberapa tahun terakhir ini. Beruntung JongHyun juga dekat dengan Sepupunya jadilah akses untuk mendekatinya lebih mudah. Tapi tidak bermaksud menyombongkan diri, siapa sih yang tidak tertarik pada pesona mereka. Gadis-gadis yang ingin menjadi kekasih mereka berderet dari gerbang The Spencer Academy dampai ruangan kelas tempat mereka belajar. Hyun mengutuk dirinya yang teah asal bicara, dia kemudian sibuk menyumpahi diri sendiri ketika YongHwa maju ke depannya membuatnya berhenti melangkah. Astaga, apa yang akan dilakukan pria ini terhadapnya? Masa hanya gara-gara omongannya yang seperti itu dia sudah mau melakukan tindak kekerasan padanya? Angin sepoi-sepoi yang menerbangkan rambutnya cukup mengurai ketegangannya melihat YongHwa semakin maju ke hadapannya. Dan dugaannya ternyata salah ketika YongHwa justru menyingkirkan anak-anak rambut yang berkibar-kibar di wajahnya lalu menyelipkannya di belakang telinganya. “Uhhgg..beautiful eye…” gumam YongHwa lirih lalu kejadian itupun berlangsung cepat. (…Romeo take me somewhere we can be alone I'll be waiting all there's left to do is run You'll be the prince and I'll be the princess It's a love story baby just say yes…) YongHwa mendekatkan wajahnya ke hadapan Hyun lalu mencium gadis itu tepat dibibirnya. Bibir Hyun terasa lembut di bibirnya, dia mengecap rasa manis di ujung bibir mendamba itu, dan ketika ciumannya di respon Hyun dengan pelan. YongHwa harus mengendalikan dirinya untuk tidak menelan bulat-bulat gadis itu dan membawanya ke suatu tempat dan mencumbunya. Alih-alih melakukan hal itu dia kemudian menutup ciumannya lalu membelai wajah Hyun yang ternyata telah menutup matanya. “Mianhe…” YongHwa menatap wajah cantik itu yang masih terlihat tidak percaya dengan kejadian yang baru saja berlangsung. “Oh..eh…” Hyun jadi kikuk, dia kemudian teringat kalau dia masih ada kuliah. “Mianhe Yong Oppa, aku tinggal dulu yah, aku harus kuliah…” YongHwa mengangguk tetapi dia kemudian menahan lengan gadis itu sebelum berlalu. “Aku akan mengantarmu pulang kuliah nanti, bolehkan??” Hyun tersenyum lalu mengangguk. Di satu sudut, di balik pilar gedung The Spencer Academy seseorang melihat kejadian itu. Dari awal hingga akhir. .3. “Siapa dia?” YongHwa bertanya kepada tiga orang sepupunya ketika mereka sedang melangkah di cafeteria TSA yang siang itu terlihat ramai. Dagunya menunjuk kepada seorang pria muda seusia dengannya yang terlihat ingin bergabung dengan mereka. “Oh, dia Go Hyung. Siswa baru di TSA. Dia sering hangout bareng kita bertiga dan teman-teman yang lain. Kemarin ketika Hyung sibuk dengan Hyun-ssi kami sempat bermain dengannya…” JungShin menjelaskan sambil memainkan apel yang berada di baki makanannya dengan menggunakan tatapan matanya, mengangkat dan menurunkan apel itu. “Apa yang sedang kau lakukan? Hentikan!!” JongHyun menegurnya. Yah, fakta bahwa mereka mempunyai kekuatan sihir adalah sebuah rahasiah besar yang hanya diketahui oleh keluarga besar mereka. Dan mereka telah diwanti-wanti jangan sampai rahasia mereka diketahui public karena itu bisa mengancam keutuhan keluarga mereka. Dan JungShin yang terkenal suka ceroboh telah sering diperingatkan untuk tidak mengumbar kekuatan mereka sembarangan. “Mereka mengetahui tentang kita??” YongHwa kembali bertanya. Sebagai ketua persekutuan dia wajar tahu detail sesuatunya terlebih jika itu bisa menganggu eksistensi mereka. “Aniya Hyung. Dia sama seperti teman-teman nongkrong kita yang lain…” kali ini JongHyun yang angkat bicara. Keempat orang sepupu ini memang terkenal di The Spencer Academy dan memiliki pergaulan yang luas di lingkungan Spencer Academy. Terlebih mereka adalah putra dari penyumbang dana terbesar di SA. Kaya, tampan dan cerdas, wajar kalau mereka