Selasa, 25 September 2012

PART OF 9 ANGEL'S






“Part of 9 Angel’s”



SJ Entertainment Present :



_Serial : P9A Part 5_



Lead Cast :
SeoHyun, Jessica , Yoona, Sunny, Tiffanny, Hyoyeon, Yuri, Taeyeon, Soo Yong(SNSD)



Main Cast :
- Jung Yong Hwa, JongHyun, Jungshin, Minhyuk (CN Blue)
- NickHun, Taecyeon (2PM)
- Siwon (SUJU)
- Joo Ji Hoon & Yoo Eun Hye
- Kim Seol Hyun (Member New GB FnC)
- JongHoon (FT Island)








Truutt… truut… truutt…


Seohyun masih merasa YongHwa di dalamnya, menghangatkan tubuhnya dan mengucapkan kata cinta di telinganya ketika dia kemudian terpaksa bangun oleh dering telepon celuler yang membahana pagi itu. Dan dia tahu itu bukan handphone miliknya karena nada dering sestandar itu tidak pernah menjadi ringtone Hpnya. Dan lagi dia adalah tipikal orang yang selalu mematikan atau minimal mengaktifkan nada silent di Hp sebelum tidur, dia tidak pernah mau di pusingkan, atau di ganggu dan atau di bangunkan oleh dering telepon di pagi hari, itu bisa menganggu moodnya seharian.

Tetapi pagi ini dan di apartemen kekasihnya, dia terpaksa harus mengalami salah satu hal yang tidak disukainya.

Dia kemudian menggeliat, mencari sosok tubuh yang harusnya masih tertidur di sisinya, tetapi tidak ditemukannya, sambil mengumpat SeoHyun membuka matanya pelan. Dan dia tidak heran ketika menemukan ruang kosong di situ, samar-samar SeoHyun mendengar suara air mengalir dari bathroom.

SeoHyun dengan kesadaran yang setengah-setengah kemudian meraih telepon genggam YongHwa yang masih setia dengan deringannya yang membahana. Tanpa mau bersusah payah melihat siapa yang menelpon dia menjawab telepon yang masuk itu.

“Yobusheo…” ucapnya dengan suara yang masih serak.

Sesaat diseberang tidak terdengar suara. SeoHyun mau tidak mau mengulang kata yang sama. “Yobhuseo…” tetapi kali ini dengan nada yang sedikit keras.

“Ohh..mianhe..apakah ini handphone dr.YongHwa?” Sebuah suara perempuan terdengar di seberang sana dan itu mampu membuat SeoHyun sepenuhnya tersadar.

Siapa perempuan yang berani menelpon kekasihnya sepagi ini? Centil sekali, batinnya lirih. Dia bangun dan terduduk sambil ikut menarik selimut menutupi dadanya.

“Ya, ini handphone Yong oppa. Dia sedang di bathroom, Ada yang bisa saya bantu??” ucapnya tegas.

“Oohh anii..mianhe menganggu..ada yang ingin saya diskusikan tetapi biarlah nanti jika ketemu di rumah sakit saja…” ucap perempuan itu lalu memutuskan sambungan telepon membuat SeoHyun mendelik marah.

Hhhmmm..berarti perempuan itu adalah rekan kerja YongHwa. Tiba-tiba dia mengingat beberapa minggu yang lalu ketika terpaksa harus ke rumah sakit menemani Tifanny, dia melihat salah seorang dokter perempuan mencoba flirting kepada YongHwa-nya. Apakah yang menelpon ini adalah perempuan yang sama. Hhhmmm…

Karena merasa tidak bisa tertidur lagi, Seohyun bangun dengan selimut yang membungkus tubuh telanjangnya. Dia kemudian beranjak ke lemari pakaian YongHwa dan menarik salah satu kaos yang ukurannya besar untuk di pakainya, setelah sebelumnya memasang pakaian dalamnya.

Setelahnya dia berjalan ke dapur berniat untuk menyeduh teh atau kopi yang ditemukannya disana. Dan dia melihat sarapan pagi berupa omelet telah disiapkan kekasihnya itu buatnya. Belum berminat untuk menyentuhnya SeoHyun lebih memilih membuat coklat hangat.

Dia sedang menikmati coklat hangatnya sambil menonton siaran berita pagi itu ketika YongHwa muncul dengan tubuh basah yang hanya terlilit handuk sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk lainnya.

“Sudah bangun?” ucapnya pelan sembari mendekat ke arah SeoHyun dan mencium kepalanya.

SeoHyun mengangguk sambil menyeruput coklatnya. “Tadi ada telepon..” ucapnya singkat dan tidak mengalihkan perhatiannya dari layar tivi, enggan untuk bersitatap dengan YongHwa.

“Dari siapa??”

“Dari pacar oppa…”

YongHwa menghentikan kegiatannya mengeringkan rambutnya sambil menatap tajam SeoHyun. SeoHyun juga kemudian memilih menatap YongHwa.

“Dari salah satu dokter perempuan yang katanya ingin berdiskusi dengan Oppa...” Ucap SeoHyun cemberut. YongHwa yang beberapa detik yang lalu diliputi perasaan heran kemudian menghela nafas pelan dan tertawa ringan. Dia kembali melanjutkan acara mengeringkan rambutnya sembari berjalan pelan menuju kamar tidurnya.

SeoHyun dengan gelas coklatnya mengekor di belakang.

”Senang sekali yah dapat telepon dari fans sepagi ini, apalagi kalau fans itu berwujud dokter perempuan yang cantik..”

”Kamu ngomong apa sih? Fans apaan?? Dia rekan kerja Hyunnie...” YongHwa menarik keluar kemeja dan celananya yang akan digunakannya. Lalu berbalik menatap kekasihnya. ”Kamu mau berdiri disitu melihatku pakaian?”

SeoHyun kembali melipir keluar kamar dengan wajah yang masih cemberut tetapi langkahnya tertahan ketika tiba-tiba YongHwa mendekapnya dari belakang dengan posesif.

”Aku senang melihat wajahmu yang cemburu tetapi aku lebih senang melihatmu tersenyum baby. Percayalah tidak ada wanita lain yang kuinginkan kecuali dirimu. Pikirkan ini, kalau memang ada wanita lain kenapa aku tidak bersamanya alih-alih malah memperjuangkan untuk mendapatkanmu kembali? Itu karena aku cuma menginginkanmu baby, hanya dirimu sebagai wanitaku, aku tidak tertarik pada wanita lain...saranghe...” ucap YongHwa lirih sembari mencium leher SeoHyun membuat SeoHyun bergidik, dia lalu berbalik dan dalam gerakan cepat YongHwa mencium SeoHyun di bibir. Singkat tetapi dalam.

Setelahnya SeoHyun kemudian melangkah dengan riang keluar kamar, kali ini perutnya tiba-tiba merasa lapar, tanpa ragu dia menuju meja makan dan menyantap omelet buatan YongHwa pagi itu.



@Hyunnie Perut ama Hati emang kuat banget yak kolerasinya..hahaha..Morning all, have a great day ^^





_0o0_





Menjadi selebritis bukanlah pekerjaan mudah. Meski semua manusia menginginkan popularitas yang bakal di dapatkan jika kalian di posisi ini tetapi yakinlah kalau semua kebahagiaan itu terkadang semu belaka. Jalan ini sunyi, setidaknya itulah yang di rasakan oleh seorang Yoona. Meski dari luar terbalut riuh rendah ketenaran. Dia tetap saja menggigil dalam sepi. Tidak ada yang pernah memperingatkannya kalau jalan yang dia pilih ini adalah jalan sunyi penuh kekosongan, tidak neneknya yang telah membesarkannya, karena dia telah berpulang ke Pemilik Jiwanya ketika Yoona memutuskan jalan ini untuk masa depannya, tidak juga kedua orangtuanya yang memilih menjadi hamba industry, tenggelam dalam setumpuk urusan bisnis dan tidak peduli pada keluarga, terutama anak semata wayang mereka. Sejujurnya bagi Yoona sendiri jalan ini adalah pembuktian, bahwa dia bukanlah Yoona yang dulu lagi, dia adalah Yoona yang lain. Dia adalah Yoona yang diinginkan semua orang. Tetapi ternyata tindakan pembuktiannya pada dunia ini salah tempat, sekarang dia terdampar menjadi sosok yang mungkin saja memperoleh semua ketenaran tetapi dia juga harus membayarnya dengan bayaran yang setimpal.

Benar dia telah melakukan hal-hal hebat, bertemu dengan orang-orang hebat, tertawa dan gembira, dan membuat semua orang menyangka bahwa menjadi selebritis adalah membuat hidupmu sempurna. Tetapi ketika teriakan “Cut” itu berdentang, dan dia sibuk membenahi barang-barangnya dan kemudian berlalu untuk beristirahat yang ditemui adalah kesunyian. Orang-orang yang berinteraksi dengannya adalah orang-orang yang punya kepentingannya dengannya, dia tidak menemui ketulusan dari interaksi itu, semua harus ada balasannya, ini yang membuatnya tidak memiliki teman di industry ini.

Ketika sepi semakin mencekam, beruntung Yoona memiliki delapan orang sahabat, delapan orang berarti yang selalu siap kapanpun menemaninya, menghiburnya. Tetapi sahabat tetaplah sahabat, mungkin dia adalah orang yang selalu ada di sisimu, tertawa bersamamu, tetapi sahabat bukan rumah tempatmu pulang. Bukan tempat berlabuhnya hatimu. Sahabatpun kadang memiliki keterbatasan ruang dan waktu. Dia ingin lebih, dia ingin memiliki seseorang yang bisa mengertinya, seseorang yang bisa memeluknya sepanjang malam dan menyelamatkannya dari kerasnya dunia.

Dan dia menemukan semua itu dari satu sosok, seseorang yang selalu punya tempat khusus di hatinya, orang pertama yang dipilih jiwanya sebagai tempat melabuhkan cinta. Lee JongHyun.

Di hari ketika Lee JongHyun menegaskan kalau dia ternyata mengenal Yoona, teman kecilnya yang frigid, looser dan kaku, di hari itu pula sebuah hubungan kembali terjalin antara mereka berdua. Lee JongHyun kembali memasuki hidupnya, dan rasa sepi yang selama ini menjejak dalam hidupnya, terhapus begitu saja dengan kehadiran Lee JongHyun. JongHyun rutin menungguinya hingga usai syuting, lalu mereka menghabiskan waktu sekedar bercengkrama dan bercerita satu sama lain tentang keseharian mereka di tahuntahun kemarin, tahun ketika mereka saling kehilangan satu sama lain. Kali ini mereka lebih terbuka, Yoona bukan lagi gadis kecil yang kaku di hadaan JongHyun, dia bertransformasi menjadi wanita cantik dan supel, namun tetap sedikit manja pada JongHyun.

Mereka kembali menjalin sesuatu yang tidak sempat mereka jalin beberapa tahun yang lalu dan semuanya mengalir secara wajar, terjalin begitu saja dengan lancarnya. Tetapi mereka berdua melupakan satu hal, bahwa ada satu hati yang terluka dengan kedekatan mereka, Yoon Jin Yi.

“Dia bukan kekasihku, selama ini kedekatan kami hanya murni urusan kerjaan. Aku menjadi music director di filmnya kemarin, setelah itu kami akrab. Dan entah mengapa keakraban kami diartikan lain oleh media ataupun pekerja di balik layar. Aku tidak mencintainya Yoona, setidaknya bukan dia yang aku harap menjadi wanitaku..” Ucap JongHyun di satu sore ketika Yoona menanyakan tentang Jin Yi. Yoona mulai gerah terhadap tudingan dan cerita kasak kusuk orang-orang di belakang mereka tentang dia yang merebut kekasih orang. Tentang dia yang menggoda JongHyun hingga akhirnya JongHyun meninggalkan Yoon Jin Yi.

“Benar?”

JongHyun menghentikan kendaraannya di tepi jalan. Sore itu, dia mengantar Yoona pulang sehabis syuting. JongHyun lalu meraih telapak tangan Yoona dan menciumnya takzim, memandang tepat di manik matanya. ”Aku mencintaimu, hanya dirimu, apakah begitu susah bagimu untuk mempercayai hal itu? Termasuk fakta bahwa selama beberapa tahun ini aku sibuk mencarimu, mencari dimana keberadaan teman kecilku yang baik hati, sahabat kecilku yang mengajarkanku tentang ketulusan, aku serius, aku pindah dari Busan ke Seoul demi mencarimu...”

Yoona tergugu dan kemudian diapun menghadiahi sahabat kecilnya itu sebuah ciuman.





_0o0_




Sunny berjalan tergesa pagi itu di basement kantornya, bukan tanpa alasan dia berjalan tergesa-gesa. Yah, dia telah terlambat tiba di kantor. Ini semua karena Yuri dan Taeyeon yang mengajaknya ngobrol via telepon malam sebelumnya sampai menjelang dini hari dan baru benar-benar terlelap ketika denting jam telah berbunyi tiga kali.

Dan disinilah dia sekarang, dengan kepala yang sedikit berat, terlambat pula.

Benar, SM Entertainment adalah perusahaan milik pamannya tetapi sebagai orang yang profesional dengan kerjaan tidak seharusnya dia terlambat. Di tengah langkahnya yang tergesa, dia kemudian dikejutkan oleh sebuah teriakan. Dia celingukan dan menemukan dua orang, pria dan wanita yang berdiri di sisi mobil sedang berhadaphadapan dengan ekspresi wajah yang terlihat marah.

Sunny mengenali siapa mereka, yah mereka adalah Lee JongHyun dan Yoon Jin Yi. Musisi berbakat yang namanya sedang jadi buah bibir dengan kekasihnya yang aktris itu. Kenapa mereka sepagi ini sudah eksis di basement dan pakai acara bertengkar lagi.

Menghela nafas sesaat, Sunny kemudian melanjutkan jalannya, tetapi baru tiga langkah dia kembali mendengarkan teriakan bernada keras.

“OPPAAAAA...”

Sunny berbalik, dan lalu dilihatnya satu mobil meluncur pergi meninggalkan sang perempuan berdiri mematung sendiri.



_0o0_





“Onniiee..makannya kok diliatin aja gak dimakan..” Seohyun menepuk paha Sunny yang lebih sibuk bermain dengan pikirannya sendiri ketimbang melahap steaknya siang itu.

SeoHyun yang melihatnya kemudian menegurnya. Siang itu SeoHyun, TaeYeon, Sunny dan HyoYeon makan siang bersama, kembali di restaurant Taeyeon sedang teman mereka yang lain sedang sibuk dan tidak bisa bergabung dengan mereka untuk makan siang bareng.

“Ooohh..mianhe…” Sunny kemudian mulai memotong steaknya dan kemudian memasukkannya dalam mulutnya, merasakan tekstur daging itu di lidahnya. Nikmat. Tetapi dia tidak bisa menipu dirinya sendiri, senikmat-nikmatnya steak yang sekarang terasa lembut di lidahnya tetap saja kejadian pagi tadi membayang di kepalanya dan mampu mempengaruhi semua lini kehidupannya, termasuk rutinitas makan siangnya ini.

”Kamu kenapa? Kamu ada masalah?” Taeng yang dari tadi memperhatikan tindak tanduk Sunny yang aneh akhirnya menegurnya.

”Jiiaah, hidupkan emang untuk ketemu dengan masalah..hahahha..” HyoYeon nyeletuk dengan santai, khas dia.

”Anii..mungkin saya sedikit kecapean saja..”

”Kamu memang benar ada masalah, ini bukan gaya kamu banget..” Taeyeon menimpali.

Sunny menghela nafas panjang. ”Sebenarnya ini bukan masalahku. Eehhhmm, akhir-akhir ini Yoona jarang bergabung dengan kita yah, dia begitu sibuk tampaknya..”

”Sibuk pacaran juga...” kembali celetukan yang seperti ini pasti berasal dari HyoYeon.

”Onniee..” SeoHyun menegurnya. ”Onnie juga ayolah segera seetle dengan satu pria, hentikan kelakuan yang suka gonta-ganti teman pria...aku yakin diantara mereka ada yang benar-benar mencintai onnie..”

Hyoyeon geleng-geleng kepala, ”Ckckckkc..bocah ini, baru juga beberapa hari pacaran dengan YongHwa udah bisa menceramahi orang tua, diriku bukan dirimu darl, aku masih harus menguji lalu mengeleminasi pria-pria itu sebelum menetapkan satu yang terbaik, sayang aja kalau sepanjang hidupku yang aku kenal dan nikmati hanya satu pria, memangnya kamu...”

”YAAAA...onnieee....” Seohyun mencibir.

Taeyeon tertawa melihat tingkah keduanya. ”Sudaah ah, kalian ini...” Taeyeon kemudian memandang Sunny yang juga masih tersenyum simpul menanggapi lelucon HyoYeon. ”Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan Yoona? Maksudku bukan yang lain, yang lainkan sibuk juga..”

“Hhhmmm…” Sunny memainkan jemarinya di rambutnya, memperbaiki tatanan rambutnya. ”Aku mendengar selentingan yang buruk tentangnya, dan tentang hubungannya dengan Lee JongHyun..”

”Maksudmu?”

Sunny menghela nafas panjang, dan menyadari jika perhatian temantemannya kini tertuju padanya. ”Sebenarnya selain mendengar kabar kalau Yoona merebut Lee JongHun dari Yoon Jin Yi yang kabarnya kencang sekali beredar di lingkungan kami, aku juga pernah sekali mendapati Lee JongHyun dan Yoon Jin Yi bertengkar di basement kantor kami, entahlah, aku tidak tahu tepatnya apa yang mereka pertengkarkan tapi aku sadar itu ada kaitannya dengan Yoona...”

”Begitu yah...” TaeYeon bergumam lirih.

”Bagaimana menurutmu hubungan mereka???”

”Apa yang salah dengan hubungan mereka??? Aku pikir mereka benar, mereka berdua saling mencintai, lantas salahnya dimana..” HyoYeon berargumen.

”Yang salah adalah karena Yoona masuk di dalam hubungan Lee JongHyun dengan Yoon Jin Yi, Lee JongHyun bukan lagi pria single, dia telah memiliki kekasih, bahasa singkatnya JongHyun selingkuh dengan Yoona..” Sunny menghela nafas kesal, sedikit marah harus mengakui fakta itu.

HyoYeon pun menghela nafas panjang. Dia tahu, manusia memiliki beberapa aturan main yang tidak tertulis dalam masyrakat dan berselingkuh salah satu hal yang terlarang, itu aib sosial. Dia hanya bermaksud menegaskan ketika cinta itu hadir di antara dua manusia tetapi karena status yang mengikat keduanya bisa jadi berdiri di ruang yang salah dan cinta itupun terlarang. “Itu salah satu faktor kenapa aku tidak bisa terikat, aku tidak bisa menerima aturan konyol itu…cinta kadang datang dengan tak terduga…kepemlilikan itu bisa begitu menyiksa…”

“Itu harga yang harus di bayar Hyo untuk kebahagian kita, tetapi kedua orang yang benar saling mencintai rela terikat satu sama lain kok. Aku pikir kamu belum bertemu yang pas saja jadi ucapanmu seperti itu…” Taeyeon menimpali bijak. “…Kita manusia. Kita menangis. Kita tertawa. Kita marah. Kita memiliki banyak ekspresi, banyak pemikiran, banyak sisi, kadang baik, kadang jahat, kita manusia yang jauh dari sempurna. Kita juga sering berbuat salah, kita khilaf. Aku pikir Yoona tidak akan pernah bermaksud menyakiti orang lain, aku kenal Yoona dan aku pikir kalian juga mengenalnya dengan baik. Mungkin ada yang tidak kita ketahui. Ingat kita hanya orang luar yang mengamati dari luar, yang benar-benar tahu masalah sesungguhnya adalah mereka. Bukan tugas kita untuk menghakimi Yoona, dan atau JongHyun dan kekasihnya itu. Kita tunggu saja Yoona datang menjelaskan segalanya pada kita..”

Di tempatnya SeoHyun mengangguk-anggukkan kepala pelan, dan tampaknya yang lain juga sepakat dengan ide Taeyeon.





_0o0_





“Ada apa?? Kamu kecapaian atau ada masalah di kantor yah??” YongHwa mengulurkan salah satu tangannya lalu membelai kepala SeoHyun, sementara tangan satunya berkonsentrasi mengemudi. Malam itu dia habis menjemput SeoHyun pulang dari kantor lalu mengantarnya ke rumahnya. Beberapa hari terakhir ini, SeoHyun kembali tinggal di rumah orangtuanya, meski sangat menginginkan SeoHyun menetap di apartemen bersama dirinya, tetapi hal itu tidak mungkin terwujud sebelum mereka berdua menikah. Ini ultimatum dari Ibu SeoHyun, dan YongHwa mematuhinya.

SeoHyun yang sedari tadi asyik menatap jalanan sambil bermain dengan pikirannya sendiri menoleh memandang wajah kekasihnya itu. “Hhhhmmm…” dia lalu meraih tangan YongHwa yang membelai rambutnya lalu mengaitkan jemari mereka. YongHwa balas menggenggam tangan kekasihnya yang sekarang berada di pangkuan SeoHyun, membiarkan tangannya di mainkan oleh SeoHyun.

“Honey…”

“Hhhmmm…”

“Apa mungkin seorang pria bisa mencintai dua wanita di waktu yang bersamaan??”

YongHwa mengerutkan kening dan hampir saja kehilangan fokus ketika dengan gerakan refleks dia berbalik ke SeoHyun dan menatapnya heran. Tetapi dia lalu mengembalikan pandangannya kfokus mengemudi. “Kenapa tiba-tiba pertanyaannya seperti itu?? Baby, apa karena kejadian beberapa hari yang lalu? Ketika Dasom-shi menelpon ke handphoneku?? Hyunnie, dia cuma rekan kerja…”

“Anii..buat apa aku cemburu pada rekan kerjamu itu, kebagusan. Jangan geer deh…” SeoHyun menghempaskan tangan YongHwa lalu menampiknya.

YongHwa sebenar-benarnya ingin tertawa, tetapi mengingat bahwa topik ini cukup sensitif dan SeoHyun bisa meradang, dia memilih hanya tersenyum. “Lantas ada apa?”

“Yoona Onnie…”

“Ada apa dengan Yoona??”

SeoHyun menghela nafas panjang. “Dia menjalin cinta dengan pria yang telah memiliki kekasih, tetapi pria itu adalah cinta pertamanya dan mereka punya sesuatu yang lebih kuat, jadi kesannya Yoona onnie yang merebut pria itu dan sekarang mereka berbahagiah di atas kesedihan kekasih sang pria tadi..ahhh ribet deh, belum lagi sekarang media telah mengetahuinya. Dan Yoona onnie jadi bulan-bulanan mereka, beberapa media sekarang mengejarnya hanya untuk meminta klarifikasinya dan ironisnya lagi, filmnya terancam gagal tayang hanya karena beberapa sponsor berencana untuk menarik investasinya dalam film Yoona Onnie, benar-benar…”

YongHwa kembali meraih tangan SeoHyun, dan mengaitkan jemari mereka. “Separah itu…”

SeoHyun mengangguk. “Dunia selebritis memang benar-benar bisa sangat menyeramkan seperti ini, dia bisa membuatmu tenar dalam hitungan jam tetapi bisa juga menghancurkanmu. Tapi bukan itu yang penting menurutku, yang penting adalah perasaan Yoona onnie…”

YongHwa mengeratkan genggaman tangannya ke kekasihnya itu. “Kau sudah bertemu dengan Yoona??”

SeoHyun menggeleng. “Yoona onnie gak bisa dihubungi sekarang, kemarin hanya Taeyeon onnie yang sempat menemuinya, katanya dia butuh menyendiri dari semua hal ini. Kenapa Yoona onnie menyendiri sih?? Kenapa dia tidak menemui kami?? Kami akan membantunya, kami tidak mungkin meninggalkannya dan di atas segalanya, kami tidak pernah menyalahkannya untuk semua ini…”

YongHwa menghela nafas pelan. “Sampai kita mengalami apa rasanya dicecar dan dikepung kamera, kita tidak bisa sepenuhnya mengerti apa yang membuat Yoona mengambil keputusan seperti itu. Jangan menghakimi Yoona baby…”

“Hhhh..ucapan oppa sudah seperti ucapan TaeYeon Onnie...” SeoHyun menatap wajah YongHwa. “…Aku hanya ingin bertemu dengannya, dan ingin memeluknya, menenangkannya. Itu saja…”

YongHwa membelai pipi SeoHyun. “Yoona sudah dewasa, dia tahu apa konsekuensi dari semua perbuatannya, dan dia juga pasti tahu langkah apa yang terbaik buatnya, beri dia waktu. Dan hal yang terbaik yang bisa kamu lakukan buatnya adalah mendoakannya, semoga segala sesuatunya berjalan dengan baik, tidak malah bertambah buruk…”

SeoHyun menganggukkan kepala.

YongHwa memilih meminggirkan mobilnya lalu mematikan mesin. Dia lalu membuka seatbelt dan turun dari mobil. Dia kemudian membukakan pintu buat SeoHyun dan membantunya turun dari mobil. SeoHyun yang heran memilih mengikuti keinginan YongHwa. “Adaapa Oppa??”

Tanpa berkata YongHwa menarik SeoHyun masuk ke dalam pelukannya, lalu memeluknya erat dan mencium kepalanya. “Aku perlu melakukan ini, aku tidak bis amelihatmu khawatir seperti ini, membuatku tidak nyaman..”

SeoHyun tergugu, dia merasa matanya menghangat. YongHwa, YongHwa-nya selalu tahu menenangkannya dengan baik.

“Menikahlah denganku baby…” bisik YongHwa di telinganya, lirih.

SeoHyun merasa tubuhnya mengejang. Dia melepaskan diri dari pelukan YongHwa dan menatapnya tepat di manik matanya. Dia menemukan keseriusan di sana.

“Menikahlah denganku Hyunnie, aku benci fakta ketika kamu mencemaskan sesuatu, aku tidak di sisimu, sekedar untuk memelukmu…”

“Tapi oppa….aakkkssss….” SeoHyun menghentakkan kaki jengkel.

YongHwa merasa panik. “Kenapa? Kamu tidak mau menikah denganku??”

“Iiiisss…Oppa jahat sekali..Oppa melamarku disini? Di pinggir jalan seperti ini?? Astaga honey..ini sama sekali di luar imaginasiku, kenapa tidak romantis bangetttt sihhh…”

YongHwa tertawa, lalu menarik tubuh yang sedang merajuk itu. “Maafkan aku baby, chinca mianhe..tapi aku serius, meski belum membawa cincinnya, aku ingin melamarmu saat ini, menikahlah denganku baby, dan biarkan aku menjagamu, memelukmu, menenangkanmu dari semua rasa galau, sedih dan lainnya…”

SeoHyun akhirnya membalas pelukan itu dan mencium leher YongHwa, membenamkan wajahnya di leher itu. “Hhhmmm…akan aku pertimbangkan…”

YongHwa mengurai pelukannya meski tubuh SeoHyun mengeras ingin tetap berada di pelukannya. Dan dia akhirnya tahu, jawaban SeoHyun itu hanya buat membalas lamarannya yang sama sekali tidak romantis itu ketika menemukan tatapan mata nan jahil di manik mata kekasihnya. Dia tersenyum lalu kembali memeluk SeoHyun.

“Aahh, aku ingin secepatnya menikah denganmu…”

“Nadu oppaaa…”

“I love you…”

“I Love you too…”





_0o0_





Yoona duduk setengah takzim dan hanya memutar-mutar sendok di gelas coklat hangatnya sore itu di lounge and bar hotel keluarga SeoHyun. Tempat itu sedikit sepi, tetapi memang longe itu tempat ekslusif yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang biasa.

Di depannya JongHyun tak kalah takzimnya, memilih diam, tidak tahu harus berbuat apa. Situasi yang saling mendiamkan itu sudah berlangsung kurang lebih sepuluh menit yang lalu.

“Maafkan aku…” akhirnya JongHyun mengangkat suara. “Aku menempatkanmu di posisi yang sulit, tapi aku sama sekali tidak berniat seperti ini, aku mencintaimu Yoona…”

Yoona menghela nafas dalam-dalam, menekan haru yang menuntut ingin keluar. Dadanya sungguh sesak beberapa hari ini, tekanan orang-orang dan media padanya sungguh membuatnya sesak nafas.

“Kamu tahu aku mencintaimu sweetheart, hanya dirimu…”

Yoona mengangguk, kata-kata itu telah diucapkan ratusan kali oleh JongHyun dan dia tahu, itu yang sebenarnya tetapi tetap saja mereka salah, waktu dan situasi tidak berpihak pada mereka.

“Oppa, oppa pernah merasakan ketika orang-orang, maksudku tidak satupun orang yang menginginkan kehadiranmu, orang-orang menolakmu. Aku pernah, berada di posisi ketika orang-orang tidak menganggap kita eksis aku pernah oppa, dan jalan itu sunyi, yang ada hanya kesedihan. Tidak seorangpun yang menginginkan kehadiran kita itu adalah hal yang paling menyakitkan…” Yoona berucap lirih, sambil membiarkan airmatanya keluar, dia tidak mampu lagi menahannya. Di hadapannya JongHyun tergugu, sungguh dia ingin menarik tubuh rapuh itu masuk ke dalam pelukannya tetapi kali ini dia tak berdaya.

“..Tetapi berada di posisi aku saat ini, ketika semua orang menuduhku merebut kekasih wanita lain, menjadi orang ketiga diantara hubungan kalian itu ternyata lebih menyakitkan, sakit oppa. Dan aku tidak sanggup lagi…”

“..Sebut aku keliru oppa, aku terjebak dalam sebuah kebahagiaan semu, aku mengira aku adalah wanita yang beruntung, memiliki popularitas dan sekarang memiliki cintamu, tetapi ternyata semuanya hanya palsu, semu belaka. Itu bukan kebahagiaan sejati..”

“Tapi aku benar-benar mencintaimu sweet heart…”

Yoona memejamkan mata lalu mengangguk pelan. “Aku tahu oppa, aku tahu..aku bahkan tahu oppa bisa dengan gampangnya meninggalkan Yoon Jin Yi onnie dengan begitu mudahnya demi diriku, tetapi saat ini bukan itu yang aku inginkan oppa, aku tidak ingin lelaki yang aku cintai berbuat hal serendah itu hanya untuk mendapatkan diriku…”

“Lantas apa yang kamu inginkan??” JongHyun tercekat, tanpa bertanyapun dia sudah tahu apa yang akan menjadi jawaban Yoona, tetapi dia terlalu takut, takut dengan jawaban itu.