populer. Satu kekurangan mereka, karena mereka memiliki reputasi sebagai bad boy, tetapi para pengajar dan pihak TSA sendiri tidak ada yang berani menegur mereka selama perbuatan mereka masih bisa di tolerir, Mereka sepakat memberi kelonggaran jika itu menyangkut keempatnya. “Hai…” Go yang adalah Siswa baru yang tadi sesaat mereka bicarakan kini telah berdiri di hadapan mereka. Tersenyum pada mereka. YongHwa membalas senyum dan sapaannya. “Hai…” “Aku boleh bergabung di meja kalian?” “Silahkan…” Ajak MinHyuk. JungSHin dan JongHyun terdiam. Dan dari kejauhan mereka kemudian melihat dua orang gadis berjalan menuju meja mereka. Hyun dan Soo. YongHwa berdiri lalu menyambut Hyun. “Kelasnya sudah selesai?” Hyun menganggukkan kepala. Dia kemudian berjalan bergerak mendekati YongHwa. Hubungan mereka mulai meningkat satu level sejak YongHwa mengantarnya pulang kemarin. Sepanjang jalan mereka mengobrol dan merasa nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Dan dengan YongHwa disisinya Hyun merasa seperti terlindungi dan aman. YongHwa menatap wajah cantik itu dan ekspresinya menunjukkan kelembutan. Soo, JongHyun, JungShin dan Minhyuk mulai memahami apa yang mereka lihat. Pandangan YongHwa ke Hyun mengungkapkan segalanya. Dan mereka bisa mengetahui orang-orang yang mabuk kepayang hanya dengan melihatnya. Di kursinya Go berdehem, membuat semua refleks menorehkan wajah padanya. “Oh, eh mianhe aku tersedak sesuatu…” Go tersenyum. “Kalau dibolehkan, aku ingin mengenal gadis-gadis cantik ini…” Meski tidak suka dengan nada bicaranya, JongHyun kemudian memperkenalkan Hyun dan Soo kepada Go. YongHwa yang entah mengapa merasakan sesuatu yang aneh dengan kehadiran pria di depannya ini memilih mengatupkan rahang. Dia kemudian berdiri lalu menyeret Hyun berdiri bersamanya. “Aku jalan bersama Hyunnie dulu…” dia kemudian melempar pandangan lembut kepada Hyun yang heran dengan tindakannya dan dengan isyarat mata dia mengirimkan sinyal kepada sepupu-sepupunya. “Temui aku di tempat biasa jika kalian telah selesai…” Secara kasat mata ketiganya mengangguk pelan tanpa diketahui oleh orang-orang lain di sekitar mereka. Beberapa Jam kemudian… Tempat biasa yang dimaksud oleh YongHwa adalah sebuah ruangan bawah tanah di salah satu sudut The Spencer Academy. Tak ada yang tahu keberadaan ruangan itu selain kelompok persekutuan mereka. Keluarga penyihir Gijang-Gu. Ruangan itu terlihat kental nuansa gelapnya dan benda-benda yang berada di sana adalah benda-benda antik yang berasal dari peradaban ribuan tahun yang lalu, dan merupakan warisan nenek moyang keluarga penyihir Gijang-Gu. Benda-benda itu bernilai milyaran dollar jika diperjualbelikan namun haram bagi mereka untuk mengeluarkan benda itu dari ruangan persekutuan mereka. >Musik latar : Death Cab For Cutie – I Will Posses Your Heart< JongHyun, JungShin dan MinHyuk melangkah masuk di ruangan itu di sore hari menjelang petang itu. disana telah menanti YongHwa yang duduk di kursi kebesarannya dengan laptop di depannya. “Hai Hyung…” sapa JungShin. YongHwa mengangkat wajahnya dan melihat ketiganya. “Aku mendapat informasi terbaru dari Detektif Simon D, seseorang kembali menjadi korban dini hari tadi…” Ketiganya terkesiap. “Bagaimana bisa Hyung?” MinHyuk yang biasanya diam kali ini memilih bersuara. Yah keheranan mereka bukan tanpa alasan. Tiap malam menjelang sampai dini hari mereka selalu melakukan patroli untuk menjaga Gijang-Gu dari serangan-serangan yang terjadi beberapa hari terakhir ini. Kenapa mereka bisa kecolongan? “Aku tidak tahu, itu juga yang menjadi pertanyaanku…” YongHwa memandang satu persatu wajah sepupunya. “Ayahku bahkan mulai merasakan ancaman ini. Dia yang selama ini amat jarang berbicara kemarin memberitahukan kecemasannya terhadap keselamatanku kepada ibu…” Ketiganya semakin merasa bahwa kasus ini bukanlah hal yang mudah. Jika Ayah YongHwa merasakan kekhawatiran seperti itu berarti ancaman yang besar sedang mengintai mereka. “Aku ingin kalian memperhatikan sekeliling kita dengan lebih cermat, aktifkan insting kalian. Dan kecurigaan terkecil saja yang kalian temui silahkan laporkan pada saya.” “Dee Hyung…” Ketiganya serempak mengiyakan permintaan YongHwa. “Dan kau, JungShin-ah…” “Waeyo Hyung??” “Kali ini jangan samapi kamu melakukan kecerobohan. Berhati-hatilah dengan tindakanmu…” “Dee Hyung…” .4. >Musik latar : Enya – May it Be< Malam itu udara terasa sejuk, dari mobil mewah YongHwa yang atapnya terbuka Hyun menengadahkan kepala, mendongak ke arah bintang-bintang. Rembulan bercahaya terang, memandikan segala hal dengan sinar temaram. Di sampingnya YongHwa mengemudikan mobilnya dengan pelan. “Kita akan kemana?” Tanya Hyun kemudian. YongHwa tidak menjawabnya dia Cuma melemparkan senyum memikat kepada Hyun. Mobil mereka kemudian melewati pintu gerbang tinggi sebuah kastil lalu masuk menelusuri jalan setapak yang sekelilingnya terlihat banyak pohon berderet. Hyun tahu kastil tua itu, ketika berkeliling Gijang-gu untuk mengenali distrik itu, dia melewati gerbang kastil tua itu dan dari penjelasan SooYoung dia mengetahui jika Kastil tua itu adalah salah satu peninggalan sejarah yang bernilai history tinggi yang dimiliki distrik Gijang-gu, pada saat itu SooYoung hanya mengatakan jika pemilik kastil itu adalah salah satu bangsawan dan orang terpandang di kota ini. Jika dugaannya benar kastil itu adalah milik keluarga YongHwa. Mobil mereka kemudian tepat berhenti di depan kastil itu. Hyun turun dan takjub melihat megahnya bangunan tua itu, sangking takjubnya mulutnya menganga dan dia tidak menyadari YongHwa telah berdiri di sampingnya. “Ehhmm, ini adalah kastil tua milik keluargaku. Ayo masuk…” YongHwa kemudian menautkan jari jemarinya di jari jemari mungil milik Hyun. Hubungan mereka memang telah beranjak menjadi lebih dekat lagi. YongHwa bahkan sedikit posesif dengan menunjukkan kepemilikannya kepada Hyun jika mereka beredar di sekitar The Spencer Academy, membuat Hyun sedikit merasa disinisi gadis-gadis seniornya yang merupakan classmate YongHwa. Tetapi kata cinta itu sendiri belum terucap dari bibir YongHwa, entah mengapa Hyun merasa ada yang menahan YongHwa mengucapkan kalimat sakti itu. tetapi malam ini ketika YongHwa mengajaknya kesuatu tempat, Hyun merasa di sini dia akan menemukan jawabannya. “Kamu pernah menanyakan tentang keluargaku kan?” YongHwa sambil berjalan pelan menanyainya. Hyun yang sedang memperhatikan langit-langit kastil itu dan takjub dengan interiornya, berbalik ke YongHwa lalu mengangguk. YongHwa tersenyum kemudian mengusap wajahnya pelan. “Kamu akan menemukan jawabannya disini malam ini…” “YongHwa-ssi…” seorang tua tiba-tiba muncul membuat Hyun terlonjak kaget dan berlindung di punggung Yonghwa. “Tidak apa Hyunnie, dia adalah penjaga kastil ini, Ahjussi…” sapa yongHwa kepada orang tua itu. “Dia bagaimana?” Hyun kembali memandang YongHwa lamat-lamat, dia?? Siapa maksud YongHwa?? “Tuan besar kondisinya seperti biasa YongHwa-ssi. Tadi siang ibu anda juga kesini sesuai dengan perintahnya, mereka berbicara lama sepertinya…” YongHwa mengangguk, lalu meraih tangan Hyun dan mengajaknya menuju ke lantai dua. Di sebuah ruangan yang luas di depan perapian Hyun melihat seseorang duduk membelakangi mereka di sebuah kursi goyang. “Dia adalah ayahku…” Hyun maju mendekati kursi itu, ketika kursi itu tiba-tiba bergoyang, dia menghentikan langkahnya. YongHwa di belakang memberinya isyarat untuk mendekatinya tanpa segan. Tetapi entah mengapa kaki