“Aku ingin kita berpisah oppa. Oppa tidak lagi menemuiku ataupun menghubungiku dan percayalah aku juga akan berhenti menghubungi oppa…”

“Yoonaaa…” JongHyun mengucap lirih.

Yoona lalu menghela nafas panjang, dia kemudian menghapus sisa-sisa. “Ini yang terbaik Oppa. Kita berpisah, cukup sampai disini. Jika memang takdir menggariskan kita berjodoh, pasti kita akan bertemu lagi, yang pasti aku tidak ingin menyakiti hati siapapun lagi…”

“Aku mencintaimu sweatheart, dan aku memilih dirimu…” JongHyun masih berusaha untuk mempertahankan apa yang mereka miliki, meski dia tahu usahanya itu akan berakhir gagal.

“Aku tahu oppa, aku tahu, tapi terkadang cinta saja tidak cukup…”

Yoona kemudian berdiri dan memasang kacamata hitamnya, JongHyun ikut berdiri ketika melihat Yoona menghampirinya.

Yoona kemudian memeluk erat pria yang sangat dicintainya itu, “Take care oppa, I love you..” Lalu berjalan keluar tanpa berbalik lagi. Dia tahu keputusannya ini menyakiti dirinya, menyakiti jonghyun tetapi ini yang terbaik bagi mereka berdua.






Even that time when the wind stopped ..
That's not enough for me
I smile one more time..
Give my final greeting..
I love you..
Forever..

I am tired now and love hurts..
But even that time is just a memory..
I have to give my final greeting..
I love you..
I love you..

Fly away..
Fly away..
LOVE

Fly away...
Fly away..
LOVE

Fly Away..
Fly Away..
LOVE

The one true love of my life..
Goodbye..


(DBSK - Insa)






.END.









Author Note :



Aku punya cerita yang menarik tentang OST yang kali ini aku gunakan di FF ini, terus terang sebelumnya aku lebih dahulu mengenal Kebudayaan Korea Selatan melalui Drama dan Film-filmnya, aku tidak mengenal musiknya dan terlebih idol-idolnya. Aku penikmat film, mau film apapun ayyoooo ajaah, asal bukan horror..hahaha..tetapi aku suka kok kalau spionase dan action. Saat itu, kakakku datang dengan filmnya “First Love Millionare’s” yang main Hyun Bin dan Lee YeonHee, tepatnya tahun berapa aku lupa, nah film itu berkesan sekali bagiku dan Indonesia pernah mengcopy paste film itu ke Drama seri “Peluk aku tiga menit” kalau gak salah yang main waktu itu Rezky Aditya dan Thalita Latif. Saat itu Hyun Bin belum seterkenal sekarang, dan Lee YeonHee pun begitu..masih pada culun, nah ada lagu yang aku suka banget di film itu. Tapi berhubung belum tertarik lagu-lagu korea, aku skip tuh lagu dan tidak berusaha mencari tahu. Belakangan ketika udah kenal idol-idol korea selatan, dah pada tahu mereka, aku kembali menemukan lagu itu. Lagu yang sempat aku sukai, nah lagu DBSK Insa itulah yang aku maksud. Coba dengarkan yah, meski liriknya singkat tapi maknanya dalam dan musiknya menyihir… #Lebay hehehe… Eetapi saranku bagi yang sedang putus cinta jangan dengar lagu ini, bisa menangis semalam..hahahah.. dan tentang film “Millionare’s First Love” nonton deh, menurut gw ada beberapa scene YongSeo yang terinspirasi dari film itu, misalnya adegan berjalan sehabis bertani dan meniup dandelion, serta adegan Seob mendandani Yong. Dan kalau kalian tidak menangis ketika melihat film ini, gw akan acungi jempol deh..hahahha..^^

Thanks buat kalian2 yang selalu koment di blog gw, makasih banget *Hugs* and thanks to Juli, yg sotosopannya kali ini gw pakai, thanks darl, bengkelnya buka terus yak..hehehhe...

At least tetap koment yah guys di Ffku kali ini, koment kalian sungguh penting bagiku, setidaknya menghiburku jika aku sedang merasa sepi, kangen rumah dan semua2. Luv U All…^^





.SJ.



Senin, 10 September 2012

Safe and Sound (Part 1)





“SAFE AND SOUNDS”




SJ Entertainment Present :



.SAFE AND SOUNDS.




Lead Cast :
Jung Yong Hwa (CN Blue)
Seo Joo Hyun (SNSD)


Other Cast :
Lee YeonHee
So Ji Sub
Kang MinHyuk (CN Blue)




Opening Theme Song : Safe and Sounds by Taylor Swift







.PROLOG.





I remember tears streaming down your face
When I said, I'll never let you go
When all those shadows almost killed your light
I remember you said, Don't leave me here alone
But all that's dead and gone and passed tonight

Just close your eyes
The sun is going down
You'll be alright
No one can hurt you now
Come morning light
You and I'll be safe and sound…






Incheon Airport, 4 PM




Dan sejatinya kebahagiaan bersumber dari dalam hati, hati kitalah sumber kebahagiaan. Faktor eksternal hanyalah pelengkap kebahagiaan itu sendiri tetapi bukan penentunya.

Seo JooHyun akhirnya mengerti makna kata-kata ini ketika kakinya melangkah ringan di Incheon Airport. Dan lihatlah, Bandara selalu menjadi tempat yang terlihat romantis di matanya, seperti sore itu ketika untuk pertama kalinya dalam 5 tahun terakhir dia kembali menjejakkan kakinya di Negara Kelahirannya, Korea Selatan. Incheon Airport terlihat ramai, penuh dengan wajah-wajah gembira orang-orang yang akhirnya bisa berkumpul kembali dengan keluarga ataupun orang-orang yang mereka cintai.

Finally, dia kembali menghirup udara Korea, setelah menenangkan diri dengan berpetualang di tiga kota besar di Negara yang berbeda, Roma, London dan Bali. Dan meminjam frase bahwa waktu bisa menyembuhkan segalanya adalah kebenaran, buktinya kedatangannya tetap di sambut oleh beberapa awak media yang melihat dirinya keluar dari gerbang kedatangan meski hanya menggunakan kaos oblong berwarna putih, rok lipit selutut dan sandal jepit sangat natural, tetapi para awak media itu tetap mengenalinya dan beberapa di antaranya mendekat ketika melihat Seo JooHyun, bangsawan, sosialita dan kaum elit Korea Selatan berjalan sendiri tanpa pengawalan dari bodyguardnya.

Mereka sepertinya telah melupakan skandal besar yang telah di lakukan seorang Seo JooHyun 5 tahun yang lalu, skandal yang menyebabkannya terpuruk dalam jurang yang dalam dan membuatnya mendapat banyak cacian dan makian dari rakyat Korea Selatan. Tetapi tampaknya semuanya telah reda, tak ada lagi gurat marah itu, yang dia temui hanya wajah-wajah ingin tahu dari awak media tentang aktivitas menyepinya dari semua kegiatan sosialita yang menjadi kesehariannya sebelum skandal bodoh itu. Tidak ada lagi pertanyaan tentang mengapa dia dengan begitu bodohnya berkorban kehidupan mewahnya hanya demi cinta.

Dia tersenyum, ketenangan batin yang di milikinya kali ini tidak mengizinkannya untuk menghardik para kuli tinta itu bagaimanapun menjengkelkannya mereka, sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu jika dia berada dalam kondisi seperti ini.

Aaahh...kali ini yang dia punya hanya senyuman. Senyuman buat semua orang. Sejak dia telah berdamai dengan hatinya, membiarkan hatinya memegang kendali utuh kebahagiaannya dia tidak lagi tersiksa dengan apapun hal lain yang mengganggunya, termasuk ketika kerinduan pada satu sosok memuncak, dia masih bisa tersenyum. Rindu adalah salah satu aksesoris hidupnya dan dia menikmatinya karena dia yakin, kelak dia bisa bertemu dengan pemilik jiwa tempat rindunya bersemayam.

Yah… hanya masalah waktu sampai mereka bersatu kembali. Dan kali ini dia tidak akan pernah kalah lagi.



…Don't you dare look out your window
Darling everything's on fire
The war outside our door keeps raging on
Hold onto this lullaby
Even when the music's gone
Gone

Just close your eyes
The sun is going down
You'll be alright
No one can hurt you now
Come morning light
You and I'll be safe and sound…


(Taylor Swift - Safe and Sound)






_S&S_





.PART 1.





Seoul, 5 tahun yang lalu…





Gelap..

tanpa cahaya..

Dan dia menemukan dirinya berjalan di gelap yang pekat itu..lorong-lorong gelap itu di tambah bau yang menyengat membuatnya gemetar. Dia menggigil ketakutan.

Tidak lama kemudian di depannya terpampang dua siluet tubuh yang terlihat saling berhadapan. Siluet tubuh yang dikenalinya, sangat dikenalinya dari gesture tubuh keduanya. Dan lalu keduanya mulai saling memaki, berteriak satu sama lain, suara merea menggelepar, menembus gendang telinganya, besar dan membahana…klimaksnya ketika sang lelaki memukul sang perempuan, di tempatnya SeoHyun semakin mengigil dan kakinya terasa berat, tidak mampu di gerakkannya…

“TERKUTUKLAH KAUUUUUUU!!!!”




_S&S_




SeoHyun seketika terbangun dari tidurnya. Napasnya tersengal, wajahnya penuh keringat. Ia memilih duduk beberapa detik di tempat tidur king sizenya yang nyaman, sembari menyeka keringat dan mengatur pernafasannya.

Setelah berlalu beberapa menit, dihabiskannya hanya dengan merenungi mimpi yang acapkali menyapa tidurnya. Mimpi yang selalu sama, berulang. Tetapi efek yang di timbulkannya masih juga selalu mampu membuatnya gemetaran seperti hari ini. SeoHyun memilih bangkit, memasang jubah piamanya, dia kemudian berjalan menuju ruang tengah kediaman mewahnya.



"…Manusia dan arogansinyalah yang telah menciptakan kepedihan berkepanjangan di muka bumi ini. Perang, apapun alasannya tetap saja lahir dari keserakahan demi sebuah kekuasaan, dan cerminan dari kanibalisme sebuah makhluk bernama manusia. Hasrat untuk berkuasa ini kata kunci atas semua perang yang disebar oleh orang-orang seperti Napoleon, Hitler, Stalin, Mussolini, Bush dan sebagainya. Perang adalah cara mereka untuk menegaskan eksistensi mereka di muka bumi ini. Perang adalah cara mereka menyebar kemeranaan mereka, kesunyian mereka.

“Iustum enim est bellum quibus necessarium, et pia arma ubi nulla nisi in armis spes est..” Teori yang dilontarkan oleh Titus Livius, (58 SM-17 M) inilah yang mungkin jadi pembenaran bagi mereka. “Bagi orang yang memang harus berperang, perang adalah adil, dan bila harapan hanya dapat diraih dengan perang, perang itu pun suci..”

Padahal Perang, sesungguhnya tidak pernah punya dua pilihan. Menang atau kalah. Perang niscaya akan selalu berakhir pada kekalahan besar pun ketika kalian yang keluar jadi pemenang. Atas nama kemanusiaan perang selalu menghancurkan, perang selalu menyisakan kepedihan, Perang selalu bercerita tentang tetes-tetes darah dan airmata, Perang selalu menuntut pengorbanan…”



SeoHyun menemukan rangkaian kata-kata itu di sebuah buku yang tergeletak di atas meja makan di kediaman mewahnya. Buku itu tergeletak begitu saja dan terbuka tepat di halaman yang sekarang di bacanya. SeoHyun menutup dan membaca sampulnya.


LETTER FROM RAINBOW


Lirihnya ringan sambil membaca judul buku itu. “Hmm…” Dia bergumam, sembari membalikkan buku itu dan tidak menemukan petunjuk tentang penulisnya selain deretan quote menarik dan tiga huruf yang tertera di sana, itukah nama penulisnya??


Rainbows is Gods gift after the rain stopped.
Rainbow is arched, bend and isn’t stand against.
Humans should learn from it.
(JYH)




JYH??



“Ooohh, Nona muda sudah bangun??” Sebuah suara mengagetkannya, dia menurunkan buku itu lalu menatap ke arah orang yang telah menanyainya itu. Dia menemukan wajah tua Kepala pelayan Kim muncul di ikuti oleh beberapa pelayan muda di belakangnya.

“Hhhhmmm...”

SeoHyun kemudian mengangkat buku itu dan memperlihatkan kepada Kepala pelayan Kim buku yang baru saja di bacanya tadi.

“Ini buku siapa??”

“Itu buku Tuan Besar, tadi beliau membacanya sebelum berangkat ke kantor…”

“Haraboji membaca buku politik sekarang??” tanya SeoHyun. “Hhhmm..aku pikir dia hanya tertarik membaca berita bisnis…”

Kepala pelayan Kim berkata pelan. “Tuan Besar selalu membaca apapun yang menjadi topik hangat di negara ini dan bukankah politik selalu relevan dengan perekonomian? Penulis buku itu sedang jadi pembicaraan hangat di negara ini nona muda...” terdengar tekanan dalam kalimat Kepala pelayan Kim dan SeoHyun tahu maksudnya.

Adalah Seo JooHyun, perempuan muda yang menyandang nama besar, kekuasaan dan kekayaan. Tiga hal yang dengan memilikinya kalian sudah bisa menggenggam dunia. Seo Grup yang notabene milik Seo KangJung, Kakek Seo JooHyun dan juga satu-satunya keluarga yang dimilikinya saat ini , setelah kedua orang tuanya meninggal di usianya yang masih sangat belia, adalah perusahaan besar yang mengglobal dan menjadi perusahaan nomor satu dengan income tertinggi di Korea Selatan. Membawahi beberapa perusahaan nasional, menjadi tuan tanah dan pemilik gedung-gedung besar di Gangnam dan menjadi sponsor dari beberapa yayasan yang bergerak di bidang politik pemerintahan dan sosial budaya membuatnya terlibat dalam hal pengambilan kebijakan di Korea Selatan. Kekayaan dan kekuasaan mungkin bisa dimiliki oleh setiap orang tetapi tidak dengan status kebangsawanan. Keluarga Seo adalah satu dari sedikit keluarga Bangsawan yang dimiliki oleh Negara Korea Selatan, Leluhur Seo adalah salah satu dari penguasa di zaman Joeson, dan ini makin memantapkan status sosial Seo JooHyun. Dia memiliki dunia di tangannya dengan kecantikan, kekayaan dan kebangsawanannya. itu mengapa pada akhirnya dia selalu menjadi pusat perhatian, setiap langkahnya di wilayah publik selalu mengundang kilat kamera.

Awalnya ketika dia remaja, dia tidak terbiasa dengan semua perhatian dari media ini, saat itu usianya baru menginjak 12 tahun ketika dia tahu dirinya ternyata tidak bisa berjalan sendiri tanpa bodyguard yang disediakan kakeknya jika tidak ingin ketenangannya terusik dengan beberapa awak media yang selalu haus akan berita tentangnya. Seorang putri yatim piatu yang masih belia tetapi telah memilik segalanya, cerita tentang kebangsawanan, kekayaan dan kecantikannya ternyata bisa menjadi daya jual yang tinggi di media manapun, termasuk skandal yang ingin diungkap media tentang sisi hitam keluarganya. Sejak itu dia pada akhirnya tahu posisinya di masyarakat dan belajar untuk memainkan perannya dengan baik dan tidak membawa dampak buruk bagi kakeknya yang sangat dihormatinya. Gelarnya adalah pertaruhan nama baiknya.