Hyun tak bisa bergerak, YongHwa lalu maju dan membimbingnya. Ayah YongHwa terlihat tua dan renta, matanya tertutup dengan wajah yang berkeriput. Sungguh sedikit ironis menemukan kenyataan jika anaknya terlihat sangat sempurna sedangkan ayahnya terlihat menyeramkan. “Aboji…” Mata tua itu tiba-tiba terbuka, dan Hyun melihat tatapan tajam itu memaku dirinya. “Aboji, ini Hyunnie teman wanitaku…” YongHwa membimbing tubuh Hyun maju lebih dekat ke ayahnya. Tuan Jung hanya mengangguk-angguk dengan ekspresi yang datar. Setelah melihat anaknya dengan teman perempuannya dia lalu menutup mata kembali. YongHwa menghela nafas pelan. Dia lalu membimbing Hyun menjauhi ayahnya, keluar dari ruangan itu. Di luar mereka kembali disambut orang tua tadi. “Pastikan dia baik-baik saja Ahjussi. Jika ada perubahan sekecil apapun hubungi aku…” Orang tua yang dipanggil paman itu membungkukkan tubuhnya. “Dee…” Mereka kemudian berjalan dalam diam keluar dari kastil itu. Hyun pun tidak ingin mengambil resiko berbicara sesuatu saat ini, dia menunggu YongHwa yang memberi penjelasan. “Keluarga kami adalah keturunan keluarga penyihir Gijang-gu…” setelah sampai di mobil mewah YongHwa dan YongHwa kemudian memasang atap mobil itu, diapun memulai ceritanya. “…sejak beberapa abad yang lalu. Dan ayahku adalah ketua persekutuan itu karena keluarga kami adalah keluarga tertua dan paling disegani di kalangan penyihir se daehan Minguk. Kondisi ayahku seperti itu karena dia menolak menyerahkan kekuatan yang telah diwariskan kepadanya secara turun temurun. Kekuatan besar itu mungkin menjadi incaran semua orang karena pemiliknya akan memiliki kekuatan yang tak tertandingi dan bisa melakukan apapun yang dia inginkan juga akan kebal terhadap kematian. Tetapi ayahku dan aku pribadi menolak kekuatan itu untuk kuwarisi, ayahkupun sependapat denganku. Dia bertahan menderita seperti itu karena tidak ingin aku anaknya menderita jika memiliki kekuatan itu...” Hyun mendengar cerita YongHwa dengan seksama. “…Aku ingin kamu tahu fakta ini, karena aku tidak ingin menyembunyikan apapun itu dari wanita yang aku cintai… Hyun tersentuh dengan kata terakhir yang diucapkan oleh YongHwa. “Aku mengerti…” YongHwa terdiam sesaat lalu menghentikan mobilnya di jalan keluar dari gerbang kastil. “Jashikk…” Gumamnya pelan lalu membuka sabuk pengaman Hyun dan merengkuh tubuh itu mendekat ke arahnya. Dia lalu mencium bibir Hyun sebelum gadis itu melakukan apapun. Hyun tidak memiliki naluri apapun untuk menjaga diri dan lagi dia tidak ingin melakukan itu karena sekarang dia merasa meleleh dalam pelukan YongHwa. Lengannya lalu melingkar di sekeliling leher YongHwa dan membalas ciuman YongHwa dengan sama antusiasnya. Sesaat mereka tenggelam dalam ciuman itu sebelum kemudian YongHwa mengangkat bibirnya dari bibir hyun, menghembuskan nafas keras dan memandang mata Hyun sementara tangannya membelai wajah cantik itu. Hyun tersenyum pelan. “Sarangheyo Hyunnie, aku mencintaimu sejak pertama melihatmu. Sedikit merasa sesak tidak bisa menjadikanmu kekasih tanpa menjelaskan padamu siapa diriku sebenarnya…” “Na du. Sarangheyo Yong Oppa siapapun dirimu bukan menjadi masalah bagiku…” senang dengan fakta bahwa YongHwa mencintainya membuat Hyun mendekatkan wajahnya ke wajah YongHwa lalu mulai menciumi wajah YongHwa dengan lembut. Dia membawa bibirnya ke alis YongHwa yang tebal, kelopak matanya, pipinya, hidung dan dagunya. Bibirnya lalu bergerak turun ke leher YongHwa yang kuat. Dan ketika dia mengangkat kembali wajahnya dia menemukan wajah YongHwa yang berbinar-binar. Mereka kembali akan berciuman ketika Telepon cellular YongHwa berbunyi pada saat yang tidak tepat. Rahang YongHwa menegang. Merekapun urung berciuman, dan YongHwa meraih