Tetapi meski dia sangat menghormati Kakeknya, hubungan mereka berdua boleh dibilang tidak semulus apa yang terlihat. Sang Kakek sibuk dengan kerajaan bisnisnya dan tidak pernah meluangkan waktu untuk sekedar bercengkrama dengan cucunya, bahkan hingga usia Seo JooHyun telah menginjak 22 tahun. Kakeknya mungkin bisa jadi orang yang memeluknya ketika kedua orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan mobil, keluarga terdekat yang dimilikinya, orang yang menjadi walinya, tetapi pada kenyataannya dia tidak pernah benar-benar ada buat Seo JooHyun. Seo JooHyun besar dan belajar dari orang-orang yang dipekerjakan kakeknya. Dan dengan sendirinya Seo JooHyun pun membangun dinding antara dia dan kakeknya, orang-orang di luar sana tidak tahu betapa rapuhnya hubungan yang dimiliki Seo JooHyun dengan sang Kakek.

SeoHyun mendelik. “Hhhmm..si JYH ini??”

Kembali kepala pelayan Kim mengangguk. “Dia adalah Jung YongHwa, beberapa bukunya yang mengangkat tema politik dan sosial budaya Korea Selatan sukses menjadi best seller dipasaran. Dia salah satu penulis jenius yang dimiliki Korea Selatan sekarang, walau lahir dan besar di Inggris ternyata tidak membuatnya melupakan kampung halamannya. Ayahnya adalah dosen di Oxford sementara ibunya yang asli wanita Korea adalah seorang penulis, sastrawan yang lumayan terkenal dan membanggakan nama Korea Selatan di Inggris.”

SeoHyun sambil meminum jus buahnya mendengar keterangan dari Kepala pelayan Kim. “Hhhmm…lantas apa yang membuatnya terkenal jika dia hanya sibuk berbicara politik dan sosial budaya negara kita, aku pikir semua orang-orang di bidang itu melakukannya, tetapi mengapa dia yang di sorot? Apa karena ayahnya yang merupakan salah satu professor di Oxford sehingga dia bisa mendapatkan semua perhatian orang-orang termasuk Haraboji?” Ucap SeoHyun terdengar sinis, sambil menggigit roti bakarnya pagi itu.

“Tidak seperti itu nona muda, tetapi dia sedikit berani dengan mengangkat isu tentang perpecahan Korea, dia menyoroti perang dingin antara Korea Utara dan Korea Selatan dan mengungkapkan gagasannya tentang penyatuan dua korea…”

SeoHyun menghentikan aktifitasnya memakan roti bakarnya dan meletakkannya kembali di piringnya.

“Lelucon macam apa ini?? Orang luar yang tidak pernah tinggal di negara kita datang dengan ide menyatukan Korea?” Dan Seo JooHyun kemudian terbahak, membuat dua pelayan muda terbeliak kaget melihat reaksi nona muda yang selama ini mereka kagumi dengan tingkahnya yang elegan, menemuinya terbahak adalah hal yang mustahil.

Detik berikutnya Seo Joo Hyun kemudian menghentikan tawanya. “Aku jadi tertarik, yah kapan-kapan aku juga akan mencoba membaca buku Si JYH itu..”

Dia kemudian menatap Kepala pelayan Kim lalu bertanya tentang jadwalnya hari itu.





_S&S_





“Ooohh…Miss Seo JooHyun, senang sekali melihat anda di siang hari yang cerah ini…”

“Oh Gomawoyo KangHwa-ssi. Aku juga senang bertemu denganmu…” Ucap Seo JooHyun riang pada manajer D’Soshi Restaurant yang sengaja menemuinya siang itu ketika mengetahui bahwa Seo JooHyun memesan satu meja untuk makan siang bersama sahabat dan kekasihnya. Jelas saja dia akan turun tangan langsung untuk melayani Seo JooHyun. Dia adalah Seo JooHyun, pemilik gedung tempat D’Soshi Resturant, dan adalah sebuah kebanggaan tersendiri jika orang seperti Seo JooHyun berkunjung di restaurant mereka. Ini adalah nilai jual bagi restauran mereka.

“Apakah Lee YoenHee-ssi telah tiba?”

“Belum, tapi kami telah menyediakan meja buat Anda. Apakah perlu saya antar anda kesana?”

“Aahh…tidak perlu, KangHwa sshi…”

Seo JooHyun menggeleng dan lalu menggenggam tangan KangHwa erat sebelum meninggalkannya setelah Lee KangHwa menginstruksikan kepada salah satu pelayannya untuk mengantarkan Seo JooHyun ke meja yang telah disiapkan buatnya.

Siang itu D’Soshi Restaurant, yang merupakan salah satu Restaurant bonafid di Seoul penuh oleh pengunjung yang makan siang. Para Eksekutif bisnis dan selebritis yang terdiri dari beberapa aktris, aktor, musisi, serta beberapa sosialita lainnya, langsung mendongak ketika melihat Seo JooHyun berjalan melenggang dengan elegan siang itu. Restauran ini terkenal karena mencerminkan kesuksesan, kenyamanan dan keamanan privacy para pengunjungnya, oleh karena itu untuk bisa makan disini selain harus membayar mahal, mereka juga sudah harus reservasi jauh-jauh hari.

Seo JooHyun merasa beruntung ketika meja yang disediakan buatnya siang itu terletak di sudut ruangan, sedikit jauh dari meja yang lain. Hmm..KangHwa sudah tahu seleranya. Seo JooHyun meski terkenal dengan kegiatan sosialnya, tetapi pada dasarnya dia orang yang tidak terlalu senang bergaul dengan orang yang tidak berada di innercirclenya. Mungkin kedengarannya kontradiktif tetapi benar, dia adalah orang yang anti sosial. Dia tidak bisa dengan gampangnya berbaur dengan orang-orang yang belum di kenalnya, meskipun orang itu juga adalah kaum elit seperti dirinya. Beberapa orang-orang dari kalangan mereka justru sangat menjengkelkan bagi seorang Seo JooHyun, salah satunya adalah kalangan selebritis yang asyik cekikikan tidak jelas siang itu, dan terlihat jelas dari tempatnya, Seo JooHyun sedikit mendelik dan pelayan yang sedang menuangkan air putih ke gelasnya pun sedikit merasa tidak nyaman. Si pelayan mengguman pelan di dalam batinnya, yah meski mengidolakan aktris cantik tersebut tetapi tingkah laku mereka memang sedikit memalukan jika harus dibandingkan dengan sosialita elit seperti gadis yang sedang di layaninya sekarang ini.

Beruntung tidak berapa lama, dilihatnya sahabatnya, Lee YeonHee berjalan masuk dengan anggun dan tampak lebih fresh dengan kulitnya yang kecoklatan, dalam balutan gaun berwarna biru gelap dan dengan kalung berlian menjuntai indah di lehernya. Seo JooHyun melambai ke arahnya dan Lee YeonHee menghampirinya dengan senyum sumringah.

“Woooaahh…kamu terlihat cantik hari ini my dear…” Seo JooHyun maju dan memeluk sahabatnya sembari mengecup kedua pipinya.

“Dan kamu terlihat menawan darling, selalu mampu membuatku terpukau..” Lee YeonHee memperhatikan Seo JooHyun dari ujung rambut sampai ujung kaki. Membuatnya berdecak kagum, Seo JooHyun memang selalu tampil mempesona. “Tetapi mengapa wajahmu sedikit berkerut seperti itu?”

Seo JooHyun hanya menghela nafas, dan tiba-tiba para selebritis itu kembali tertawa cekikikan dengan sendirinya menjawab pertanyaan Lee YeonHee tadi. Lee YeonHee tersenyum manis. Dia kemudian mengerti ketidaknyamanan sahabatnya ini.

“Sepertinya ide untuk makan siang di D’Soshi sudah tidak menarik lagi..”

“Oooh, come on JooHyun ah, ini bukan masalah besar yang harus membuatmu tidak nyaman..santai dong dear..”

“Mereka kampungan sekali, tempat ini sudah seperti klub malam dengan kehadiran mereka…”

Lee YeonHee hanya tersenyum. Yah Seo JooHyun sahabatnya ini memang tidak mudah mentoleransi kelakuan yang sedikit tidak elegan menurutnya. Cekikan di tengah acara makan siang jelas menurut aturan seorang Seo JooHyun adalah haram hukumnya.

“Bagaimana musim panasmu? Kamu melewatinya dengan baik rupanya, buktinya kulitmu berubah coklat begitu..” Tanya Seo JooHyun setelah mereka menyelesaikan pesanan makan siang mereka dan membiarkan pelayan pergi meninggalkan mereka berdua.

Lee YeonHe bertepuk tangan dengan mata berbinar membuat Seo JooHyun tersenyum. Temannya ini selalu ceria, meski sorot matanya tetap saja sendu. Lee YeonHee adalah putri salah satu chaebol Korea Selatan, meski tidak sekaya Seo JooHyun tetapi Lee YeonHee juga lumayan terkenal di kalangan mereka, wanita yang cantik, cerdas dan berkelas.

Seo JooHyun dan Lee YeonHee bersahat sejak mereka menginjak elementary school. Keduanya hanya berpisah ketika Seo JooHyun melanjutkan kuliah bisnis di Amerika sedangkan Lee YeonHee memilih mengambil jurusan design di perancis. Dan ketika keduanya kembali ke negaranya, mereka kembali menjadi sepasang sahabat yang tidak dapat di pisahkan.

Dengan Lee YeonHee, Seo JooHyun merasa bebas bercerita, tentang apa saja yang dirasakannya. Meski kepribadian keduanya sangat bertolak belakang. Lee YeonHee berbeda dari kebanyakan gadis di kalangan mereka. Lee YeonHee open minded, tidak gampang menjudge orang, dan mudah bergaul dengan siapa saja bahkan meski orang itu bukan dari kaum mereka. Lee YeonHee juga tidak takut untuk mendebat Seo JooHyun jika dia berbuat salah, berbeda dengan kebanyakan orang yang selalu memujinya terlepas dari apa yang dilakukannya. Sangat berbeda dengan Seo JooHyun yang sedikit tertutup, kaku dan keras kepala.

“Kamu tidak akan percaya apa yang telah aku alami adalah keajaiban, astaga musim panas kali ini adalah musim panas terbaik yang pernah aku lewatkan meski aku tidak sempat berlibur ke luar negeri, seperti dirimu. Aku dengar kamu asyik bepergian ke Los Angeles…”

“Hhhmm..tidak seasyik kedengarannya, aku hanya membantu Haraboji, sedikit dan menyempatkan diri menghadiri peragaan busana musim panas di sana..”

“Aku tahu..” Lee YeonHee menganggukkan kepala. “..Aku melihat fotomu di Elle magazine…”

Seo JooHyun mengangkat bahunya, tidak begitu peduli, sambil menyeruput minumannya siang itu ketika ipadnya berbunyi. Dia melihat ID Caller yang menelponnya dan menemukan nama Kang MinHyuk disana. Dia tersenyum pada Lee YeonHe dan lalu menjawab panggilan teleponnya.

“Anneyong…dee, saya sudah di D’Soshi bersama YeonHee… Dee…Dee..Arasho..nevermind, dee.. I love you too…”

Setelahnya, dia kemudian meletakkan kembali ipadnya di meja dan mengangkat alis ketika melihat Lee YeonHee menatapnya terenyuh.

“Wae?”

Lee YeonHee menghela nafas. “MinHyukkie??”

“Dee…” Seo JooHyun mengangguk.

“Kamu masih menjalin hubungan dengannya?” Lee YeonHee menghela nafas. “Entahlah, aku mesti kasihan padamu atau harus gembira…”

“Kita sudah membahas ini berkali-kali, aku tidak ada masalah dengan MinHyuk..”

Lee YeonHee mengangkat alisnya, tanda tidak percaya.

“Kamu tahu aku tidak mencintainya, jadi bagaimanapun dia di luar sana, separah apapun tingkat keplayboyannya tidak akan menjadi masalah buatku, selama hubungan kami baik-baik saja dan ingat itu yang diinginkan haraboji…”

Kang MinHyuk adalah lelaki pilihan kakek Seo JooHyun untuk menjadi pendamping hidupnya. Mereka berdua akan di nikahkan ketika keduanya siap. Saat ini MinHyuk masih sedang menyesuaikan diri untuk mengelola perusahaan keluarganya setelah menyelasaikan magister bisnisnya di Amerika, itu kenapa keduanya belum ditunangkan secara resmi. Seo KangJung masih menunggu MinHyuk mapan sebelum menjadikannya menantu resmi di keluarga Seo. Dan Seo JooHyun seperti biasa menerima semua apa yang diinstruksikan kakeknya tanpa membantahnya. Dia kenal MinHyuk dan bersahabat dengannya sejak mereka pertama kali bertemu di satu acara perayaan bisnis yang dihadiri oleh kedua orangtua MinHyuk dan Kakek Seo, ketika mereka masih remaja. Mereka berasal dari golongan elit dan MinHyuk adalah orang yang menyenangkan terlepas dari kebiasaannya memiliki banyak wanita, Seo JooHyun tahu. Dan itu tidak jadi masalah baginya. Dia tahu skandal perselingkuhan yang merebak di golongan mereka, perselingkuhan adalah hal biasa sepanjang sang istri resmi memperoleh segalanya, harta, nama dan kekuasaan.

“Aku berharap kamu bisa jatuh cinta dan merasakan cinta Hyunnie…” Ucap YeonHee lirih. “Lihat aku..”

Seo JooHyun meringis pelan. “Remember darl, kamu jatuh cinta itu sudah seperti berganti pakaian, lantas apa bedanya kamu dengan MinHyuk..”

“Geezzz..jangan samakan aku dengan little bastard itu, aku jatuh cinta dengan sebenar-benarnya cinta Hyunnie, sedangkan MinHyukmu itu di kepalanya hanyalah nafsu dan nafsu. Dia tidak mengenal cinta…”

Seo JooHyun tersenyum dan lalu kembali menyeruput minumannya.

“Oh iya, tentang pengalaman aku musim panas ini, aku mengenal seorang pria Hyunnie. Dan aku yakin kali ini dia akan menjadi pelabuhan terakhirku…”

Seo JooHyun hendak tertawa mengingat bagi seorang Lee YeonHee yang terlalu mudah jatuh cinta, ucapannya kali ini serupa debu yang akan diterbangkan angin dan tak berbekas, alias gak bisa di percaya. Tapi melihat binar mata temannya yang sebelumnya tidak pernah di lihatnya seperti ini, Seo JooHyun mengurungkan tawanya dan lagi apa kata dunia jika di ruang publik seperti ini dia tertawa lepas, tidak sesuai dengan dirinya.

“Hhhmmm.. serius nih..”

Lee YeonHee mengangguk sambil tersipu malu.

“Dia sangat berbeda dari semua pria yang aku kenal selama ini Hyunnie. Astaga, dia bahkan mengacuhkanku di pertemuan pertama kami, padahal kamu tahu sendirikan, nyaris tidak ada pria yang mengacuhkanku…”

Seo JooHyun mengangguk, membenarkan perkataan temannya itu. Kesupelan dan kecantikan Lee YeonHee memang terlalu sulit untuk di abaikan begitu saja.

“Terus..”

“Kamu kenal akukan dear, aku mana mau melepaskan pria tampan begitu saja. Aku rutin menyamperinya, akhirnya kami sering ngobrol dan sumpah Hyunnie, dia benar-benar mampu membuatku jatuh cinta padanya..”

Kembali Seo JooHyun menemukan binar di mata Lee YeonHee. Astaga, temannya ini benar-benar jatuh cinta pada pria itu. “Siapa namanya? Apa nama perusahaan Keluarganya?”

Mata itu meredup cahayanya. “Dia seorang seniman, tepatnya pelukis dear…”

Seo JooHyun membelalak kaget. Pelukis? Seniman??

Ooohhh gosh…

Lee YeonHee mengangguk pelan. “Aku tahu apa yang melintas di kepalamu, dan tanpa kau ucapkanpun tentang keberatanmu itu aku tahu dear…”

Dan yang makin membuat Seo JooHyun bergidik ngeri, dia tahu kalau sahabatnya kali ini tidak sedang bercanda, dia benar-benar mencintai pria itu. Tetapi seniman?? Astaga.

Di kalangan mereka, mereka mungkin menghargai karya-karya seni, menikmatinya di tengah kebosanan mereka terhadap rutinitas yang terkadang membunuh, tetapi bagi mereka tetap saja profesi seniman itu adalah profesi yang tidak menjanjikan, tidak ada orangtua dari kalangan mereka yang akan setuju menikahkan anaknya dengan seorang seniman, termasuk orangtua Lee YeonHee, Seo JooHyun bisa menjamin hal itu.

“Siapa namanya? Dan dia kuliah seni dimana? Apakah dia punya Museum seni atau minimal galeri seni?”

Kembali Lee YeonHee mengangkat bahu. “Entahlah, aku belum terlalu mengenal pribadinya, maksudku latar belakangnya. Tetapi yang aku tahu dia adalah orang yang sangat cerdas. Itu salah satu faktor kenapa aku tergila-gila padanya, selain karena dia tampan Hyunnie. Ngobrol dengannya kamu akan menemukan sesuatu yang baru, seperti menjelajahi dunia yang baru, aku tidak menemukan satu sosokpun seperti dirinya di kalangan kita dear..”

Seo JooHyun merasa dilemma, dia mencintai sahabatnya dan bahagiah jika YeonHee bahagia, tetapi di sisi lain dia tahu bahwa seorang seniman tidak pernah bisa menjadi jodoh yang baik bagi sahabatnya.

Dan lalu percakapan merekapun terhenti ketika pelayan datang dengan menu makan siang yang telah mereka pesan. Untuk sementara mereka berdua memilih tidak meneruskan obrolan dan konsen dengan makan siang mereka.




_S&S_





Hidup adalah rangkaian kejadian-kejadian kecil yang membentuk satu cerita besar dan utuh seorang manusia. Tidak ada satu kejadian pun di dalam sebuah kehidupan yang tidak mempuyai arti, semua berarti dan penting bagi rangkaian cerita dalam hidup manusia tadi, karena semua kejadian tadi berkaitan satu sama lain. Sayangnya, manusia sering luput dari hal ini.

Begitupun dengan Seo JooHyun. Dia telah melupakan bahwa pernah tertarik pada seorang penulis yang berhasil meraih satu tempat di hati masyarakat Korea Selatan dan lupa tentang percakapannya di satu siang dengan sahabatnya Lee YeonHee yang sedang jatuh cinta pada seorang pelukis karena kegiatan sosialnya seabrek, pesta di kalangan kaum elit yang harus di hadirinya, meluangkan waktu buat MinHyuk yang tiba-tiba menuntut waktu yang lebih sebagai kekasihnya dan merapikan beberapa laporan bisnis perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya ketika seminggu kemudian setelah makan siang terakhir dengan Lee YeonHee, Lee YeonHee sengaja menemuinya hanya untuk sebuah permintaan.

“I’ll call you later hon…” ucapnya melalui sambungan telepon kepada MinHyuk ketika dilihatnya Lee YeonHee memasuki ruangan kerjanya di kantor pusat Seo Grup sore itu. “Anii..ada YeonHee datang berkunjung ke kantorku…dee…dee..okkey, kamu boleh menjemputku nanti…hhmmm…love you more…”

Seo JooHyun tersenyum lalu menutup sambungan telepon itu ketika di lihatnya Lee YeonHee telah duduk di sofa di ruang kerjanya.

“Aku melihat hubungan kalian berdua sedang mesra-mesranya…” ucap Lee YeonHee sedikit sinis, Seo JooHyun menanggapinya hanya dengan senyum, dia lalu berdiri dari kursinya dan berjalan menghampiri sahabatnya itu, lalu mencium kedua pipinya.

“Aku tidak melihatmu beberapa hari terakhir ini, termasuk di pesta yang di gelar SooYoung shi…”

SooYoung adalah salah satu sosialita seperti mereka juga. Kamis malam yang lalu dia menggelar pesta dan SeoHyun tidak menemukan keberadaan sahabatnya di sana. Meski tidak akrab dengan SooYoung tetapi adalah kemustahilan Lee YeonHee tidak mendapat undangan pada pesta itu.

“Hhhmmm… aku tahu…aku cuma tidak sempat hadir saja…”

Seo JooHyun menatap lamat-lamat wajah sahabatnya. Yah, bagaimanapun dekatnya hubunganmu dengan seseorang, kamu tidak akan pernah bisa menebak isi hati dan jalan pikirannya, seperti Seo JooHyun, dia tidak bisa menebak apa yang terlintas di dalam pikiran sahabatnya sekarang ini, tetapi dia bisa tahu kalau ada hal yang sedang membebani Lee YeonHee.

“Ada apa??”

Lee YeonHee yang tadinya bersiap menyeruput teh yang baru saja dihidangkan oleh karyawan Seo JooHyun menjadi urung menghirup tehnya.

“Ada apa apaan? maksudnya??”

“Ekspresi wajahmu sekarang itu dan kenapa tiba-tiba kamu menjadi orang yang tidak berminat menghadiri sebuah pesta, seperti bukan dirimu saja..”

Lee YeonHee menghela nafas panjang. Dia kemudian menghela tubuhnya lebih mendekat ke tempat Seo JooHyun duduk dan meraih tangan sahabatnya itu lalu menatapnya lamat-lamat.

“JooHyun ah…pernakah kamu merasa kalau apa yang kita lakukan, keseharian kita sebagai kaum sosialita atau tindak tanduk kita yang banci pesta itu membosankan? Rutinitas yang sebenarnya bisa membunuh eksistensi kita sebagai seorang manusia? Tidakkah kamu merasa letih menjalani hidup yang sebenarnya penuh dengan topeng kemunafikan ini?”

Seo JooHyun menarik tangannya dari genggaman Lee YeonHee, balas menatap sahabatnya dalam.

“Kenapa kamu berkata seperti itu?”

Lee YeonHee menghela nafas panjang. “Aku sudah lama menyadari bahwa hidup yang kita jalani bukanlah hidup yang sesungguhnya tetapi aku terlalu takut meninggalkan zona nyaman dan kehidupan yang membesarkanku ini. Tetapi bertemu dengan JiSub oppa membuka cakrawala berpikirku, dan mampu menggiringku meihat realitas kehidupan yang sebenarnya..”

“Ji Sub oppa?” Seo JooHyun memicingkan matanya.

“Ohh, aku belum pernah mengatakan siapa namanya yah, pelukis yang aku temui itu…”

Seo JooHyun menghela nafas dan menggeleng kecil. “Entahlah, aku lupa apakah kamu pernah menyebut namanya atau tidak..”

Seo JooHyun berdiri lalu melangkah, tetapi langkahnya urung ketika Lee YeonHee menangkap tangannya.

“JooHyun ah…”

Dia berbalik dan menatap sahabatnya dalam.

“Sadarkah kamu YeonHee ah, dia seniman?? Apa yang kamu harapkan dari hubungan kalian?? dan meninggalkan zona nyaman?? Ooo Tuhan…” Seo JooHyun menepuk pelan jidatnya. “Aku benci fakta bahwa kamu harus menyukai orang seperti itu, aku benci fakta bahwa kamu tergilagila padanya dan sekarang kamu berubah..aku benciiii…” Setengah berteriak Seo JooHyun lalu berusaha meredakan emosinya. Dia kembali menghempaskan tubuhnya ke sofa.

Lee YeonHee menghela nafas dan mendekati sahabatnya. “Mianhe JooHyun ah…” dia berucap lirih dan ingatan membawanya merasa menyesali ucapannya. Dia kemudian tersadar bahwa skandal yang dimiliki keluarga besar Seo grup, dalam hal ini Ayahanda dari Seo JooHyun ada kaitannya dengan seorang seniman, tepatnya gossip bahwa ayah Seo JooHyun berselingkuh dan menikah diam-diam dengan seorang pelukis wanita. Meski tidak tahu kebenarannya, tidak ada seorangpun yang tahu cerita aslinya tetapi skandal ini sudah menjadi rahasia umum yang tetap menjadi misteri. Inilah cacat terbesar dari Seo Grup yang selama ini terlihat begitu elegan.

Ruangan kerja Seo JooHyun kemudian hening. Lee YeonHee sibuk menyesali diri sedangkan Seo JooHyun sibuk menata perasaannya.

‘Astaga, kenapa dia begitu tegang hanya karena masalah sesepele ini. Dia harus tenang, dia tidak boleh panik, ini bukan kisah hidup kedua orangtuanya, dan percayalah YeonHee jatuh cinta temporary pada pelukis itu, besok-besok dia akan datang dengan cerita tentang kecengan barunya, kekasih baru yang lebih mapan dan bukan seniman. Tenang JooHyun ah..tenang…’ batin Seo JooHyun mencoba mengatur dan mengendalikan dirinya.

“Aku yang seharusnya meminta maaf padamu dear, maafkan reaksiku yang terlalu berlebihan. Aku hanya mengkhawatirkanmu, kamu satu-satunya sahabatku dan aku tidak ingin melihatmu keluar jalur…” Seo JooHyun kemudian memeluk tubuh Lee YeonHee.

Lee YeonHee mengangguk dan membalas pelukan Seo JooHyun.

“Aku mengerti, tetapi aku juga ingin agar kamu mengerti aku. Apa yang aku rasakan saat ini bukan sekedar sesuatu yang mudah buat kuabaikan dan kutinggalkan begitu saja…” Lee YeonHee melepas pelukannya dan menatap tepat di manik mata Seo JooHyun. “Dan aku ingin membaginya padamu, kamu satu-satunya orang yang bisa mengertiku, maafkan keegoisanku Hyunnie ah…”

Seo JooHyun menghela nafas panjang. “Baiklah, aku akan menerima kenyataan bahwa kamu sedang jatuh cinta pada seorang pelukis dan berhenti untuk mencegah perasaanmu padanya, tetapi dengan satu syarat..”

Lee YeonHee tersenyum. “Gomawo dear, nah apa syaratnya?”

“Jangan berubah menjadi sosok yang tidak aku kenali, dan berhenti berbicara tentang ide betapa munafiknya kehidupan kita dan seolah-olah kamu ingin meninggalkannya. Itu terlalu ekstrim kedengaran dear, dan aku tidak menyukai hal-hal yang berlebihan. Aku pikir kamu tahu itu…”

Lee YeonHee kembali menghela nafas dengan panjang. “Ahrassooo… kita deal..”

“Hhhmmm…dee…”

Mereka berdua kemudian kembali berpelukan.

“Ohh iya, berhubung kamu sudah deal dan menerima keberadaan Ji Sub Oppa, apakah kamu tidak berminat untuk berkenalan dengannya?”

Seo JooHyun memainkan bibirnya, itu pertanda dia sedang berpikir. “Baiklah, aku bisa bertemu dengannya di mana?”

Lee YeonHee kembali menyunggingkan senyum di bibirnya, dia memang bisa mengandalkan sahabatnya yang satu ini.

“Akan ada pagelaran lukisan wikend ini, aku berharap kamu bisa hadir. Lukisan Ji Sub Oppa akan ikut di pamerkan di pagelaran lukisan itu…”

“Ooohh… di museum seni mana?”

“Galeri Seni CNB, milik Mr. Han…”

“Hhhhmmm…aku kenal Mr. Han, kami lumayan akrab, tahun kemarin aku sempat membuat project amal di galeri seni dia…Wiikend ini yah…” sesaat Seo JooHyun mempertimbangkan jadwal hariannya, apakah di hari itu dia memiliki kegiatan. Sepertinya jadwalnyalah yang harus di reschedule, dia akan ikut hadir menemani Lee YeonHee. “Baiklah…”

Lee YeonHee tertawa pelan lalu memeluk tubuh Seo JooHyun.





_S&S_





Seo JooHyun menggeliat lalu bangkit dari pelukan MinHyuk. Dia kembali merapikan gaunnya yang terbuka dan membuat tubuh setengah telanjangnya kembali terbungkus dengan rapi.

“Mianhe…” ucapnya lirih kemudian.

Di tempatnya MinHyuk meninju bantal, berusaha menyalurkan hasratnya yang menggelegar tetapi harus dipadamkan begitu saja karena perempuan yang sudah di pacarinya nyaris dua tahun ini kembali menolak bercinta dengannya, selalu seperti ini. Entah mengapa Seo JooHyun selalu menarik diri di akhir ketika sesi foreplay telah dilewati, selalu non klimaks, dan pada akhirnya dirinya yang menderita.

“Mianhe MinHyukkie….” Setelah memasang bajunya dengan sempurna, Seo JooHyun berbalik dan memeluk pundak MinHyuk, hangat. “Mianheee…” suara itu bergetar, dan kembali membuat MinHyuk merasa kasihan. Dia mencintai wanita ini, tetapi entahlah dia merasa Seo JooHyun terlalu jauh, betul dia memilikinya tetapi dia tidak yakin apakah perempuan ini mencintainya.

Sore menjelang malam itu, mereka sedang berada di kamar VVIP di hotel milik MinHyuk, dimana dia menjabat sebagai GM disini. Dan dia mendapat kamar khusus di lantai tertinggi.

Betul dia adalah seorang cassanova sejati, mempuyai banyak perempuan tetapi yang dia cintai hanya Seo JooHyun, wanita cantik dan sangat berkelas, sesuai dengan keinginan keluarganya. Jatuh cinta pada seorang wanita seperti Seo JooHyun adalah berkah bagi dirinya, setidaknya dia tidak perlu mengalami kisah picisan antara si miskin dan si kaya, dan di tentang oleh keluarga besarnya karena menyangka si wanita hanya mengincar kekayaan sang pria saja, seperti yang dialami oleh beberapa teman-temannya yang terpaksa menjadikan cinta sejatinya gundik semata.

Tidak, dia mencintai Seo JooHyun. Tetapi dia tidak yakin apakah perempuan ini juga mencintainya, karena sampai sekarang, jika mereka dating dan make out dia tidak pernah bisa benar-benar bercinta dengannya. Seo JooHyun dengan caranya sendiri dan tanpa disadari olehnya sendiri sedang membangun dinding di antara hubungan mereka berdua, sebuah dinding yang tidak kasat mata. Dan hanya Seo JooHyun, satu-satunya perempuan yang tidak mau tidur dengannya, perempuan lain bahkan bukan dirinya yang meminta, tetapi mereka lah yang dengan rela menyodorkan diri. Ironis.