Telepon celularnya untuk menjawab panggilan JongHyun. “Hyung, Soo diserang. Sekarang aku sudah berada di rumah sakit…” YongHwa terkesiap kaget. Setelah menutup pembicaraan lewat Hp dengan JongHyun dan memastikan akan segera menemuinya di Rumah sakit, dia lalu berbalik ke arah Hyun. “Soo sekarang di Rumah sakit…” Hyun terkesiap dan sekarang dia gemetaran. “Kenapa Soo onnie bisa di bawa ke rumah sakit?” “Ada sesuatu yang menyerangnya. Aku belum bisa menjelaskan itu padamu…” YongHwa kemudian melajukan mobilnya diatas kecepatan rata-rata. Disisinya Hyun terdiam dan memlilih melafalkan doa demi keselamatan kakak sepupunya itu. .5. Malam itu udara terasa sejuk. Hyun memakai gaunnya dan mematut diri di cermin. Malam itu dia akan menghadiri pesta prom night di The Spencer Academy. Sepupunya sendiri yang telah keluar dari Rumah sakit sore tadi juga sebenarnya berniat untuk hadir di acara ini tetapi Soo kemudian mendapat halangan dari orang tua dan kekasihnya, yah pasca kejadian penyerangan yang dilakukan oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab, hubungan Soo pun akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih dengan JongHyun. Meski sedih karena sepupunya di serang namun Hyun senang dengan fakta sepupunya itu akhirnya berpacaran dengan JongHyun. Dia kembali memperbaiki riasannya ketika pelayannya datang dan mengabarkan kalau YongHwa telah datang menjemputnya. Dia berlari turun dan menemukan kekasihnya itu terlihat gagah daam balutan jas. Selain pesta prom night di sekolah mereka hari inipun menjadi hari istimewa bagi YongHwa karena tepat jam 12 nanti usianya akan menjadi 17 tahun. Mereka kemudian menuju rumah YongHwa terlebih dahulu. YongHwa bermaksud mengenalkannya pada ibunya. Sesampainya di kediaman YongHwa, yang ternyata disana telah menanti kedua sepupu YongHwa, JongHyun dan MinHyuk, Ibu YongHwa kemudian menyambut Hyun dan memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Dia bahkan membimbing Hyun dan meminta waktu kepada YongHwa untuk dibiarkan berdua dengannya. YongHwa menganggukkan kepala lalu Hyun pun dibawa ibu Yonghwa menuju kamarnya. JongHyun mendekati YongHwa setelah kepergian Ibu YongHwa dan Hyun. “Hyung, ini informasi terbarunya. Go adalah putra dari keluarga penyihir juga tetapi keberadaan keluarganya tidak diakui. Ayahnya adalah anak haram dari keluarga penyihir di Gijang-gu, untuk itu dia mendapat penolakan dari persekutuan kita pada saat itu. merasa terkucilkan dan tidak diakui Ayah Go kemudian pindah ke luar negeri. Dan sekarang Go kembali mungkin bermaksud untuk membalaskan dendam ayahnya…” “Oh begitu. Apakah kamu yakin pelaku kejadian beberapa hari terakhir ini adalah dia?” “Aku bisa memastikan dialah pelakunya Hyung…” Kali ini MinHyuk angkat bicara. YongHwa tidak pernah meragukan analisis MinHyuk. Anak itu yang paling cerdas diantara mereka berempat dan informasinya selalu akurat. “Aku yakin serangan-serangan yang dilakukannya beberapa hari terakhir ini adalah ditujukan untuk kita, mungkin baginya akan lebih baik jika dia menyerang orang-orang di sekitar kita sebelum menyerang kita secara langsung. Terlebih sepertinya dia takut jika harus menghadapi kita berempat secara bersamaan…” YongHwa manggut-manggut. “Oh iya JungShin mana?” “Dia masih mengawasi pergerakan Go, Hyung...” “Apakah tidak mengapa membiarkannya sendiri menghadapi maniak itu?” “Aku sudah memperingatinya untuk berhati-hati Hyung…” Obrolan mereka kemudian terhenti ketika Hyung turun dari tangga dan terlihat cantik dengan sebuah kalung berbandul bintang menggantung di leher putihnya. YongHwa mengenali kalung itu adalah kalung warisan keluarganya turun temurun. Apakah ini berarti ibuny amerestui hubungan mereka. YongHwa kemudian mengirim senyum