Dan selalu setelahnya Seo JooHyun menyesali keengganannya itu, dia selalu berkata bahwa dia ingin tetapi entah mengapa di detikdetik terakhir, keinginan itu padam seketika. Ini menyakiti mereka berdua.

MinHyuk setelah menenangkan diri, mencoba mengatur hasratnya. Dan lalu bangkit balas memeluk Seo JooHyun.

“Kita bisa mencobanya another time swetty, jangan bersedih…” ucapnya menenangkan. Seo JooHyun yang masih merasa menyesal, tergugu dan mengangguk pelan. Inilah salah satu yang disukainya dari MinHyuk, pria ini selalu bisa mengerti dirinya.

MinHyuk kemudian berjalan dan memunguti kemejanya tadi yang telah dibukanya, lalu memasangnya lengkap dengan dasinya.

“Apakah kita bisa bertemu wikend ini?”

Seo JooHyun yang sedang memakai bedak, menghentikan gerakan tangannya.

“Mianhe, Hyukkie.. aku sudah membuat janji untuk menemani YeonHee ah di sebuah pameran lukisan…”

MinHyuk berbalik dan menatap Seo JooHyun.

“Pameran lukisan? Oohhh, di galeri seni atau museum seni siapa? Pelukisnya siapa?”

Seo JooHyun memilih kembali memakai riasannya, bermaksud menjawab pertanyaan MinHyuk sambil lalu, untuk menutupi rasa gugupnya yang mungkin akan menyajikan kebohongan pada kekasihnya itu.

“Oooh itu, galeri Mr.Han. pelukisnya bukan pelukis terkenal, pelukis baru cuma YeonHee mengenal beberapa diantaranya, itu kenapa dia merasa wajib datang…”

“Ooohh… Ya sudah, nanti begitu selesai menemani YeonHee temani aku yah…kita bisa mencobanya lagi….” Ucap MinHyun sembari duduk di sisi Seo JooHyun, lalu merangkul pundak gadis itu dan mencium puncak kepalanya. Seo JooHyun hanya mengangguk pelan dan tersenyum.




_S&S_





Galeri Seni CNB…




Senja itu terlihat begitu cerah bagi seorang Lee YeonHee. Ketika dia melangkahkan kakinya bersama sahabatnya di pelataran Galeri Seni CNB dan di sorot oleh beberapa awak media, baik itu televisi ataupun Koran yang bergerombol di depan galeri seni CNB, menanti para kritikus seni, seniman, budayawan, selebriti dan kaum elit pencinta seni yang hadir di pameran lukisan yang menampilkan karya pelukis-pelukis baru yang menjanjikan di Seoul.

Galeri Seni CNB termasuk galeri seni yang memiliki banyak peminat, dan dari semua kalangan, karena terkenal akan idealismenya dalam menampilkan karya karya seniman. Di galeri seni CNB, sponsorship bukan hal yang penting, jadi pasar tidak bisa mendikte karya yang hadir di sana, baik itu seni drama, theatrical, patung, lukisan etc. semua mempunyai nilai seni yang tinggi. Itulah kenapa setiap menggelar pameran seni selalu mengundang banyak pengunjung. Bahkan di hari-hari biasapun selalu ramai oleh pengunjung.

Senja itu terlihat indah di Galeri Seni CNB. Meja meja di tata rapi dan artistik, tata lampu yang indah, lukisan-lukisan yang di pajang dengan keren. Sempurna. Di bagian pelataran depan sebuah baliho besar yang memajang tema pameran lukisan hari itu dengan nama-nama pelukis baru yang lukisannya di pamerkan hari itu.

“ROAD TO PEACE!!”

Seo JooHyun membaca pelan tema yang terpampang di baliho besar itu, sebelum kemudian Lee YeonHee menyikutnya dan menunjuk baris kedua dari 4 deretan nama pelukis yang lukisannya di pamerkan. Nama So JiSub tertulis di situ.

Seo JooHyun balik menatap sahabatnya, dan entah mengapa menemui senyum damai di wajah Lee YeonHee malah membuatnya khawatir.

“Anneyong…” sebuah suara berat menyapa mereka ketika mereka telah melangkah masuk ke ruangan pameran. Dan di sanalah berdiri seorang pria tampan yang mengenakan sweater merah bergaris hitam dengan V neck, rambut semi acakacakan dan jins biru sedikit menggantung di mata kaki dan mengenakan sepatu flat. Khas pelukis, batin Seo JooHyun.

Dan tanpa mendengar keterangan Lee YeonHee pun yang kemudian mengenalkan padanya siapa pria itu, Seo JooHyun sudah bisa langsung mengetahuinya. Ya, dia adalah So JiSub.

“Senang bertemu denganmu Ms. Seo JooHyun. Dari cerita Lee YeonHee, sepertinya aku sudah mengenalmu lama…”

Seo JooHyun mengangguk pelan dan berusaha terlihat ramah, diantara mereka lalu lalang beberapa orang. “Dia terkadang membanggakanku tidak pada tempatnya, maklum hubungan kami sudah seperti saudara sedarah..”

“Memiliki persahabatan seindah itu adalah impian semua orang, tetapi sayang tidak semua orang bisa memiliki sahabat yang mengerti mereka luar dan dalam…”

“Benar…aah, senang bertemu denganmu So JiSub shi…”

So JiSub pun kemudian membawa mereka ke tengah ruangan yang bagian depannya ada panggung.

“Acara pembukaan akan segera di mulai, aku telah menyiapkan kursi buat kalian…”

Lee YeonHee mengangguk, Seo JooHyun hanya menghela nafas panjang. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, dan diantara tamu yang hadir Seo JooHyun mengenali beberapa diantaranya. Dia menganggukkan kepalanya dengan elegan ketika beberapa orang mengenalinya dan membungkuk memberi hormat padanya. Yah, hidup selalu tentang siapa yang berkuasa atas siapa, Seo JooHyun tersenyum miris.

Dia sedang asyik dengan ipadnya, sedikit merasa bosan dengan acara pembukaan yang berjalan lambat di mana semua orang yang terlibat dalam pameran itu bergilir berbicara di panggung, dan sedikit kembali merasa khawatir ketika tiba giliran So JiSub yang berbicara dan menemukan tatapan memuja yang tidak semestinya dari seorang Lee YeonHee, ketika ucapan MC berikutnya mampu menyita penuh perhatiannya.

Nama itu. JYH. Jung YongHwa.

Pernahkah seseorang mengatakan kepadamu, bahwa kesan pertama begitu menggoda. Bagaimanapun dunia menyita perhatianmu, bagaimanapun rutinitas bisa membunuh ingatan-ingatanmu, tetapi jika tiba waktunya, jika kalian bergesekan kembali, ingatan tentang kesan pertama tadi akan kembali berkelebat dengan sempurna, menggeser semua masalah-masalah lain yang mungkin menyita isi kepalamu. Itulah yang terjadi pada seorang Seo JooHyun. Ketika MC menyebut nama itu, sempurna, ingatannya kembali di pagi ketika dia membaca buku itu. JYH atau Jung YongHwa, yang menurut MC tadi seorang budayawan yang akan memberi sepatah kata terkait pameran lukisan ini.

Jadi aslinya dia adalah seorang budayawan.

Hhmmm… Seo JooHyun sedang mendonggak menanti sosok yang akan terlihat rapi,bergaya akademis, dengan menggunakan kacamata mungkin, sedikit berumur, sosok seorang JYH yang berkelebat di benaknya, ketika yang tampil kemudian di panggung sangat berbeda dengan ekspektasinya, yang muncul malah seorang pria muda, dengan kulit sedikit kecoklatan, rambut agak acak-acakan tetapi tetap terlihat rapi, kemeja putih dengan lengan di gulung sampai siku, kancing terbuka bagian atas, jins biru yang sedikit menggantung pula di mata kaki dan sepatu flat.

Diakah Jung YongHwa??

Dunia seperti terhenti. Hanya ada dirinya dan Jung YongHwa. Lelaki itu terlihat bersinar, berbicara dengan mantap meski Seo JooHyun belum bisa sempurna mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu karena terkesima. Dia kemudian pelan menggelengkan kepalanya, kembali menyadari keberadaannya dan disanalah dia mendengar kata-kata pria itu.

“…Sifat-sifat jahat kita adalah cerminan dari pelarian masa lalu. Masa lalu yang dibentuk oleh lingkungan kita, dan manusia berperilaku sangat tergantung pada lingkungan yang membentuknya. Jadi seberapa besar kita ingin terlibat dalam proses mencerdaskan bangsa itu erat kaitannya dengan bagaimana kita menciptakan lingkungan yang kondusif dan aman. Tanpa kekerasan, tanpa peperangan demi anak cucu kita…”

Sebagian tamu berdiri dan bertepuk tangan, di tempatnya Seo JooHyun sempurna tersihir.




Imagine there's no Heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky

Imagine all the people
Living for today

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too

Imagine all the people
Living life in peace

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man

Imagine all the people
Sharing all the world

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one


(John Lenon - Imagine)









.END.















Authors Note :



Hai Guys…

Entahlah aku harus ngomong apa di bagian author note ini..heheh..

First mungkin aku butuh Minta maaf karena telah membuat kalian menunggu begitu lama, mianhee.. *Bow* tetapi aku mohon buat pembaca baru, berhenti menagihku yah, kalian udah seperti debt collector..hahahaha..kalau kalian mengenalku pasti kalian tahu, aku benci ditagih-tagih, sekian dan terimakasiihhh…^^

Kedua sekedar saran sih, hhmmm, kalau mau memahami isi FFku kali ini, saranku jangan lewatkan kata perkatanya. Karena beberapa hal mungkin di jelaskan secara tersirat..heheheh…

Trus, Thanks yang sebesarbesarnya buat peni purwani, my editor, gw udah nyita sebagian waktu lo dear..sankyuuu *kisskiss* .. hehehe.. dan juga buat penulis-penulis faveku yang beberapa quotenya terdapat dalam FF ini, Yah, untuk menjadi penulis yang baik memang harus dimulai menjadi pembaca yang baik..^^

Last but not least, siapapun kamu yang telah membaca FFku ini, Tolong untuk tinggalkan jejak yah, terutama kritikan yang membangun, apa yang jelek dari FFku ini, dan bagian2 yang menurut kalian tidak perlu ada. Dan sesungguhnya koment kalian merupakan multivitamin untuk meningkatkan keinginan menulis kelanjutan FF ini.


Thanks and salam Gogumas… ^^







.Wif Luv SJ.


Kamis, 09 Agustus 2012

Coming Soon : "SAFE AND SOUNDS"








Coming Soon :



New FF YongSeo "SAFE AND SOUNDS"



Bagi sebagian orang, nama mungkin tidak berarti banyak. tetapi bagi seorang Seo jooHyun, namanya adalah sesuatu yang mengandung beban dan konsekuensi. Ketenaran, Kekayaan, kecantikan dan Sorotan Publik. Dia adalah orang yang memiliki segalanya kecuali privacy dan kebebasan.

Enggan terpenjara lebih lama, dia kemudian menciptakan alteregonya, manusia dengan identitas baru, yang bisa membawanya ke dunia penuh kebebasan yang diimpikannya dan siapa sangka juga akan mempertemukannya dengan cinta sejatinya.

Dan ketika tiba di persimpangan, Seo JooHyun harus memilih mempertaruhkan segala kekayaan, ketenaran dan nama baik yang dimilikinya atau memilih cinta sejatinya. Manakah yang akan dipilihnya???

Esensi hidup selalu tentang pilihan dan tentang keterbatasan manusia, bahwa hakekatnya di dalam kehidupan kita tidak bisa memiliki segalanya.




LEAD CAST :




.SEO JOOHYUN.

"Dan sejatinya kebahagiaan bersumber dari dalam hati, hati kitalah penentunya. Faktor luar hanyalah pelengkap, bukan mereka penentunya..."







.JUNG YONGHWA.


"Pelangi adalah hadiah Tuhan sehabis hujan. Pelangi melengkung, membungkukkan diri pada Penciptanya, bukan tegak menantang. Kita manusia yang terlalu sombong harusnya bisa belajar dari alam..."





OTHER CAST :




.LEE YEONHEE.






.SOO JISUB.








"...Just close your eyes
The sun is going down
You'll be alright
No one can hurt you now
Come morning light
You and I'll be safe and sound..."

(Taylor Swift - Safe and sounds)










With Love ; SJ





Rabu, 18 Juli 2012

.PART OF 9 ANGEL'S (4).






(Pic : By Juli Agashi)





SJ Entertainment Present :


_Serial : P9A Part 4_



Lead Cast :
SeoHyun, Jessica , Yoona, Sunny, Tiffanny, Hyoyeon, Yuri, Taeyeon, Soo Yong(SNSD)



Main Cast :
-Jung Yong Hwa, JongHyun, Jungshin, Minhyuk (CN Blue)
-NickHun, Taecyeon (2PM)
-Siwon (SUJU)
-Joo Ji Hoon & Yoo Eun Hye
-Kim Seol Hyun (AOA)
-JongHoon (FT Island)
-Yoon Jin Yi (Me a Ri AGD)











@Hyunnie And how ‘bout my Revenge??




_0o0_




Ninety miles outside Chicago
I can't stop driving I don't know why
So many questions, I need an answer
Two years later, you're still on my mind

Whatever happened to Amelia Earhart
Who holds the stars up in the sky
Is true love just once in a lifetime
Did the captain of the Titanic cry?

Someday we'll know
If love can move a mountain
Someday we'll know
Why the sky is blue
Someday we'll know why I wasn't meant for you

Does anybody know the way to Atlantis?
What the wind says when she cries
I'm speeding by the place that I met you
For the ninty-seventh time, tonight

Someday we'll know
If love can move a mountain
Someday we'll know
Why the sky is blue
Someday we'll know
Why I wasn't meant for you
Yeah, yeah, yeah, yeah

Someday we'll know
Why Samson loved Delilah
One day I'll go
Dancing on the moon
Someday you'll know that I was the one for you
I bought a ticket to the end of the rainbow
I Watched the stars crash in the sea
If I could ask God just one question
Why aren't you here with me, tonight?

Someday we'll know
If love can move a mountain
Someday we'll know
Why the sky is blue
Someday we'll know why I wasn't meant for you
Yeah, yeah, yeah, yeah

Someday we'll know
Why Samson loved Delilah
One day I'll go
Dancing on the moon
Someday you'll know that I was the one for you

(Someday will know – Mandy Moore ft Jonathan Foreman)




Yoona berlari menyusuri jalan setapak yang rindang oleh pepohonan pagi itu di taman dekat apartemennya, matahari bahkan belum muncul ketika dia memutuskan untuk jogging. Ditemani lantunan suara indah Mandy Moore ft Jonathan Foreman terdengar melalui headset yang dipasang di telinganya.

Dia perlu memanfaatkan kesunyian ini untuk berbicara dengan dirinya sendiri, sekaligus mengurai sakit kepala akibat efek dari kejadian semalam, hang out dengan sahabat-sahabatnya dan mabuk-mabukan membuatnya bangun dengan sakit di kepala yang mendera. Dia memilih untuk menghirup udara segar dengan berolahraga, terlebih hari ini ketika dia memiliki jadwal syuting buat filmnya. Dia tidak ingin terlihat kusut.

Dia tidak dapat memungkiri fakta bahwa kehadiran JongHyun membawa efek yang sangat besar padanya. Bayangan masa lalu kembali berkelebat di memorinya. Dia tidak tahu dengan pasti perasaaan apa yang sekarang dimilikinya buat JongHyun, tetapi jika ingin jujur, dia tidak pernah menyukai pria lain sebesar rasa suka yang pernah dimilikinya buat JongHyun. Dia mungkin saja memberi ruang bagi seseorang untuk masuk dalam hidupnya dan mencicipi perasaan suka itu tetapi bukan cinta, alam bawah sadarnya seperti tidak membiarkannya bersentuhan dengan cinta. Tetapi dia tidak pernah memikirkan ini secara benar, dia tidak pernah bersusah payah untuk mencari tahu alasan di balik kenapa dia tidak bisa mencintai seseorang secara utuh. Ditambah dengan segala kesibukan yang dimilikinya, maka tak ada lagi tempat untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Tetapi ketika JongHyun menjejak kembali, dia akhirnya tahu penyebabnya. Ada cinta yang masih menggantung di hatinya, ada harapan yang tidak pernah redup buat kehadiran seseorang. Lee JongHyun.




_0o0_





“Onniee…”

SeoHyun menatap nanar kepada empat orang perempuan yang duduk di depannya siang itu. Mereka sedang menikmati menu lunch restaurant Taeyeon, termasuk SeoHyun, di depannya Phillycheese Steak sama sekali belum disentuhnya, dia kehilangan nafsu makan. Menguap begitu saja ketika menatap mereka satu persatu.

“YAA!!! Aku tidak bertanggungjawab untuk kejadian semalam, jadi jangan tatap aku seperti itu. Kita sama-sama tahu kalau saat itu aku juga sedang mabuk berat…” sanggah SooYoung memandangi SeoHyun tajam yang saat itu juga menatapnya tajam.

“Onnie…” SeoHyun lalu beralih menatap tajam Taeyeon, HyoYeon dan Jessica. “…onnie kenapa melakukan itu kepadaku?? Onnie menjebakku bersama..”

SeoHyun menghentikan ucapannya, merasa risih harus menyebut nama YongHwa di depan sahabat-sahabatnya sedangkan selama ini mereka tahu, SeoHyun sangat pantang menyebut nama itu. Dia lalu menghela nafas pelan dan berujar lirih, “…Aaakkksss… AKu bisa gila hanya dengan membayangkan kejadian semalam!!!” SeoHyun kembali menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi restaurant.

Restaurant Taeyeon adalah high class restaurant yang memang di peruntukkan bagi konsumen kelas menengah ke atas. Suasana yang nyaman, eksklusif dan dengan pengamanan tingkat tinggi membuat orang-orang kalangan atas dan selebriti menyukai dan rela untuk menghabiskan uang mereka di tempat ini. Belum lagi menu-menu yang menggugah selera. Segala faktor pendukung ini menempatkan restaurant TaeYeon masuk dalam daftar Restaurant paling di lirik di Seoul.

“Berhenti mengeluh, kami melakukannya juga demi dirimu. Dan lihatlah kami berhasilkan? Yah, setidaknya hubunganmu dengan YongHwa bisa kembali membaik..” Ucap Taeyeon santai sambil meresap winenya.

“Bahkan berakhir dengan kamu memiliki akses untuk menggunakan apartemennya…hhhmmm sounds so cool…” Sambar HyoYeon.

“Kok bisa???” Tanya SooYoung.

“Jadi YongHwa menyerahkan password apartemen mewahnya pada SeoHyun, rite darling?” Jessica memperjelas maksudnya pada SeoHyun yang siang itu benar-benar terlihat desperate.

SeoHyun menarik nafas panjang. “Oooohh, come on…ini tidak seperti yang kalian duga. Dia hanya mengatakannya padaku sekali tetapi aku bisa mengingatnya bahkan ketika aku tidak mau mengingatnya!!! Bagaimana tidak, itu kombinasi tang…” kembali SeoHyun menghentikan ucapannya dan menatap ke empat wajah yang masih penasaran dengan kata-katanya. “…akkkksss..onniedeul, kalian..kalian benar-benar menempatkanku dalam masalah besar…” lanjutnya frustasi membuat ke empatnya, aih-alih berempati dengan ekspresi putus asa SeoHyun, malah tertawa terbahak-bahak.

“Jadi password apartemen YongHwa adalah kombinasi tanggal lahirmu..hhmm..cool..”

“Cool yah..” Jessica bergumam sendiri. “Bagaimana denganku, Semua-semua kode rahasia milik TaecYeon seperti brankas di kamarnya, password apartemennya, semua menggunakan kombinasi tanggal lahirku dan tanggal jadian kami..”

“Jiaaahh..dirinya pamer…” HyoYeon segera menoyor lengan Jessica.

“Seriously..”

“Ye ye ye.. kita tahu, tapi untuk kasusmu kita tidak heran baby. Secara kalian berdua relationshipnya udah dari kapan tahun, besok dirimu hamilpun kami tidak heran..”

“YAAA…” Kali ini giliran HyoYeon yang menerima pukulan dari Jessica.

“ONNIE…” SeoHyun berteriak frustasi. Dia mencintai sahabat-sahabatnya ini, menganggap mereka saudara tetapi terkadang dia frustasi dengan tingkah dan sepak terjang mereka yang suka seenaknya, yah tetapi tidak bisa disalahkan juga sih, dia juga terkadang sangat keterlaluan jika mengerjai mereka.

“Onnie..aku sudah cukup bingung dengan kondisi ini, kalian malah mengacaukannya..othokke…”

“Hyunnie, hidup itu sederhana jangan di buat susah. YongHwa mencintaimu dan kaupun mencintainya, yah sudah…trus masalahnya dimana?”

SeoHyun menghela nafas berat. “Tidak semudah itu onnie…tidak semudah itu…”

“Wae??”

“Dia telah membuatku menderita selama bertahun-tahun dan kini datang kembali begitu saja tanpa merasa bersalah sama sekali..enak sekali dia kalau seperti itu…aku yang menderita onnie…aku menderita selama bertahun-tahun…aku harus membalas rasa sakit itukan…”

Taeyeon menghela nafas. Ketiga lainnya juga ikut terdiam, mencoba menyelami jalan pikiran SeoHyun sembari menikmati menu makan mereka siang itu.

“Hyunniee…” sebuah suara terdengar renyah, SeoHyun mendongak dan menemukan Jung Eun Hye berdiri dengan cantik seperti biasa.

Di lingkungan mereka, tidak ada yang tidak mengenal perempuan satu ini. Pemiliki galeri seni dan juga butik ternama di Seoul, Dan juga notabene istri dari pengusaha muda Joo Ji Hoon, presedir Joo Grup, salah satu keluarga chaebol di Seoul.

“Eun Hye onnie…” Keempatnya serentak berdiri dan memberi salam.

“Ooohh, kalian sedang makan siang yah..heheh..ayo lanjutkan makannya, aku juga sedang bersama suamiku..” Eun Hye kemudian berbalik dan tersenyum ke arah Joo Ji Hoon yang sedang duduk di salah satu meja di Restaurant Taeyeon, lalu kembali menatap ke empat gadis itu. “..sepertinya aku ngidam steak lalu ingin makan siang disini ketika melihat SeoHyun…hehehhe…” Eun Hye tersenyum.

“Aahh..Onnie hamil?” Tanya SeoHyun.

Eun Hye tertawa pelan lalu menggeleng. “I’m just kidding Hyunnie..”

“Oooh… onnie, terimakasih sudah berkunjung ke sini..” Taeyeon membungkukkan badan. “..Semoga onnie menyukai menu di restoran kami..”

“pasti…” Eun Hye mengusap lengan Taeyeon ramah.

“Kalau begitu silahkan lanjut makannya…aku makannya disana ajha yah, bareng suamiku..” Eun Hye kemudian tersenyum ramah pada mereka. Dan berbalik melangkah menuju suaminya tetapi langkahnya kemudian tertahan. Dia kembali berbalik pada SeoHyun.

“Hhhmmm..Hyunnie, setelah lunch sibuk tidak? Atau mau langsung kembali ke kantor?”

“Ooohh, nee? Aniyo onnie, waeyo??”

“Good, ngobrol ama onnie dulu yah..”

“Dee..baik…”

Eun Hye tersenyum sekali lagi lalu berbalik pergi. Sedangkan keempat gadis itu kini memandang SeoHyun dengan rasa penasaran yang tinggi. Di tempatnya SeoHyun menghela nafas berat. Dia tahu apa yang akan menjadi subjek pembicaraan dengan Eun Hye. Tepatnya siapa yang akan menjadi objek pembicaraan mereka. Sigghhh..




_0o0_




“Aku terbangun ketika hari masih dini, karena telepon dari Seol Hyun. Anak itu tidak biasanya mengganggu subuh hariku. Tetapi hari ini dia melakukannya…hehhehe…” Eun Hye tertawa pelan lalu menyesap “earl grey tea”nya siang itu. Di depannya SeoHyun juga memilih menyesap frappucinonya masih bingung arah pembicaraan Eun Hye yang notabene kakak Jung YongHwa ini.

“..Aku pikir apa yang begitu penting yang ingin di bicarakannya ternyata dia menelponku meminta agar dikirimkan satu paket gaun dari butik. Aku sempat memarahinya karena urusan sesepele ini dia mesti menggangguku pagi-pagi buta tetapi dia hanya tertawa menanggapi kemarahanku dan malah mengatakan akan berterimakasih padanya karena tingkahnya itu, aku benar-benar tidak mengerti tetapi ketika melihatmu tadi aku akhirnya tahu..hehehhe…”

SeoHyun merasa jengah, dia tahu maksud ucapan Eun Hye. Dia kemudian menatap gaun yang sekarang di gunakannya, jadi ini gaun dari butik Eun Hye. “Oooh Gosh…” batinnya. Sekarang dia merasa malu sekali, seandainya bisa melesak masuk ke perut bumi, dia akan melakukannya siang itu.





“Darimana gaun ini?” Tanya SeoHyun

YongHwa yang sedang sibuk menyiapkan roti bakar buat sarapan pagi mereka menoleh dari dapur ketika SeoHyun keluar dengan membawa gaun di tangannya.

“Hhhmmm..itu dari Seol Hyun, tadi pagi dia kesini membawanya..”

“YAAA…Oppa memberitahukan tentang keberadaanku disini padanya?? YAAAAA…” SeoHyun berteriak frustasi.

YongHwa berjalan menuju meja makan dan meletakkan roti bakar lalu menatap SeoHyun. “Kamu butuh pakaian ganti, dan aku hanya meminta bantuannya…”

“Tapi ini….Iiisssshhh….” SeoHyun mencak-mencak mengetahui kenyataan bahwa Seol Hyun tahu dia menginap di apartemen YongHwa bahkan membawakannya gaun cantik seperti ini, sejujurnya SeoHyun menyukai gaun itu.

“Seol Hyunkan sahabatmu juga, dan kamu tahu dia punya banyak gaun yang bahkan belum disentuhnya. Jadi memintanya satu bukan masalah besar baginya. Atau kamu mau aku ke rumahmu meminta bajumu disana??”

“ANDWEEEE…” SeoHyun berteriak frustasi, itu sama saja bunuh diri. Ibunya akan merecoki dirinya dan YongHwa jika dia tahu hubungan ini. Tidak..Tidak!!!! Ide untuk meminta gaun dari Seol Hyun kedengaran lebih baik ketimbang meminta di rumahnya dan atau dari ke delapan sahabatnya, mereka juga sama akan merecokinya dengan berbagai pertanyaan. Dan memakai baju yang sama di dalam 2 hari itu juga akan mengundang pertanyaan dari orang-orang yang haus bahan untuk bergosip dan dia akan menjadi “gossip highlight of the day”. Aahhh..tidak..tidak…dia tidak mungkin muncul di hotel dengan baju yang sama..aaahhhh..benar-benar serupa buah simalakama.

….



“Onnieee…” SeoHyun tahu wajahnya sekarang telah memerah.

Eun Hye tersenyum hangat padanya, “Bagi beberapa pria butuh waktu bertahun-tahun dan hubungan dengan beberapa wanita untuk bisa menemukan pasangan sejatinya, pemilik tulang rusuknya. Tapi ada juga yang beruntung menemukannya pada pandangan pertama. Lalu pria itu melakukan kebodohan dalam hidupnya, menelantarkan perempuan istimewa tadi, dan tersadar untuk kemudian berjuang mempertahankan dan mendapatkan kembali hati sang perempuan…” Eun Hye mengucapkannya pelan. “…Aku akui adikku masuk dalam golongan pria kedua, dia cukup beruntung dengan dipermudah oleh Tuhan untuk menemukan kekasih sejatinya, tetapi sayangnya dia kemudian meninggalkannya, menelantarkannya dan kini kembali memperjuangkan untuk memilikinya kembali…”

“…Uri YongHwa berbeda dengan orang kebanyakan, dia memiliki pemikiran yang anti mainstream. Dulu, waktu remaja ketika anak-anak seusianya menyukai bergaul dengan clubbing, hang out di tempat-tempat yang gaul, memakai fashion yang trend dengan jaman, dia lain sendiri. Dia tidak melakukan hal-hal seperti itu hanya agar dianggap eksis, dia tidak melakukan sesuatu hanya demi mendapat pengakuan publik atau popularitas atau untuk di terima di lingkungan, Dia melakukan sesuatu jika menganggap sesuatu itu bagus dan atau asyik buatnya, dia tahu siapa dirinya, percaya diri dengan apa yang dilakukannya dan melakukan hal-hal yang disukainya, dia tidak pernah macam-macam. Ketika dia sekolah dan meninggalkanmu, mungkin bagimu dia mencampakkanmu tetapi bagi dia dan menurut kami dia tidak mencampakkanmu. Dia adalah orang yang terlalu fokus pada satu hal. Saat itu keinginannya sederhana, dia ingin menjadi dokter bedah sehingga dia melupakan segalanya, dia tidak menoleh kebelakang bahwa ada hal yang sama pentingnya dengan mengejar mimpi itu sendiri. Namun ketika tujuannya tercapai dia baru tersadar bahwa dia telah melakukan satu kebodohan yang fatal, melukai dan menyakiti perempuan yang dicintainya…”

SeoHyun jika tidak mengingat sedang berada di wilayah publik mungkin sudah menangis mendengar rangkaian kalimat Eun Hye. Benar yang dikatakan kakak YongHwa ini, seperti itulah YongHwa. YongHwanya.

“..Aku mengatakan semua ini tidak untuk maksud apapun, Aku ingin kamu tahu kalau Aku mendukung semua keputusanmu bahkan ketika kamu tidak lagi sudi untuk kembali ke YongHwa, dia pantas untuk menerima itu. Aku hanya ingin agar kamu mengerti posisinya saat itu dan memaafkannya, itu saja..hehehhe..Onnie sayang padamu, sebesar rasa sayang Onnie pada YongHwa dan Seol Hyun. Bagiku Hyunnie sudah seperti adik sendiri meski hubunganmu dengan YongHwa hanya sebatas temanpun, kamu tetap seorang adik bagiku..” tangan Eun Hye terjulur ke depan dan meraih tangan lembur SeoHyun masuk ke dalam genggamannya.