hangat ke ibunya yang berjalan di belakang Hyun lalu mendekati kekasihnya itu. “Beautiful…” bisiknya di telinga Hyun. Hyun tersipu malu. “Gomawo oppa, ini hadiah ommoni padaku…” YongHwa menganggukkan kepala. “Hyunnie, kamu ke TSA bareng MinHyuk dan JongHyun yah. Soalnya ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Kita bertemu disana nanti dan aku tidak lama kok…” Hyun mengangguk. Setelah pamit pada ibu YongHwa dan pada YongHwa yang memberinya ciuman di kepalanya merekapun menuju TSA. YongHwa sendiri mendekati ibunya. “Ibu harap kamu mempertimbangkannya dan sebentar lagi usiamu 17 tahun, mau tidak mau dan suka tidak suka kamu harus menerima kekuatan itu…” “Tapi ommoni??” “Ibu tahu keberatanmu, kekuatan itu benar akan membuatmu tak terkalahkan tapi dia juga membawa dampak negatif dan jika tidak mampu mengelolanya dengan baik bisa-bisa kamu yang akan dikuasainya. Tapi semua kembali ke dirimu sendiri, ke hatimu. Tak akan ada yang mampu menguasaimu bahkan itu sisi gelap yang ada pada kekuatan itu jika hatimu bersih dan kamu berjalan di jalan kebenaran…” YongHwa merenungkan ucapan bijak ibunya. Dia kemudian mengangguk. “Aku akan memikirkannya Ommoni. Sekarang aku akan menuju TSA sebelumnya mungkin akan menjemput JungSHin dulu…” Ibunya kemudian melepas kepergian YongHwa, dan entah mengapa dia merasakan sesuatu. Meanwhile… Tanpa dikathui ketiga sepupunya, JungShin yang mengendarai motor besarnya malam itu sekarang justru berhadapan dengan maut. Go ternyata mengetahui jika dia sedang dikuntit dan tanpa dinanya tiba-tiba muncul di hadapan Jungshin. JungShin terpana lalu tanpa mampu menghindari serangan Go dia kemudian terpental dengan mudahnya. Motornya hancur berkeping-keping dan dia sendiri tergeletak pingsan. Go tertawa terbahak-bahak. Dia lalu mengangkat tubuh kaku JungShin dengan menggunakan kekuatan sihirnya lalu memasukkannya ke dalam mobilnya. Dia kemudian mengemudikan mobilnya menuju Aula besar The Spencer Academy. Sesampainya di sana dia meletakkan tubuh pingsan JungShin tepat di halaman Aula TSA. JongHyun, MinHyuk dan Hyun yang datang lima menit kemudian terbelalak melihat tubuh kaku JungShin tergeletak pingsan begitu saja. JongHyun segera berlari memeriksa dan memastikan kalau JungSHin hanya pingsan. Dan setelah mengeceknya dia kemudian membopong tubuh sepupunya itu menuju mobilnya dan langsung mengarahkan mobilnya menuju Rumah sakit. Dan menghubungi YongHwa. Sekarang tersisa MinHyuk yang menyertai Hyun. Mereka melangkah masuk ke aula dan melihat aula itu telah ramai oleh siswa-siswa The Academy Spencer. Hyun kemudian berbaur dengan teman-temannya. MinHyuk pun melakukan hal yang sama meski dia tetap mengintensifkan instingnya dan mengawasi Hyun dari jauh. Yah, dia harus mengawasi kekasih kakak sepupunya itu, jika Go menyerang orang-orang disekitar YongHwa maka Hyun adalah salah satu calon korbanya karena hubungan mereka sudah diketahui public. Tiba-tiba lampu ruangan besar itu padam, gadis-gadis menjerit. minHyuk terkesiap. Ini pasti ulah Go. Dia kemudian berusaha mencari sosok Hyun dalam kegelapan. Kejadian itu hanya berlangsung beberapa menit, dan beberapa menit kemudian lampunya menyala. Dan MinHyukpun tidak lagi menemukan sosok Hyun dimanapun di ruangan besar itu. .6. >Musik latar : Linkin Park – Crawling<
“Kau harus membayar semua perbuatanmu…” YongHwa berdiri berhadapan dengan Go di gubuk tua di tengah lapangan di dalam hutan malam itu. YongHwa berhasil mengejarnya sampai disini. Setelah mendapat info tentang hilangnya Hyun dia kemudian bergegas mencari sosok Go dengan menggunakan telepati dan instingnya. Sebelumnya dia memastikan jika JungShin memang hanya pingsan dan ibunya berada dalam pengawasan MinHyuk akan menemui ayahnya.
YongHwa kemudian melihat di belakang Go tubuh Hyun tergeletak pingsan. Dia geram dengan kenyataan itu.
“Hoho..kau pikir siapa dirimu? Kau hanyalah pecundang tak berarti. Kau bahkan tak mampu mewarisi kekuatan ayahmu..” Go tertawa sinis membuat YongHwa geram bukan alang kepalang.
“Hmmm… Aku bukannya tak mampu tapi aku tak mau, ku harap kamu bisa membedakan dengan jelas. Tapi aku tidak yakin dengan otakmu yang cekak itu kamu mampu membedakannya…”
Go geram dengan ucapan terakhir YongHwa, dia lalu mulai menyerang YongHwa namun serangannya mampu di tangkis dengan mudahnya oleh YongHwa.
“Hanya seperti itu kemampuanmu?? Huhhh…mulut besarmu itu tidak sebesar kemampuanmu ternyata…”
Merasa geram dengan ucapan YongHwa, Go melakukan serangan berikutnya. Dari tanah dibawah kakinya terdengar bunyi “krak” yang berulang-ulang. Lalu tanpa dinanya mulailah bermunculan batu-batu runcing menghujam keatas berusaha mengenai tubuh YongHwa, dengan segera YongHwa menghindar dengan cara membiarkan tubuhnya melayang di udara dan menghancurkan batu-batu runcing yang bermunculan di bawahnya. Merasa membuang-buang waktu, YongHwa lalu menyerang Go tepat ke tubuhnya untuk menghentikan pergerakan batu-batu runcing yang bermunculan tiada hentinya. Dia kemudian mengirim bola api ke arah Go, Bola api itu tidak mengenai Go tetapi berhasil memecah konsentrasinya sehingga batu-batu berhenti muncul dari bawah tanah.
Tetapi tanpa disadari oleh YongHwa, ketika dia lengah sesaat setelah menyerang Go. Go kemudian menyerangnya balik, kiriman gelombang udara yang terasa menusuk sampai tulang belulang tepat mengenai tubuh YongHwa membuatnya terpental keras dan dari hidungnya mengucur darah segar.
Go tertawa terbahak-bahak. YongHwa merasa limbung, badannya terasa sakit bukan main. Astaga, sebesar inikah kekuatan pria di hadapannya itu? sehingga bisa melumpuhkannya dengan mudah.
“Hahahaha.. ternyata sangat mudah melumpuhkanmu. Jika tahu seperti ini aku mestinya langsung saja menyerangmu tanpa harus membunuh orang-orang tak berguna itu. hanya membuang waktuku saja. Dan aku akan memberi tahumu setelah menghabisimu aku akan menemui ayahmu dan memaksanya menyerahkan kekuatannya padaku. Aku yang telah mengalahkan anak kesayangannya..hahhahha..”
YongHwa mendesis marah. Dia lalu mencoba bangkit namun sekali lagi gelombang udara yang dikirim Go kembali menghempaskan tubuhnya dengan mudahnya, kembali tubuhnya terpental dan kali ini sakitnya dua kali lipat terasa di tubuh YongHwa.