“Nee onnie..” SeoHyun tersenyum pelan.

“Aku harus pamit dear, maaf sudah menyita waktumu…” Eun Hye beranjak dari kursinya, SeoHyun ikut berdiri.

“Aniiya onnie, onnie tidak menggangguku kok..”

“Gimana mau ikut denganku? Supirku akan mengantarmu sampai hotel…”

SeoHyun menggeleng, “Hhhm, thanks onnie tapi aku mau disini dulu..”

Eun Hye kemudian maju dan memeluk SeoHyun pelan.

“Aku berharap bisa melihatmu di acara makan malam keluarga kami...” melepaskan pelukannya mengedipkan matanya pada SeoHyun sambil tersenyum dan kemudian berlalu pergi meninggalkan SeoHyun yang tiba-tiba terpaku sendiri.

Beberapa menit kemudian dia memilih duduk kembali dan menenangkan hatinya. TaeYeon yang masih berada di restaurannya siang menjelang sore itu melihat SeoHyun duduk sendiri kemudian mendekatinya.

“Eun Hye onnie sudah pergi?”

SeoHyun mengangguk. “Onnie ottokhe??”

Taeyeon ikut duduk di depan SeoHyun.

“Hyunnie, coba jawab dengan jujur! Apakah harga diri dan keinginanmu untuk balas dendam lebih penting dari rasa cintamu pada YongHwa? Apakah sangat susah bagimu untuk menerima bahwa dia tidak mencampakkanmu, melainkan pergi meninggalkanmu sesaat untuk masa depan kalian juga dan kini kembali padamu? Dan kalau tentang perasaan sakit yang harus kau tanggung selama dia pergi, apakah kamu yakin YongHwa tidak merasakan sakit yang sama, karena rindu yang mendera padamu?? Aku pikir dia juga terluka ketika meninggalkanmu tetapi dia lebih kuat demi hal yang diinginkannya, dan menurutku itu hebat sekali. Dia bertahan demi sesuatu yang diinginkannya, tidak banyak pria yang bisa seperti itu dan kamu beruntung dia mencintaimu dan memilihmu sebagai pelabuhan terakhir tempatnya menyandarkan segala harapan dan asanya…”

SeoHyun memandang Taeyeon lamat-lamat, mencari dukungan dari mata Taeyeon. TaeYeon menjulurkan tangannya dan menggenggam tangan SeoHyun. “Kami semua mencintaimu Hyunnie, kami ingin melihatmu bahagiah..”

“Onnie..”

“Kembali lagi Hyunnie, hidup itu sederhana, kenapa membuatnya jadi sulit? ketimbang menghabiskan waktumu untuk memikirkan bagaimana balas dendam pada YongHwa kenapa tidak kau gunakan untuk melepas segala rasa rindu yang telah mengendap bertahun-tahun diantara kalian berdua? kita tidak pernah tahu takdir Hyunnie, bisa jadi hari esok mungkin tidak pernah datang menyapa kita, atau kita tiba-tiba kehilangan orang yang kita sayangi, kenapa tidak menghujaninya dengan perasaan sayang yang kita punya saat ini?”

SeoHyun berkaca-kaca mendengar kalimat TaeYeon. Yah, Yang diucapkan TaeYeon benar adanya. Bagaimana jika tidak ada hari esok buat mereka?





_0o0_





“Cut..”

Teriakan sutradara Cho membuat Yoona menarik nafas lega, lalu berjalan keluar dari set dekorasi untuk syuting. “Good Job Yoona-ssi..good job..” puji sutradara Cho tulus, membuat Yoona bangga dengan hasil kerja kerasnya seharian itu.

Dia lalu berjalan ke tempat dimana kursi yang disediakan buatnya berada. Yoona meraih botol air mineral yang baru saja di sodorkan manajernya lalu duduk di kursinya. Dia bergabung dengan team produksi melihat rekaman scene film yang baru saja diambil.

“Ooohh, lihat itu music director kitakan?” Salah satu kru nyeletuk ketika melihat JongHyun berjalan mendekati tempat mereka. Sutradara Cho yang melihat kehadiran JongHyun segera beranjak dari kursinya dan menghampiri JongHyun.

Di tempatnya jantung Yoona berdetak kencang. Dia tahu dan sadar kedatangan JongHyun bukan buatnya, tetapi dia tidak dapat menampik rasa bahagia bisa melihat lelaki itu. Hanya melihat pria yang sekarang menggunakan kemeja biru muda dengan lengan kemeja tergulung dan dua kancing atas terbuka, mampu membuatnya sesak nafas. Dia besyukur bisa kembali menikmati perasaan seperti ini, perasaan jatuh cinta pada seorang pria, murni dan tulus. Tetapi kebahagiaan itu ternyata tidak bertahan lama.

“Aah, Mr. Lee memang ganteng yah, tidak heran banyak penyanyi dan idol yang diam-diam naksir padanya…” salah seorang perempuan yang juga adalah salah satu kru di produksi film mereka berkomentar ketika melihat JongHyun.

“Iya, sayang dia udah ada yang punya…”

Yoona tersentak mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh kru lainnya.

“Iya yah, katanya Lee JongHyun sang composer kita itu sedang menjalin hubungan dengan Yoon Jin Yi…”

Jadi JongHyun-nya sudah punya kekasih? Dan aktris ternama pula jika dibanding dirinya? Yoon Jin Yi, siapa yang tidak mengenalnya. Hmm…

Yoona merasa miris sekali, jika tidak mengingat di mana dia berada dia sudah akan tertawa keras-keras. Yah, selamanya JongHyun baginya adalah sang primadona, seorang pangeran dan kembali dia hanyalah seorang loser yang tidak pantas bermimpi untuk mendapatkan sang pangeran. Tetapi meski sedih dan kembali patah hati, kali ini dia lebih siap dan dia mensyukurinya. Setidaknya dia tidak lagi berharap, dia tidak akan lagi penasaran akan sosok satu itu, belenggu yang selama ini mencengkramnya kini bisa di lepasnya, dia akan belajar berdamai dengan masa lalu tanpa penyesalan.

Karena syutingnya hari itu telah selesai dan dia tadinya hanya ingin melihat rekaman hasil syuting hari itu, dia memilih untuk beranjak pergi. Dia kemudian memberitahu pada manajernya keinginannya untuk pulang ke apartemen beristirahat.

Dan beberapa menit kemudian dia telah berjalan ke basement bersama manajernya ketika tiba-tiba sebuah suara memanggilnya.

“Im Yoona-ssi…”

Yoona urung melangkahkan kakinya, dia tahu suara siapa itu. Lee JongHyun.

Dia berbalik dan mengurai senyum formalitasnya. Mereka telah berkenalan secara resmi beberapa hari lalu dan kini dia tidak merasa heran jika JongHyun memanggilnya, sekedar ingin berbasa-basi dengannya mungkin, sebagai rekan kerja.

“Dee…”

Lee JongHyun melangkah pelan menghampiri Yoona, Yoona merasa jantungnya berdetak keras. Bahkan ketika dia telah mencoba untuk melepas pria di depannya ini, jujur dia harus mengakui pesonanya tetap kuat melekat di pikirannya.

“Senang bisa bertemu lagi denganmu setelah beberapa tahun berselang, Yoona-ah..”

Di tempatnya berdiri Yoona terbelalak. Lee JongHyun mengenalinya.




_0o0_





YongHwa merasa letih malam itu, dia baru saja tiba di apartemennya setelah seharian lembur di rumah sakit. Jadwal jaganya seharusnya hanya sampai pukul 5 sore. Tetapi karena ada korban kecelakaan yang harus di operasi segera, dia akhirnya tinggal membantu sampai jam 8 malam.

Dia masuk kedalam apartemennya dan terdiam sesaat ketika melihat highheels berada di jajaran sepatunya.

Mungkinkah SeoHyun?

Dia tidak berani berharap banyak mengingat SeoHyun masih menjaga jarak dengannya. Benar semalam SeoHyun menginap di apartemennya tetapi hubungan mereka masih jauh dari kata “baik” seperti apa yang diinginkannya. Buktinya tadi pagi selain pertanyaan tentang gaun itu, SeoHyun tidak pernah lagi berbicara padanya. Padahal setahunya “mantan” kekasihnya itu adalah salah satu manusia tercerewet yang pernah eksis di muka bumi ini, tidak banyak berbicara itu berarti SeoHyun memang tidak berniat dan tidak mood untuk memulai hubungan yang baik. SeoHyun masih menutup diri darinya, dia bahkan belum menjawab pernyataan YongHwa tentang menjadi kekasihnya lagi semalam. Mungkin SeoHyun tidak lagi membencinya tetapi menebak SeoHyun akan ya buatnya terlalu pagi untuk menduga hal itu bakal kejadian, dia harus butuh usaha ekstra untuk mendapatkan hati SeoHyun kembali dan dia tidak akan menyerah untuk itu.

Dan tebakannya benar ketika YongHwa membuka kamarnya dan melihat tubuh seorang perempuan berbaring membelakanginya. Itu tubuh SeoHyun-nya.

Apakah penyakitnya kambuh lagi? Jantung YongHwa tiba-tiba berdetak kencang. Dia segera bergegas menghampiri SeoHyun. Dan sedikit merasa lega ketika melihat gadis itu ternyata sedang tertidur bukan pingsan.

YongHwa kemudian memilih jongkok di lantai dan menatap wajah SeoHyun. Tangannya terangkat membelai wajah itu.

SeoHyun terjaga ketika merasa sentuhan jari yang hangat membelai wajahnya dan dia melihat wajah kuyu YongHwa di hadapannya.

“Kamu baikkan? Tidak merasa pusing? Atau kelelahan?”

Wajah cemas YongHwa membuat SeoHyun tersentuh, dia menggeleng. YongHwa kemudian manggut-manggut, enggan untuk mengganggu SeoHyun dia beranjak, dia tidak akan membuat SeoHyun risih dengan menanyakan keberadaan gadis itu di apartemennya. Jika SeoHyun ingin berada di apartemennya itu adalah kebahagiaan buatnya, tidak peduli apapun alasan keberadaan gadis itu disini.

Tetapi langkahnya tertahan ketika sebuah tangan menarik lengannya. YongHwa berbalik dan menemui SeoHyun bangkit dari tidurnya. YongHwa kemudian kembali jongkok di hadapan SeoHyun sembari menengadah menatap wajah cantik itu.

Tak ada kata yang terucap, hanya mata yang berbicara. SeoHyun mencoba menyelami mata indah itu, mencoba melihat seberapa dalam luka yang ditanggung YongHwa akibat kehilangan dirinya, seberapa besar rasa cinta yang dimiliki YongHwa buatnya, seberapa penting arti kehadirannya buat YongHwa.

Sunyi…

Senyap…

Keduanya terdiam begitu lama…hanya mata yang saling berbicara, mengungkapkan dengan jujur apa yang tersirat selama ini, apa yang terpendam selama ini, segala luka, segala perasaan cinta, segala kerinduan…

Sampai kemudian YongHwa berinisiatif maju dan membelai wajah SeoHyun.

“Aku dimaafkankan?”

SeoHyun tidak menjawab, dia kemudian maju lalu melingkarkan kedua tangannya, memeluk leher YongHwa.

“Oppa…” lirih suara SeoHyun berbisik di telinga YongHwa.

“Hhhmm…” YongHwa balas memeluk tubuh SeoHyun, merasa lega akhirnya apa yang diimpikannya bisa terwujud, mendapatkan kembali wanitanya.

“Aku hanya akan memberi kesempatan kedua sekali, hanya sekali. Jika kau meninggalkanku lagi tidak akan ada kesempatan ketiga, keempat dan seterusnya…”

YongHwa mengurai pelukannya dan menatap wanita cantik itu. Tersenyum bahagia. “Aku mengerti…”

Dan lalu tak ada lagi kata yang terucap, Yonghwa bangkit dan melabuhkan bibirnya di bibir mendamba itu. Semalam dia telah melabuhkan kerinduannya selama bertahun-tahun melalui ciuman yang panjang dan hangat tetapi hanya sebatas itu. Dan malam ini ketika gairah bercampur kerinduan dan hilangnya penghalang antara mereka berdua menyebabkan keduanya tidak lagi bisa mengekang hasrat yang meluap. Hasrat yang dimiliki oleh dua orang dewasa yang telah memendam cinta dan kerinduan selama bertahun-tahun. Dan Yonghwapun tidak menutupi dia membutuhkan wanita ini, sangat membutuhkannya dan dia memperlihatkan fakta itu pada SeoHyun melalui tindakan. Tindakan yang membawa keduanya menuju puncak kebahagiaan.





Beberapa jam kemudian…



YongHwa menatap wajah polos yang sedang lelap tertidur itu, melepaskan pelukannya dari tubuh telanjang SeoHyun lalu mengendap-endap turun dari tempat tidurnya dan meraih piamanya. Memakainya lalu merapikan selimut, menutupi tubuh kekasihnnya dan sedikit tersentak melihat bercak merah di bed cover. Dia menghela nafas pelan, lalu berjalan pelan memunguti bajunya dan baju SeoHyun yang berserakan.

Setelah itu, dia lalu meraih telepon genggamnya sambil berjalan menjauh dari tempat tidurnya tidak ingin suaranya membangunkan SeoHyun. Dia menghubungi satu nomor. Agak lama dia menunggu sebelum satu suara menjawab teleponnya.

“Hyung..ini aku YongHwa…dee…SeoHyun ada bersamaku malam ini, dan dia menginap di tempatku..ani..anii..dia tidak apa-apa, dia sehat…dee..dee…”

YongHwa berjalan kembali mendekat ketika melihat dari kejauhan SeoHyun begitu pulas tertidur, sambil mendengar perkataan Siwon.

“Arasho hyung…aku akan menemui Paman dan Bibi besok, dan aku ingin mengatakan ini, mulai hari ini, izinkan aku yang bertanggungjawab atas hidup SeoHyun. Dan maaf mengatakan hal sepenting ini melalui telepon. Aku hanya ingin segera memberitahu kepada Hyung, secara resmi aku akan menemui Hyung besok…deee…dee..algeseumida..dee..gomawo Hyung…”

Yonghwa tersenyum pelan sembari mengakhiri pembicaraannya dengan Siwon. Dia lalu kembali ke samping SeoHyun, masuk ke dalam selimut dan meraih tubuh hangat itu masuk kembali ke dalam pelukannya.

“Gomawo Hyunnie..chinca gomawo..saranghe love..” ucapnya lirih di telinga SeoHyun.








.END.












Author Note

Hai..hai..hai..

Mianhe guys, lama yah baru posting FF lagi..sorry..hehhehe..lagi sibuk nih, dan kedepannya mungkin akan agak jarang memposting FF. Eike selama Ramadhan gak bakal mengupdate FF, mau konsentrasi ibadah…hehehe..Dan mungkin setelahnya karena “sesuatu dan lain hal” agak jarang mengupdate FF but wish me luck guys, semoga bisa luang bikin FF..hehehhe…

Oh iya, berhubung kita akan masuk bulan ramadhan dengan segala kerendahan hati Eike mohon maaf yah atas segala ucapan maupun perbuatan yang kurang mengenakkan di hati..Semoga kita semua bisa menjadi lebih baik lagi dihari kedepannya guys.. *bow*

Fighting Gogumas and Happy 888th day YongSeo, We always love You… ^^



.SJ.