Sementara itu, ketika YongHwa sedang bertempur dengan Go. Ibu YongHwa diantar oleh MinHyuk telah tiba dikastil tua keluarga Jung.C.Denvers. ibu YongHwa tanpa membuang waktu mendatangi suaminya lalu membujuknya untuk menyerahkan kekuatannya kepada anaknya yang sekarang terancam bahaya. Bertepatan dengan jam dinding tua di ruangan itu berdentang dua belas kali, dari tempatnya duduk Ayah YongHwa melepas kekuatannya dan mengirimkannya kepada anaknya, setelah itu dia lalu memandangi wajah istrinya sesaat sebelum menutup mata untuk selamanya dalam kedamaian.
Kembali ke tempat pertempuran YongHwa dan Go. YongHwa yang sudah kewalahan dan sekarang menjadi bulan-bulanan serangan Go merasakan sebuah Energy besar mengalir dalam pembuluh darahnya. Tak tertahankan. Terasa panas dan menyengat. YongHwa merasakan energy besar itu menguasainya dan membuatnya mulai lepas kendali terhadap diri sendiri. Dia bangkit dari keterpurukannya.
“Kau memaksaku untuk menyerangmu…” mata YongHwa menyorot tajam. “Aaaaaa… Matilah kau…” Dia kemudian mengumpulkan kekuatannya lalu sebuah cahaya berwarna merah dengan kecepatan tinggi mengarah ke tubuh Go tanpa bisa dicegahnya membuat tubuhnya terpental ke dinding lalu jatuh dan tidak bergerak. Kejadian itu berlangsung cepat. Sangat cepat dan dengan mudahnya YongHwa berhasil mengalahkan Go yang sekarang tergeletak tak berdaya. Dan seketika setelah beberapa saat YongHwa merasa energy tadi telah surut seketika. Dia kemudian mengatur nafasnya pelan.
Ketika kesadarannya sempurna kembali, dia menyadari keberadaannya dan setelah melihat Go tidak berkutik lagi, da berlari ke tubuh Hyun yang tergeletak tak berdaya lalu mulai memeluknya. Gadis itu hanya pingsan.
Tidak berapa lama dia mendengar mobil tiba di luar gedung tua itu. Dan kehadiran MinHyuk dan JongHyun kemudian mempertegas dugaannya. Dia lalu menggotong tubuh Hyun menuju Mobil JongHyun, menolak menggunakan sihir untuk memindahkan tubuh kekasihnya itu. Dia menggendong tubuh Hyun dengan hati-hati.
Setelah memastikan tubuh Hyun terlindungi di mobil, dia bersama JongHyun kembali masuk ke Gedung tua untuk meringkus Go tetapi tubuhnya kaku seketika ketika sosok tubuh yang baru saja dilihatnya tergeletak tak berdaya itu hilang tak berbekas.
.END.
Behind The Story :
Di bawah ini sedikit info tentang filmnya…
THE COVENANT
Rilis : 8 September 2006
Directed by : Renny Harlin
Written By : J.S Cardone
Sinopsis : 5 cowok misterius terlibat persekutuan sihir . Cerita dimulai tentang empat pemuda yang merupakan pewaris penyihir Ipswich (Ipswich sendiri adalah nama kota di Inggris, letaknya di bagian timur. Tepatnya di kabupaten Suffolk). Tampan, kaya, menawan. Itu adalah gambaran mereka semua. Kuliah di The Spenser Academy. Mereka terkenal sebagai bad boy di kampus. Caleb Denvers, Reid garwin, Pogue Parry, & Tyler Simms. Masalah diawali saat anak yang baru pindah Chase Collins mulai mendekati hidup keempat Ipswich.
Menurutku film ini lumayan seru. Jika dibanding HP atau Twilight yang temanya sedikit banyak sama, mungkin The Covenant memang tidak terlalu terdengar gaungnya. Tetapi jika mau disandingkan menurutku masing-masing punya daya tarik tersendiri yang membuat ketiganya berbeda dan mempunyai nilai jual yang tinggi, salah satunya adalah pemainnya yang good loking. Nah para pemain di Film The covenant ini juga cakep-cakep girrlllzzz..hehehhe... Menurut info terbaru The Covenant sendiri telah dibuat sequelnya, tapi aku belum sempat menontonnya. Hikkss…
Anneyong Haseyo Yoorobun dan Happy Iedl Fitri 1432H all…^^
.With Luv ; SJ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar