Jumat, 14 Maret 2014

Safe and Sound (Part 2)





SJ Entertainment Present :


.SAFE AND SOUNDS.


Lead Cast :
Jung Yong Hwa (CN Blue)
Seo Joo Hyun (SNSD)


Other Cast :
Lee YeonHee
So Ji Sub
Kang MinHyuk (CN Blue)
Lee JungShin (CN Blue)


Opening Theme Song : Safe and Sounds by Taylor Swift





.PART 2.



“Ketika Nasionalisme menjadi sesuatu yang utama bagaimana dengan Kemanusian sendiri?? Apakah kemanusiaan harus kalah dengan pengkotak-kotakkan wilayah? Egoisentrisme?? Bukankah dunia adalah kemana kaki ini ingin melangkah.. Surga adalah kemana mata ini memandang.. Hilangkan pengkotak-kotakan itu… Hilangkan aku.. Kamu.. Kita.. Mereka.. in group.. out grup.. Apa artinya klaim atas sesuatu jika pada akhirnya yang lahir adalah peperangan?? Bagaimana dengan kemanusiaan?? Bukankah kita seharusnya sepakat dengan ini, bahwasanya : KEBAIKAN MELEBIHI APAPUN ADALAH YANG PALING UTAMA DARI SEMUANYA!!!”


.Jung YongHwa.




_S&S_



GangNam Street, 8 AM




Countless angels and stars come down
At this moment, brightening your heart
Sharing countless stories and love
At this moment brightening your path ahead.

Like a child, just like heaven
A melody to spread all over the world
Like a child, just like heaven
A melody to make you smile




Yeppo…Beautiful…

Suku kata pertama yang melintas di kepala YongHwa ketika melihat perempuan bergaun biru muda itu di sisi jalan di depannya, dan entah mengapa hatinya berdetak kencang, sembari jiwanya mengalunkan sebuah melodi. Pagi itu, dia sedang duduk menikmati kopi pertamanya sebagai pembuka hari dan sepotong cake ketika pupil matanya menangkap siluet yang mengejewantahkan satu fisik makhluk hawa yang begitu sempurna di depannya.

Jika bidadari eksis di bumi mungkin perempuan ini adalah salah satunya, batinnya lalu mengulum senyum. Lihatlah perempuan itu, rambut terurai panjang dan terlihat sangat indah, tubuh sempurna dibalut gaun yang mahal, dan beberapa pengawal yang mengikutinya di belakang. Yang membuat YongHwa semakin terkesima adalah keanggunan dan keeleganan yang terpancar kuat dari wanita itu. Dan meskipun dandanan wanita itu menampakkan keanggunan wanita dewasa, namun tidak dapat menyembunyikan wajah bayi di raut mukanya yang terpahat sempurna.

Aahhh…wanita…

Bagi seorang Jung YongHwa, wanita tercantik adalah ibunya, wanita yang mempunyai kepribadian yang sangat kuat, penyayang, wanita yang menanamkan idealisme juga nasionalisme yang kuat buat negaranya dan rasa kemanusiaan yang tinggi bagi sesama. Hubungannya dengan beberapa wanita tetap saja tidak ada yang bisa menyaingi kharisma ibunya di pikiran dan batinnya. Wanita-wanita yang lain yang pernah dikencaninya tidak pernah eksis dalam pikirannya. Entah mengapa meski memiliki banyak wanita sebagai kekasih ataupun teman, tetapi tidak pernah satupun dari mereka yang mampu menggugah hatinya. Tidak pernah ada yang tinggal dan menetap lama di hatinya.

Tetapi selalu ada yang pertama untuk sesuatu. Apapun itu.

Begitupun dengan hati dan jiwa YongHwa kali ini. Mata dan otaknya sepakat berkomplot untuk meluruhkan ketidaktertarikannya terhadap lawan jenis. Kali ini dia kalah telak.

Pernahkah seseorang mengatakan kepadamu, bahwa kesan pertama begitu menggoda? Bagaimanapun dunia menyita perhatianmu, bagaimanapun rutinitas bisa membunuh ingatan-ingatanmu, tetapi jika tiba waktunya, jika kalian bergesekan kembali, ingatan tentang kesan pertama tadi akan kembali berkelebat dengan sempurna, menggeser semua masalah-masalah lain yang mungkin menyita isi kepalamu. Itulah yang terjadi pada seorang Jung YongHwa.

Pagi itu, untuk pertama kalinya hatinya menghianatinya. Hatinya berdegup kencang hanya karena organ tubuhnya yang lain, yaitu kedua pupil matanya mengabadikan satu sosok, yang entah mengapa tidak dapat tertolak olehnya.

Yeppo… Beautiful…



Like the shining flow of water
Like the rising sun,
These beautiful sounds
Like the spereading meadow
Like the setting sun
This beautiful paradise


(Like a Child – CN BLUE)



Cinta pada pandangan pertama??

Entah mengapa ide ini membuatnya merasa geli, dia tertawa pelan. Dan lalu kembali menyuruput kopi dan membaca “Seoul Tribun”nya pagi itu ketika sang gadis telah melangkah masuk ke dalam limusin hitam.

Cinta sedang tidak ada di dalam kamus hidupnya saat ini, ada hal yang lebih penting sekedar menjalin hubungan dengan seorang wanita, terlebih wanita yang dilihatnya tadi jelas bukan wanita sembarangan, wanita yang memiliki beberapa bodyguard dan diantar limusin adalah wanita istimewa, dan tidak mudah mengajak kencan wanita seperti itu. Tetapi entah, sekuat tenaga dia mencoba mengenyahkan sosok tersebut, sekuat itu pula potongan wanita yang sedang tersenyum itu berkelebat dalam pikirannya.

Tidak.. tidak.. tidak…

Dia menggeleng-gelengkan kepala berusaha mengenyahkan siluet wajah yang masih bertahta dengan manisnya disana. Dia tidak butuh ini, yang dia butuhkan sekarang adalah pikiran yang fresh, sepuluh menit lagi.

Sepuluh menit lagi, jika semuanya lancar, dia semestinya menyiapkan konsep pembicaraan jika ingin memenangkan hati para investor bukunya dan orang-orang besar yang akan berada di pihaknya.

Wish me luck, batinnya.



_S&S_



Pertemuan pertama yang membawa kenangan kuat akan satu raut wajah bagi seorang Jung YongHwa itu masih terpatri dengan jelas dalam benaknya meski hari telah berganti minggu. Dan ketika menemukan raut wajah yang sama di acara pembukaan pameran lukisan karya pelukis-pelukis baru di Galeri Seni CNB, dengan tampilan bak seorang putri, Jung YongHwa tidak mampu mencegah hatinya untuk tidak mencari tahu siapa sosok itu.

Namun, meski bisa melihat sosok tersebut, dia tidak mampu mendekatinya. Beberapa temannya, sesama budayawan, juga beberapa tokoh politik yang hadir pada saat itu mengerubunginya, mengajaknya berbincang bersama. Sementara di sisi yang lain, dia melihat perempuan itu juga tidak kalah sibuknya bercengkrama dan tertawa bersama beberapa chaebol yang hadir pada senja beranjak malam tersebut.

Asistennya, Lee JungShin telah berbisik padanya tentang betapa penting meyakinkan beberapa investor bagi buku dan pendukung ide-ide tulisannya, jadi dia tidak akan membuang kesempatan berharga ini untuk sekedar menyapa perempuan yang telah menganggu salah satu organ tubuhnya, hati dan jiwanya. Dia membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan keharusan untuk fokus kali ini, ada yang harus diperjuangkan olehnya. Dan dengan tersenyum pada orang-orang yang mengitarinya, Jung YongHwa bertaruh dalam hati, jika takdir mempertemukan mereka kembali, di suasana yang lebih baik, dia tidak akan melepaskan perempuan itu lagi.



_S&S_



Seminggu kemudian…



Sudah hampir pukul 10.30 PM saat YongHwa akhirnya dapat meninggalkan rapat dengan orang-orang yang akan berada di pihaknya memperjuangan penyatuan Korea. Pembahasan tentang ide penyatuan duo Korea selalu membutuhkan tenaga lebih. Sangat tidak mudah jika ada kekuatan besar yang tidak ingin melihat keduanya bersatu, ada kepentingan politik yang sangat besar di belakang pertikaian keduanya, dan ini merupakan konspirasi global, sementara Korea Selatan dan Korea Utara hanya pion, korban yang tidak segan-segan untuk di adu. Ini yang membuatnya miris. Dia tahu usahanya akan sangat susah terwujud, bagai menulis di atas air. Namun, bukankah sebuah keberhasilan dimulai dari usaha-usaha kecil yang tak kenal lelah. Jika bukan dia kelak, tidak masalah menitipkan tongkat estafet ke anak cucunya.

Dia berjalan pelan dengan kepala dipenuhi oleh beberapa hal penting yang tadi telah mereka susun bersama dalam rapat. Di belakangnya berjalan Lee JungShin, Asisten yang mengatur semua jadwal Jung YongHwa. Lee JungShin kemudian berjalan merapat kesisinya.

“Hyung, kita masih memiliki satu agenda sebelum kembali ke kamar untuk beristirahat…”

“Hmmm…” Jung YongHwa mengangkat kepalanya dan memandang wajah asistennya. “Apa itu?”

“Bertemu dengan beberapa reporter dan wartawan. Mereka yang berhasil meminta waktu dan rela bekerja di tengah malam demi mendapatkan wawancara eksklusif denganmu.”

Jung YongHwa menganggukkan kepala. Dia mahfum untuk beberapa alasan, pihak manajemennya hanya ingin menerima wawancara atau pertemuan dengan awak media jika menjelang tengah malam. Selain untuk menghindari publisitas yang berlebihan, mereka juga belum terlalu berani untuk memperlihatkan bentuk perjuangannya pada khalayak ramai. Masyarakat Korea Selatan bukanlah orang-orang yang siap untuk perubahan yang ekstrim, butuh pondasi kuat untuk mengubah mindset yang selama ini dimiliki masyarakat terlebih untuk kasus yang paling sensitif yaitu pertikaian dengan Korea Utara.

“Baiklah… dan ooh iyah bagaimana soal renovasi rumah Ibu? Aku tidak tahan harus tinggal lama di Hotel, Aku seolah-olah tidak memiliki privacy...”

Rumah Ibu yang dimaksud Jung YongHwa adalah rumah keluarga ibu kandungnya yang selama ini tidak dihuni siapapun, mengingat kakek dan neneknya hanya memiliki satu anak yaitu ibu Jung YongHwa yang tidak tinggal di Korea Selatan lagi, itu mengapa rumah itu tidak dihuni oleh siapapun lagi.

“Besok kita sudah bisa menempati rumah tersebut Hyung, semua telah dirapikan. Agenda buat besok juga adalah Hyung sudah mulai bisa memulai mengajar di beberapa Universitas yang telah memasukkan permohonan mereka, meminta Hyung menjadi dosen tamu…”

Jung YongHwa mengangguk malas dan lalu mengikuti langkah JungShin, membayangkan mereka akan menuju ballroom hotel untuk pertemuan berikutnya. Tetapi ternyata prediksinya salah, JungShin menuju restoran Hotel. Dan disana dia melihat satu meja yang telah dipersiapkan telah di huni oleh, YongHwa menghitung dalam hati, tidak sampai 10 orang juru berita yang menantikan kehadirannya. Begitu melihat sosoknya orang-orang itu berdiri.

Namun, langkah YongHwa nyaris terhenti ketika dia mengenali satu wajah. Satu wajah yang meski berpenampilan sangat berbeda, namun tak mampu menipu YongHwa. Sosok yang sejak beberapa hari yang lalu telah berhasil menempati satu bilik kecil dalam pikirannya. Dan setahu dia dari hasil menyelidiki sosok seorang Seo JooHyun _nama yang berhasil di ketahuinya sehabis mengikuti pembukaan pameran lukisan di galeri seni CNB_ di mesin pencari, bahwa dia tidak memiliki saudara kembar ataupun seseorang yang mirip dengannya. Dia adalah The honorable Seo JooHyun.

Tapi apa yang dilakukan perempuan ini di tempat ini?

Melalui sudut matanya, dan tetap menyalami para awak media lainnya, YongHwa melakukan scanning cepat pada penampilan perempuan itu. Rambut dikepang dua dengan topi menutupi sebagian wajah, kacamata muka, kemeja lusuh dan jins out of fashion. Sangat kontras dengan penampilan pada dua kali pertemuan mereka, yang bahkan tidak diketahui oleh Seo JooHyun.

Wooaahhh…. Lets play the game baby…



_S&S_




Dua jam sebelumnya..



Seo Joohyun berdiri di tengah-tengah hall dengan segelas punch dingin, looking absolutely beautiful dalam balutan dress warna metallic silver merek perancang ternama di Korea Selatan. Dia meggelar senyum terbaik yang dimilikinya ketika seorang pria 40an mendekatinya. Dia mengenal pria ini sebagai CEO Hyundai Mobils. Dia kemudian dengan anggun menerima ajakan dansa dari sang CEO dan melangkah anggun disisinya ke lantai dansa.

Tangan CEO Hyundai Mobils yang bebas, membelai pantat Seo JooHyun sementara mereka berdansa mengitari ruangan. Dengan senyum yang dikulum, Seo JooHyun berusaha untuk tidak menggubrisnya. Sembari mengumpat di dalam hati, meneriakkan semua kata cacian kepada MinHyuk, kekasih wif benefitnya yang malam itu tidak bisa hadir karena tiba-tiba harus terbang mendadak ke Los Angeles untuk mengurus bisnisnya di sana. Malam itu mereka berada di ruang dansa rumah salah satu chaebol di Korea Selatan, Kim HyuJoeng, pemilik Kim Groups. Tamu yang hadir sekitar seratusan, semua adalah tokoh-tokoh penting di dunia bisnis Korea Selatan. Seo JooHyun menyadari bahwa sang CEO semakin merapatkan tubuhnya, berusaha merangsangnya. Dia bahkan sekarang berani membelai telinga Seo JooHyun dengan lidahnya dan berbisik, “Kamu mahir berdansa.”

“Begitu juga dengan anda…” Ucapnya lirih meredam nada geram yang ingin terlontar di bibirnya. Berusaha menahan diri karena di depan sana, dia melihat Kakeknya yang sedang ngobrol dengan teman seangkatannya dan sedang menatapnya. Dia tidak ingin membuat suatu kesalahan apapun.

Namun, mendadak Seo JooHyun melakukan kesalahan langkah, dan berujung dengan injakan keras dengan tumit sepatunya yang runcing di kaki sang CEO. Sang CEO mengaduh kesakitan. Seo JooHyun dengan tampang penuh penyesalan kemudian membimbing sang CEO mencari kursi buat duduk.

“Maafkan saya..joengmal mianheyo…” Setelah melihat sang CEO mengangguk-angguk maklum, dia dengan langkah cepat kemudian segera beranjak menjauh, sebelum sang CEO memintanya untuk menemaninya berdansa kembali.

Huuftttt..

Matanya kemudian dengan cermat menyapu ruangan, sedang mencari celah bagaimana bisa kabur dari jamuan makan malam tersebut tanpa harus menimbulkan skandal atau di cap arogan dari para chaebol lainnya. Kesempurnaan – itulah tuntutan Kakeknya. Hidup sebagai ahli waris dan sosialita di tengah kaum jetset Korea Selatan membuatnya belajar menerima kenyataan bahwa kebutuhan dirinya akan terlepas dari keinginan pribadi. Arti dirinya bagi kakek dan perusahaannya adalah diukur berdasarkan peran yang dimainkannya di depan publik. Dia menikmati peran tersebut, memainkan kekuasaan di tengah suatu dunia yang memukau, penuh dengan orang-orang menarik dan ambisius. Namun dia tidak dapat membohongi dirinya, terkadang dia merasakan suatu kelelahan. Meski tidak mengakuinya, dia juga merasa kesepian, gundah dan lemah.

Seseorang kemudian menyodorkan segelas minuman kehadapannya di sudut ruangan. Seo JooHyun menoleh dan menemukan sahabatnya yang tadi masih di lihatnya berdansa kini menghampirinya dengan segelas minuman.

“Letih?”

Seo JooHyun mengangguk sambil meminum minuman yang tadi disodorkan Lee YeonHee padanya.

“Ingin kabur dari sini?”

Seo JooHyun mendelik tajam untuk ide gila yang dilontarkan sahabatnya tadi.

“Tenang saja, aku bisa membawamu kabur dari semua omong kosong ini tanpa harus menimbulkan skandal juga meyakinkan Haraboji bahwa ada urusan yang lebih penting daripada sekedar berdansa dan berdansa dengan pria-pria yang menyebut dirinya terhormat tetapi yang sebenarnya adalah para buaya sok kecakepan … hanya saja dengan satu syarat..” Lee YeonHee sengaja memberi penekanan pada kata “hanya saja” tersebut.

Lagi-lagi Seo JooHyun menatap sahabatnya dengan tatapan membunuh dan mulai mempertanyakan kewarasan Lee YoenHee. Akhir-akhir ini sahabatnya ini memang melulu dipenuhi ide gila untuk selalu melarikan diri dari dunia jetset mereka. Akhir-akhir ini saja dia jarang menemukan sahabatnya ini dalam pesta-pesta yang di gelar kaum mereka. Tumben, malam ini adalah pengecualian, mungkin karena Lee YeonHee pernah berhubungan dengan salah satu putra Kim Group.

“Aku sedang tidak bercanda JooHyun-ahh.. dan hentikan acara tatap menatap tanpa mengatakan sesuatu itu kepadaku. Kamu pikir aku begitu cerdasnya bisa membaca isi kepalamu hanya dengan melihat mimikmu? Hohoho… tapi kali ini aku serius, aku juga sudah bosan berada di sini. Untuk itu aku siap membantumu untuk aksi melarikan diri ini, tapi seperti yang kamu ketahui dahleeeengg, dan ini adalah kata-kata yang sering terlontar dari bibirmu, tak-ada-sesuatu-yang-gratis..” Lee YeonHee meniru cara Seo JooHyun mengucapkan kata tersebut dan lalu tertawa pelan. “Deal??”

Seo JooHyun menghela nafas panjang, lalu kembali menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dan ketika matanya menangkap siluet tubuh CEO Hyundai Mobils menuju kearahnya, tanpa melewatkan detik berlalu begitu saja, dia berbalik menatap Lee YoenHee, mengabaikan apa yang akan jadi syarat dari aksi melarikan diri ini, dan lalu berucap dengan pasti. “Deal..”

Setengah jam kemudian…

Di apartemen mewah sahabatnya itu, Seo JooHyun membelalakkan mata panik. “Katakan padaku, kenapa aku harus berpakaian seperti ini, dan jalan pada malam hari tanpa pengawasan bodyguard, menyamar menjadi wartawati pula???” Seo JooHyun mendelik pada sahabatnya, menuntut penjelasan.

Sementara itu Lee YeonHye justru tertawa melihat kemarahan Seo JooHyun. Dia kemudian mendekat lalu merapatkan topi dan kacamata Seo JooHyun. “Aku menantangmu Seo JooHyun-shi…” Lee YeonHee memberikan penekanan ketika menyebut nama Seo JooHyun dengan formal. “Ide ini telah terlintas sejak kemarin, hanya saja aku tidak menceritakannya kepadamu, namun setelah memastikan kalau aku bisa menyusupkanmu dalam wawancara eksklusif yang tidak semua awak media bisa mengikutinya, akhirnya aku berani mengajakmu …”

Seo JooHyun melemparkan tatapan – APA.MAKSUD. SEMUANYA – kepada sahabatnya itu.

Lee YoonHye menghela nafas sebelum menjelaskan semunya. “Cmon JooHyun-ah, lakukan ini demi aku…” Lee YeonHye kemudian melangkah lalu duduk di sofa.

“Aku mengenalmu dirimu sejak lama dan sepanjang usiaku mengenal seorang Seo JooHyun, aku tidak pernah melihat matamu berbinar hidup ketika melihat seorang pria, tidak pernah. Sampai beberapa hari yang lalu, ketika kita menghadiri pembukaan pagelaran lukis di Galeri Seni CNB… Untuk pertama kalinya aku melihatmu mengagumi seorang pria. Meski tak kau katakan kepadaku…”

Seo JooHyun mendengus jengkel, tapi dia tidak bisa membantah kalimat sahabatnya ini yang mengandung kebenaran.

“…untuk itu, sekali ini saja, terima tantanganku. Kamu pernah mengatakan, bagi dunia kita, cinta tidak menjejak, hanya ada simbiosis mutualisme, relationship with benefit. Untuk itu buktikan itu padaku. Terima tantanganku. Melalui jaringan televisi yang dimiliki keluargaku, aku memasukkanmu menjadi salah satu wartawati yang berhasil memperoleh kesempatan emas untuk mewawancarai seorang Jung YongHwa. Aku memberimu freepass untuk mendekati dia. Tuntaskan rasa yang kau miliki untuknya, jika memang bener ucapanmu bahwa cinta itu tidak menjejak di dunia kita, dank au berhasil membuktikan bahwa pada pria yang kau kagumipun kamu tidak menemukan perasaan cinta itu, aku akan mengakuimu dan kamu boleh meminta apapun dariku…”

“Kenapa kamu melakukan ini semua?”

Lee YeonHee berjalan ke arah pantry apartemennya dan meraih minuman kaleng dari lemari pendinginnya, membukanya lalu meneguk isinya. “I don’t know for sure… tapi kamu boleh mengatakan ini sekedar tindakan impulsive atau apapun namanya itu. Ide untuk mempertemukanmu kembali dengan Jung YongHwa benar-benar tidak bisa meninggalkan kepalaku. Takdir selalu bekerja dengan cara ajaib bukan? Dan meski berbeda keyakinan, kita berdua percaya bahwa hidup telah diatur dengan baik oleh Sang Maha Pencipta. Dan keyakinanku mengantarkanku pada satu kesimpulan bahwa kamu harus bertemu dengannya. Jangan panggil aku cenayang, tetapi entahlah. Firasatku mengatakan kalau dirimu memiliki hubungan yang baik dengannya di masa lalu. Dan aku bahkan memimpikan kalian berdua. Untuk itu sebelum aku benar-benar gila, dan agar pikiran ini segera lenyap maka ikuti peran yang telah kurancang untukmu malam ini. Aku mohon Hyunnie…”

Seo JooHyun bergetar mendengar penjelasan Lee YoenHee. Sahabatnya itu tidak pernah seyakin ini, yang dia kenal dari seorang YeonHee adalah sifatnya yang plinplan, centil dan santai dalam melihat hidup, sangat tidak ambisius. Berbeda dengan orang-orang yang lahir dari kalangan jetset seperti mereka.

“Kamu aneh. Kamu tidak sedang mabuk bukan?” pertanyaan Seo JooHyun bukan tanpa alasan, yang dia dengar dari asisten sahabatnya ini, akhir-akhir ini Lee YeonHee seperti kecanduan alcohol. Tiada hari tanpa terlewati dengan tidak meneguk alcohol atau wine, Dan itu membuatnya khawatir. “Atau apakah cinta yang telah membuatmu seperti ini?”

Lee YeonHee tertawa. “Yah, aku juga merasa akhir-akhir ini aku aneh. Aku bahkan belum pernah ketemu lagi dengan Jisub Oppa …” Seo JooHyun bisa mendengar nada getir dalam suara Lee YeonHee.

“Kenapa kalian tidak bisa bertemu??”

“Dia sibuk dengan segala jenis pameran seni yang harus diikutinya. Dan aku juga dituntut oleh ibu untuk segera aktif dalam perusahaan. Hal ini nyaris membuatku gila, tapi tak ada yang bisa aku lakukan. Aku tidak bisa memaksakan keadaan, mungkin mudah di pihakku untuk menemui JiSub oppa meskipun harus sembunyi-sembunyi. Hanya saja kalau dia yang sibuk, dan memintaku untuk tidak menemuinya dulu, apa dayaku? Aku tidak mungkin menghalangi pekerjaannya. Bukankah aku calon istri yang baik beibs??”

Meski berusaha untuk terlihat ceria tapi Seo JooHyun dapat melihat kegalauan pada sahabatnya tadi. Dia lalu mendekat lalu memeluk tubuhnya.

“Untuk itu, demi memuaskan egoku, aku memintamu mengikuti permainanku kali ini, hanya sekedar memberi hiburan bagi jiwaku yang gersang…”

Mata penuh permohonan itu membuat Seo JooHyun tidak kuasa untuk menolaknya. Meski sedikit ragu namun pada akhirnya dia menganggukkan kepala, mengiyakan permohonan sahabatnya.



_S&S_



Dan disinilah Seo JooHyun berada sekarang.

Di tengah sekumpulan awak media yang meminta perhatian seorang pria yang sekarang sedang naik daun.

Jung YongHwa.

Dengan penampilan layaknya wartawati sungguhan, dia terdampar di acara temu malam bersama Jung YongHwa. Entah mengapa dia tidak bisa menghentikan debaran di jantungnya. Dan dia bisa menangkap, kali ini Jung YongHwa memberi perhatian lebih untuk kehadirannya.

Entah mengapa.

Dia bukan satu-satunya wartawati disini, dan bahkan dari penampilannya seharusnya dia tidak menarik perhatian pria itu, dua wartawati yang juga hadir di acara itu sangat berpenampilan berlebihan menurutnya. Apakah mereka sengaja berdandan karena yang akan di wawancarai adalah seorang pria menarik? Ah entahlah. Sekarang Seo JooHyun tidak bisa memikirkan semuanya. Yang harus di lakukannya adalah fokus pada apa yang harus ditanyakannya dan lalu menyelesaikan semua omong kosong ini. Dia harus membuktikan pada Lee YeonHye jika kekagumannya tidak berarti apapun, hanya sebatas kekaguman biasa.

Seo JooHyun masih asyik dengan segala isi kepalanya ketika dia lamat-lamat kembali sadar posisinya sekarang. Di depannya meski tidak terlalu dekat dari tempatnya duduk, dia mulai memaksa pikiran dan kepalanya kembali fokus dengan apa yang sekarang di katakan oleh seorang Jung YongHwa.

“..bagaimana seorang Mahatma Gandhi memilih menegaskan jati dirinya demi India. Gandhi mengatakan bahwa bahasa kita adalah cerminan diri kita, jika kalian mengatakan bahwa bahasa kita terlalu miskin sehingga tidak mampu menjelaskan pikiran terbaik kita, maka lebih baik kita tidak ada… Ucapan Gandhi itu menggugah rasa nasionalisme aku. Kita tahu, masyarakat Korea Selatan begitu bangga dengan apa yang dimiliki sekarang, kebudayaan kita, bahasa kita, kita sangat bangga dengan semua itu. Tetapi satu yang kita lupakan. Saat ini kita sedang terpisah dengan saudara kita, yang lahir dari rahim yang sama dengan kita, saudara kita di Korea Utara…”

“…dan suka tidak suka, diakui atau tidak, bahwasanya masyarakat Korea Selatan hidup di bawah bayang-bayang peperangan yang bisa setiap saat timbul. Ini yang kemudian membuat masyarakat kita merasa insecure, merasa tidak aman. Ketakutan muncul sehingga kadang mereka meraih apapun yang bisa tangan mereka rangkul. Tanpa tahu sejatinya apakah hal tersebut yang mereka benar-benar cari. Pada alam bawah sadar mereka, mereka ketakutan. Rasa takut itu yang akhirnya mengkristal dalam jerat momentum. Masyarakat kita kemudian sebagian tumbuh menjadi masyarakat pemuja materi, mengutamakan materi diatas segalanya, meski sisi positifnya kemudian kita menjadi masyarakat pekerja keras dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Namun, ketakutan dan kekhawatiran dalam hidup itu menjejak kuat. Ketika menemui kegagalan, alih-alih bangkit mereka lebih memilih mengakhiri hidup….”

Seo JooHyun dapat mendengar beberapa awak media di sampingnya berjengit, terkesiap kaget mendengar Jung YongHwa begitu gamblangnya menyebut Korea Utara sebagai saudara juga begitu entengnya dia menelanjangi kelemahan masyarakat Korea Selatan. Beberapa pihak memang masih tidak lazim dengan ide bahwa Korea Utara adalah saudara, dan dia harus mengakui diapun seperti itu.

“..dan untuk kasus Korea Utara dan Korea Selatan, aku sepaham dengan apa yang dikatakan Presiden Pertama Amerika Serikat, George Washington. Beliau mengatakan bahwasanya persatuan sesungguhnya merupakan syarat utama bagi terpeliharanya kebebasan. Dan cinta yang kita miliki harusnya membuat kita menjaga orang lain. Bukannya malah saling bermusuhan. Konsep itu yang ingin aku dan teman-teman usung. Kami sungguh mendambakan persatuan Korea Selatan dan Korea Utara, sehingga masyarakat bisa hidup dengan bebas, tidak lagi dihantui peperangan yang sewaktu-waktu bisa tercetus…”

Seo JooHyun latah ikut bertepuk tangan seperti yang dilakukan para awak media lainnya seusai mendengar ucapan Jung YongHwa tadi, meskipun kepalanya belum sepenuhnya menangkap ide Jung YongHwa, belum setuju juga. Bagi dia ide persatuan duo Korea tetap konyol. Namun mengungkapkan isi kepalanya di forum seperti ini, itu sama saja dengan menabuh genderang peperangan, terlebih ketika dia memilih tidak menjadi fokus perhatian. Untuk itu, dia memilih menjadi pendengar yang baik sambil berpura-pura merekam isi pembicaraan tersebut.

Setelah melalui dua jam dengan mendengarkan semua pertanyaan dan bagaimana seorang Jung YongHwa menjawabnya dengan nada retorik yang mampu memukau semua awak media yang hadir, akhirnya pertemuan itupun selesai. Dan Seo JooHyun harus mengakui dengan jujur bahwa ternyata ia menyukai sosok Jung YongHwa. Sebelumnya dia telah membayangkan dia tidak akan kalah oleh sebuah rasa, Dia akan membuktikan teorinya adalah kebenaran di hadapan sahabatnya, Lee yeonHee. Dia tidak menyukai seorang Jung YongHwa. Namun sesi temu muka ini justru malah memperjelas kekagumannya. Jung YongHwa adalah sosok yang pandai memilih kata-kata, dan caranya mengapresiasikan diri sangat kuat. Ia juga pandai menata penampilannya dengan cermat. Selain itu, dia adalah sosok yang humoris. Sentuhan humor mewarnai sesi wawancara itu.

Seo JooHyun memilih tidak ikut menyalami Jung YongHwa. Dia terlalu takut terseret semakin dalam ke rencana Lee YeonHee ini. Dia diam-diam berusaha menyelinap keluar ketika para awak media lainnya mengerubungi Jung YongHwa dan mengambil gambar Budayawan muda tersebut. Atas usahanya menyelinap keluar lebih cepat, lima menit kemudian Seo JooHyun telah melangkahkan kaki di lantai dasar Hilton Hotel ketika seseorang menepuk pundaknya. Hampir saja dia berteriak kaget tetapi mampu ditekannya rasa kagetnya dengan menutup mulut.

“Maafkan Nona…”

Seo JooHyun membelalakkan mata ketika melihat Jung YongHwa melintas untuk berdiri di depannya, dengan senyum yang membuat jantung Seo JooHyun berdegup kencang.



_S&S_



Hilton Hotel Bar and Lounge…



“Kopi, Juz atau Bir???”

“Segelas cappuccino saja kalau boleh…”

Jung YongHwa mengangguk lalu memanggil waitres mendekat, dan menyatakan pesanan mereka. Melihatnya dari jarak sedekat ini membuat Seo JooHyun merasakan debaran kencang di dalam hatinya. Jung YongHwa begitu tampan, mempesona dan terlihat berwibawa meski hanya menggunakan sweater wol yang di bagian lehernya memperlihatkan kerah kemeja berwarna merah.

“Terimakasih atas tawarannya untuk menikmati akhir malam ini.. Anneyong haseyo Jung YongHwa…” ujar So JooHyun sopan sambil mengulurkan tangan kanan untuk bersalaman dengannya ketika sang waitress telah berlalu pergi.

“Khusus untukmu panggil saja aku Yong, gimana? Anneyong haseyo Miss…??” YongHwa membalas jabatan tangannya dengan erat, sembari memberinya senyum mempesona.

“Miss??”

“Oh..eh..” untuk sesaat Seo JooHyun gelagapan, terpesona oleh kharisma yang dimiliki Jung YongHwa. “Panggil aku Hyunnie… Lee Hyunniee…”

Tidak mungkin dia menyebut nama aslinya, ketika dia sedang dalam penyamaran seperti hari ini. Meski kali ini dia mempertaruhkan segalanya dengan menyamar menjadi wartawati tetapi dia tidak akan bodoh untuk menyebut nama aslinya yang bisa berefek jangka panjang pada kehidupan nyatanya. Dia cukup menjalani pertemuan ini, mengenal sedikit lebih dekat seorang Jung YongHwa dan setelahnya melupakan segalanya. Bukankah terkadang suka hanya terbatas pada sekedar rasa? Dan lalu menguap hilang.

Yah, dia hanya perlu melakukan ini, dan lalu membalas Lee YeonHee yang telah menempatkannya pada situasi sulit dan setelah itu menjalani kehidupannya kembali seperti hari lainnya, skip memori untuk hari ini. Sesimpel itu.

“Sedang memikirkan apa?”

Suara Jung YongHwa yang manly kembali menyadarkan Seo JooHyun pada posisinya yang sekarang. Dia kenapa susah fokus seperti ini. Dia lalu menggelengkan kepalanya, mengusir segala bentuk kekhawatiran yang dipadu dengan perasaan tersihir, layaknya bocah ABG yang baru mengenal perasaan suka pada lawan jenisnya. Oh, my beauty brain. Think smart, please. Batinnya.

“Ohh..eehh..hanya sedang memikirkan, mengapa tiba-tiba seorang besar seperti anda meminta aku yang jelas bukan siapa-siapa untuk menemani melewatkan malam, Jung YongHwa??” balas Seo JooHyun formal dan penuh santun setelah berhasil menguasai kembali dirinya.

“Panggil saja Yong..” Protes Jung YongHwa.

“Ehhm… maaf, aku belum terbiasa..”

Jung YongHwa tersenyum pelan, yang kembali mampu memiliki efek yang besar pada tubuh Seo JooHyun. “Baiklah, Hyunnie… sebaiknya biasakan dirimu, karena kelak kita memiliki banyak waktu bercengkrama bersama..”

Mata Seo JooHyun membelalak, dan dia merasa kerutan di alisnya yang menandakan kebingungan di wajahnya cukup jelas atas pernyataan Jung YongHwa. “Sorry? Maksudnya?”

Jung YongHwa memilih tidak menjawab keheranan Seo JooHyun ketika waitres datang dengan pesanan mereka.

“Apakah kau keberatan untuk menghabiskan beberapa jam malammu untuk kencan bersamaku?” ucap Jung YongHwa setelah sang waitress berlalu.

Holly shit. Untuk semua jenis permata di dunia ini, mengapa dia malah menawarkan tawaran kencan untuk seseorang yang bahkan belum beberapa jam di kenalnya dengan baik, apakah pria ini seorang player? Batin Seo JooHyun.

“Don’t get me wrong My dear Hyunnie. Hanya saja sepanjang aku mengenal diriku sendiri, aku selalu tahu dengan baik apa yang aku inginkan. Dan aku bukan tipikal orang yang takut mempertaruhkan hidup demi mencapai apa yang aku inginkan… Kebanyakan manusia tidak tahu apa yang dia mau, hanya beberapa yang ternyata benar-benar tahu apa yang mereka butuhkan. Sebuah postulat menyatakan bahwa manusia terlahir sebagai makhluk yang cenderung egois, dan akan tetap egois, sampai kiamat nanti. Dan mungkin aku bisa digolongkan termasuk manusia yang egois itu yang tahu dengan pasti apa yang diinginkannya. Dan maafkan keegoisanku kali ini, karena yang kuinginkan adalah mengenalmu dan menghabiskan beberapa jam dari 24 jam yang aku miliki untuk bersamamu, seperti sekarang ini…”

Betapa Seo JooHyun menyukai mata itu ketika memancarkan rasa humor, dan itu sungguh mampu menyihirnya. Astaga, apa sih dari pria ini yang tidak membuatnya kagum? Bahkan juga kemampuannya menarik hati lawan jenis. Hahayy…

Di sisi lain Jung YongHwa juga mengagumi ketenangan wanita di hadapannya ini. Namun, Ia mencium adanya kekacauan dibalik ketenangan serta kesempurnaan sikap seorang Seo jooHyun. Dia jelas adalah burung dalam sangkar emas yang sengsara. Gadis yang meski terlihat kuat dan sempurna tapi disatu sisi ia juga tampak rapuh, perempuan yang akan selalu dia peluk jika menjadi miliknya, sekedar melindunginya dari semua beban hidup. Ia menyadari betapa beruntungnya dirinya. Takdir mempertemukannya dengan wanita yang telah menyita perhatiannya. Dan kali ini, dia akan mengikuti permainan perempuan ini, membiarkan dia memainkan apa yang ingin dimainkan oleh The Honorable Seo JooHyun. Sang ahli waris yang menyamar menjadi wartawati kuper. Dan bukan tugas dia untuk mengungkapkan identitas asli perempuan ini, dia akan memberikan kesempatan kepada Seo JooHyun untuk membuka secara sukarela penyamarannya. Dia akan memberi waktu untuk itu. Hanya saja yang sekarang jadi pertanyaannya, berapa lama waktu yang dibutuhkan seorang Seo JoohYun?? Sementara dia sendiri tidak memiliki banyak waktu. Ini yang membuatnya sedikit gila.



Whats going on in beautiful mind
I’m on your magical mystery ride
And I’m so dizzy, don’t know
What hit me
But I’ll be alright

My heads underwater
But im breathing fine
You’re crazy and I’m out of my mind



“Kenapa memilih jalan ini?” Seo jooHyun tiba-tiba bertanya, sekedar untuk mengalihkan perhatian Jung YongHwa yang tidak hentinya menghujaminya dengan tatapan tajam. Sementara di panggung kecil bar dan lounge ini, tampil seorang wanita yang menyanyikan lagu John Legend “All of me” diiringi alunan piano, sangat merdu.

“Hhhmm.. maksudnya?”

“Kamu tahu apa yang aku maksud. Kamu bisa menjadi apapun yang kamu mau Jung YongHwa, dibanding menjadi seperti yang sekarang ini…”

“Ada yang salah dengan menjadi seperti aku yang sekarang ini?”

“Oohh, tidak..tidak.. tidak seperti itu yang aku maksud…” Raut menyesal bisa tertangkap jelas di wajah Seo JooHyun. “Sedikit mengherankan bagiku. Aku tahu dirimu memiliki darah Korea Selatan yang mengalir di dalam aliran darahmu, tetapi seperti yang kita ketahui, kamu lahir dan besar di luar negeri. Kamu bahkan sudah sukses di sana, dengan kecerdasan yang kamu miliki kamu berhasil menjadi orang yang dikenal dengan buku-buku yang kamu tulis, tetapi alih-alih menikmati semua itu dan melanjutkan karirmu di luar negeri, kamu malah memilih kembali ke Korea serta memilih untuk memperjuangkan dan mengusung ide yang sedikit mustahil untuk terwujud di Negara ini. Kenapa???”

“Tadi mengapa tidak menanyakan pertanyaan secerdas ini, Hyunnie?? Aku pasti akan senang sekali untuk menjawabnya di depan para awak media…”

Jung YongHwa terdiam sesaat, dia seperti menerawang jauh ke masa lalu.

“Saat itu usiaku 18 tahun kurang lebih, ketika aku membaca biografi Clarence Darrow. Dia seorang dosen, pembicara, dan pengacara hebat yang terlibat beberapa kasus paling menghebohkan di Amerika Serikat termasuk pengadilan Leopold Loeb dan Scopes “Monkey”. Dia juga merupakan penulis yang memikat. Ketika membaca biografinya aku tergugah. Dan lalu berusaha membaca buku-buku karangannya yang lain diantaranya Crime: its cause and treatment (1922) dan Infidels and Heretics (1929), dua buku itu cukup memikat aku…”

“..Tapi ketika membaca biografinya untuk pertama kalilah yang kemudian benar-benar menginspirasi aku. Bagian ketika aku membaca kutipan pembelaannya pada sidang Henry Sweet atas kasus pembunuhan pada bulan april 1926, Sweet adalah seorang anggota keluarga kulit hitam yang melakukan kekerasan ketika sekelompok orang kulit putih mencoba mengusir paksa keluarganya dari rumah mereka yang berada di lingkungan kulit putih di Detroit. Ucapan Darrow saat itu adalah : “Saya percaya pada hukum cinta, dan saya juga percaya bahwa Anda tidak dapat melakukan apapun dengan kebencian… Saya ingin melihat suatu masa ketika manusia mengasihi sesamanya, dan melupakan warna kulit atau kepercayaannya. Kita tidak akan pernah beradab sebelum masa itu tiba…” dan aku sepaham dengan Darrow. Persoalan rasis, perbedaan keyakinan, perbedaan paham dan atau aliran tidak semestinya menjadi sesuatu yang kemudian dipertentangkan, tetapi bagaimana kemudian manusia menghormati segala perbedaan itu, lalu hidup secara rukun dan damai. Tahukah mengapa Tuhan menciptakan langit dan laut? Semata agar manusia tahu, dalam perbedaan, ada batas yang membuat mereka tampak indah di pandang…”

“…dan aku ingin menjadi manusia-manusia yang ikut memerangi kekerasan dalam memaknai perbedaan. Ini sangat berarti bagiku. Aku ingin mengambil bagian dari orang-orang yang mendukung perdamaian, menciptakan sebuah bumi yang lebih tenang dan aman untuk di huni. Bukankah cita-citaku ini sangat mulia, Lee Hyunnie??”

Seo JooHyun mengulum senyumnya. Merasa bangga dengan pria yang ada di hadapannya ini, harus diakui Jung YongHwa benar-benar pria yang memiliki ketajaman pikiran. Dan lalu, tanpa bisa dicegahnya, rasa kantuk menyerangnya, sebisa mungkin dia kemudian menutupi keinginannya untuk menguap, dan tercengang ketika melihat Jung YongHwa menatapnya dengan tatapan lembut yang menghanyutkan.

“Kau kelihatan lelah Hyunnie.. harimu berat yah.. maafkan aku telah menyita waktumu..” Bukan sekedar berbasa-basi namun Jung YongHwa benar-benar prihatin. Untuk itu, dia berdiri lalu mengulurkan tangannya kepada Seo JooHyun. “Ayo keluar dari sini, dan aku akan menemanimu dan bahkan mengantarmu kembali ke tempatmu…”

“Ahh, tidak seperti itu. Aku baik-baik saja, hanya sedikit mengantuk. Benar katamu, hari ini adalah hari yang sedikit berat buatku…”

“Hmm…kalau begitu kita dapat mencobanya, berjalan di malam hari yang bisa mengurai sedikit rasa penat…”

“Boleh. Aku menyukai ide itu…” Tak ada alasan baginya untuk buru-buru pulang? Untuk apa? Untuk kakeknya? Untuk imejnya yang mungkin akan terungkap? Mendadak semuanya tidak begitu penting.

Mereka kemudian keluar dari kawasan hotel dan menyusuri jalan. Meski malam telah larut, 01,15 AM, Namun, malam di Seoul tetap ramai. Dan ketika Jung YongHwa mengenggam tangannya dalam rangkuman jemari hangatnya, entah mengapa Seo JooHyun tidak dapat menolaknya. Dia bahkan merasa kehangatan menjalari tubuhnya.

“Aku tahu cita-citamu sangat mulia. Tetapi bagaimana dengan resiko yang akan kamu tanggung karena keterlibatanmu dengan ide persatuan dua Korea? Belum lagi kamu begitu berterus terang dan berani mengupasnya dalam buku-buku karyamu, Kamu bahkan bisa dicekal untuk masuk lagi di Negara ini?”

“Aku tidak akan rugi apapun kalau mereka melakukannya. Yang akan hilang mungkin hanya kebebasanku dan itupun secara fisik. Namun secara bathiniah tidak, aku tetap dengan kebebasanku. Aku tetap bisa meneruskan perjuanganku meski di tempat yang paling horror sekalipun seperti penjara. Nelson Mandela dan Aung San Suu Kyi adalah dua diantara beberapa tokoh yang kehilangan kebebasan secara fisik karena memperjuangkan HAM dan merupakan tokoh penentang anti kekerasan. Namun penjara tidak dapat menghalangi mereka untuk menyuarakan hati nurani mereka…”

“..dan lagi satu yang penting, ketika kita melakukan hal-hal yang baik, itu juga akan membawa kita menemukan orang-orang terbaik dalam hidup. Jika tidak menempuh jalan ini, mungkinkah aku bisa menemukanmu, Princess??” Nada suaranya seindah suasana malam itu. Ringan, hangat dan penuh kemesraan, dan Seo JooHyun tak mampu lagi menampik pesona seorang Jung YongHwa.

“Apakah kau melakukan semua ini pada perempuan yang bahkan baru pertama kali kau temui?”

Jung YongHwa tertawa, dan kembali Seo JooHyun mengakui kekalahannya. Bahkan cara pria ini tertawa juga disukainya.

“Apakah aku boleh menyalahkanmu dan mengatakan bahwa ini semua karena pesona yang ada di dirimu??”

Selintas pandangan manja dan menggoda menari di mata Seo JooHyun. “Aku mengaku kalah Jung YongHwa. Kamu terlalu ahli dalam merangkai kata-kata…”

“Hanya ketika bersamamu Princess..hanya ketika bersamamu…”

“Hahahha… kamu benar-benar mempesona Jung YongHwa. Bagaimana bisa kamu menyihirku dengan kata-kata gombalmu itu, tapi tidak terdengar menjijikkan di telingaku…”

“Karena itu tulus keluar dari lubuk hatiku Hyunnie. Sesuatu terdengar menjijikkan jika itu dipenuhi kepalsuan…” Jung YongHwa menikmati wajah cantik yang terlihat letih tapi ceria itu. “Baik. Sekarang mengenai dirimu, apakah kamu mengizinkanku untuk mewawancaraimu?”

“Hanya jika pertanyaan itu tidak terlalu pribadi Jung YongHwa..” tidak ada salahnya bermain-main sedikit dengan pria yang telah mampu membuatnya tertawa bahagiah ini.

“Apakah kamu memiliki kekasih? Atau bahkan telah bertunangan?”

“Hmm, yang pasti aku belum pernah jatuh cinta. Jiwaku masih perawan..”

“Woooww…aku salut. Umurmu berapa Hyunnie??”

“26 tahun, bagaimana denganmu?”

“Tidakkah kamu membaca biografiku??”

Seo JooHyun mendadak kaku, yah sebagai wartawan seharusnya dia bisa dengan pasti tahu berapa usia seorang Jung YongHwa.

“29 tahun…” Jung YongHwa dengan rendah hati tetap menjawab pertanyaan Seo jooHyun.

“..tapi aku tidak sepenuhnya percaya padamu, Princess..” Lanjut Jung YongHwa. Dia berusaha mencari celah, memberi kesempatan perempuan ini untuk berterus terang. “..tidak mungkin tidak ada satupun pria di dalam hidupmu…” Bagaimana dengan sosok pesolek bertampang homo yang selalu mendampingimu dan di klaim sebagai kekasihmu? Batin Jung YongHwa, namun dia tidak berani menanyakan pertanyaan itu.

Pandangan mata Seo JooHyun yang tiba-tiba berubah sayu membuat Jung YongHwa iba. Apakah dia telah mendesak perempuan ini? Dia kemudian mendekat dan menghentikan langkahnya, lalu berdiri di hadapan Seo jooHyun. Menatapnya dan membelai wajahnya.

“Mungkin ini pertemuan kita yang pertama, atau mungkin juga tidak, aku tidak pasti tentang itu, tetapi satu hal yang bisa aku pastikan, aku menyukaimu Lee Hyunnie. Kamu wanita yang selama ini aku cari, wanita terbaik di mataku…”

Seo jooHyun merasakan tubuhnya bergetar lagi. Dan dia terlalu takut dengan semua ini. Dan tanpa sengaja dia mencetuskan rasa takutnya itu. “Aku takut Yong..”

Ini adalah kebenaran. Jung Yonghwa bisa merasakan itu, dan rasa ingin tahunya kemudian tergugah.

“Apa yang menakutkan bagimu tentang ide bahwa aku menyukaimu? Kamu tidak menyukai sepak terjangku bagi persatuan dua Korea…”

Seo JooHyun melepaskan diri dari rangkulan Jung YongHwa, lalu kembali berjalan.

“Berbeda denganmu, aku adalah stereotipe masyarakat Korea menurut pandanganmu. Ada banyak hal yang menakutkanku. Ketakutan terbesarku adalah aku menciptakan banyak kekacauan yang bisa merugikan orang-orang disekelilingku. Terkadang aku ingin hidup dengan memakai topeng agar aku bisa sedikit menikmati hidup. Yup, Kita manusia kadang terjebak dalam rutinitas dan menjadi manusia pekerja dan atau menjadi manusia yang sesuai dengan apa yang diharapkan orang-orang pada kita. Sekali-kali keluar dari zona nyaman dan keseharian yang menjebak tadi justru bisa memberikan motivasi hidup yang lebih baik. Tapi percayalah ketika bersamamu, meski baru beberapa jam yang lalu, aku mampu keluar dari semua rasa takut itu…”

“Apakah sekarang kamu memakai topengmu??”

Seo JooHyun gelagapan. Begitu mudahnya Jung YongHwa mempreteli dirinya. Dia tidak menyangka efeknya sejauh ini. Haruskah dia meneruskan kebohongan ini, dan atau membuka yang sesungguhnya pada pria yang mulai menempati hatinya. Dia harus jujur mengakui bahwa dia jatuh cinta pada seorang Jung YongHwa.



Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All of your perfect imperfections
Give your all to me
Ill give my all to you

Youre my end and my beginning
Even when I’m lose I’m winning
Cause I give you all of me
And you give me all of you



(John Legend (ft Lindsey Stirling) - All of Me)





.END.








.Wif Luv SJ.

25 komentar:

  1. SJ Eoniiiiiiiiiiiiiiiiii...hadewwwww apapun dan bagaimanapun aq yang pertama baca up load an mu eoniii..keren,keren dan bikin penasaran......siip siiip..siiip....aq udah rindu tulisan2an mu dan terbayarkan hari ini...ditgg lanjutannya eonni...tetap sehat yaaaa...

    BalasHapus
  2. Huaaaaaa akhirnya ada lanjutannya gomawo SJ unn :)
    gak ada yang bisa aku katakan selain Kereeeeeennnn ceritanya dan udh lama kangen dengan karya2 mu SJ unn :)
    semoga kelnjutannya cepat yah unn Fighting :D

    BalasHapus
  3. SJ eonniiii wuaaaaaaa
    ini mah novel bangetttt, ceritanya bagus banyak quote2 didalamnya ^^

    BalasHapus
  4. SJ... lama banget T_T miss youuuu.. *with yonghwa's voice* teteh ga bc ff selain punyamu ใ…‹ใ…‹ใ…‹ใ…‹seneng banget _s&s_ dilanjutin lagi, ,wlwpn rada berat tp sukaaaa XD

    BalasHapus
  5. eonni akhirnya dilanjutin lagiiii. sempet galau gara" baru satu ep dan belum ada lanjutannyaa.. akhirnya huaaaa... *terharu.. hahhahha

    BalasHapus
  6. SJ eonnie ...... TT_TT akhirnya diberi kelanjutannya :' Gomawo gomawo gomawo XD .
    FF nya kereeeeeeeeeeeeeeeeeeeen beudhhsss wkwk.
    pokoknya semangat buat eonnie nerusin FF nya. ><
    Saranghae !!! <3 *dari Yonghwa* wkowkowkwo

    BalasHapus
  7. finally your back..welcome back authornim :) miss you and miss your update too :)
    gomawo untuk ngelanjutin cerita ini lg :)
    jinjja gamsahamnida ^^9

    BalasHapus
  8. wahhh.... akhirnyadilanjutin jg ...

    but... ad penggunaan kata yg salah, kta yg di ulang - ulang....
    mgkin krna hmpir 2 thn hiatus jd msh banyak kekurangan....

    tapi tenang ceritamu selalu baguss....
    keep writing....

    BalasHapus
  9. Ngemeng2 SJ eonnie. tengah malem gini pas baca ulang ff SJ eonnie yg love is a decision di bagian "Perasaan terdalam yang dimilikinya, perasaan yang disimpannya rapat di sudut hatinya pada seorang gadis, gadis yang menjadi tokoh utama dalam semua lagu-lagu ciptaannya" dan ngemeng2 juga tentang comeback CNBLUE Can't Stop di bagian "I can't stop loving you" . Mungkin ga ya itu buat Seohyun aaaa. :G
    tengah malem jd ngehayal gini hohoho.
    YongSeo is real <3

    BalasHapus
  10. Onnie, critanya makin menarik :)
    Tuk next part apa hyun akn ngaku siapa dirinya sama yong?
    Kyaaa~ aku ga sabar tuk baca lanjutannya :)
    Hwaiting onnie :) nt aku follow onnie tp onnie folbek ya hehe :)

    BalasHapus
  11. Eonni terimakasih telahh kembalii lagiii....benar2 merindukann yongseo karyamuuu...
    Yongseoo cerita kalii ini bner2 kerenn, semakiinnn pintar dalam kalimat2 indahmuu.....i love yongseo goguma so much...

    BalasHapus
  12. Onnie,gomawo udah comeback & ngelanjutin S & S.Meski untuk ide cerita kali ini rada berat tapi tetap plot & alur masih bisa di imaginasikan cm utk part kali ini aku menemukan beberapa bahasa non baku.Yg jelas di tunggu kelanjutan ceritanya onn & berharap onnie juga buat cerita yg bertema ringan seperti YS Idol hehehe mianhe bnyk permintaan :D,aq penggemar karya onnie jd semangat terus untuk nulis y onn!!banyak hal baru yang bisa aq pelajari dari tulisan onnie tidak hanya berimajinasi ttg YS tapi ttg hal lain yang ada di buku yang tidak q baca.Pokoke keren deh onn ;)


    - ai_khai

    BalasHapus
  13. tiap kali baca ff unnie selalu pengen tanya.. unnie ini anak sastra y?atau karena emang hobi baca novel-novel gitu ya, jadi bahasanya dalam menulis ya.. bisa dibilang lumayan tinggi lah.....

    g sabar nunggu part sebelumnya, kira2 seohyun bakalan ngaku atau tetep aja pura2 nyamar... di part 2 ini konflik dll masih belum ada ya.. cinta2an nya masih juga belum..... 2 orang dr "dunia' berbeda... bakalan kayak romeo dan juliet kah.....fighting dan thank u buat ff nya ^^

    BalasHapus
  14. Makasiih yah smua buat yg udah coment, ini jd smacam penyemangat bg saya dalam menulis. Dan buat kritikannya, iyyah, ini gak pake edit plus banyak yg typo juga..hehehehe..

    Buat vivit, sayangnya saya bukan anak sastra say, kalo suka baca, iyyah bangett...hehehe..

    Di comment ini jg saya infokan twitter saya user idnya ganti : @SJAltruism yakkk.. kalo pake yg kemarin terlalu mainstream... hehhehehe..

    BalasHapus
  15. chingu, aku udah baca imagine dan beberapa ff kamu, keren2 semua dan ada kepikiran buat bantu bikin ini jadi buku, kalau kamu mau sih hehehe
    kebetulan kaka aku ada link-nya, we can talk about it later :)
    hwaiting chingu, terus bikin FF yang keren ya ^^

    BalasHapus
  16. @Athea Nadhira : Gomawoyoo buat tawarannya... tapi itu novelnya self publishing gitu yak? kalo self publish, saya belum minat, maaf.. saya punya naskah novel FF YongSeo yg belom pernah tayang di blog ini jadi FF, tp saya mau ngelempar ke penerbit, bukan self publish..maaf yah.. atau sila ngobrol dng saya via twitter yak, skalian saya liat link yang dimaksud.. ^^

    BalasHapus
  17. akhirnya part 2 muncul stelah sekian lama....
    thanks onnie udah mau lanjutin lagi...
    smangat buat FF selanjutnya...
    Fighting :D

    BalasHapus
  18. Kereeeeen...
    Kata-kata Yonghwa keren banget. Dapet inspirasi dari mana sih eon?
    Ceritanya makin seru dan terlebih lagi FFnya juga bs jd sumber inspirasi. Banyak banget bahasa-bahasa keren yang bececeran (?) di dalemnya...
    ditunggu lanjutannya ya eon... Fighting!!!

    BalasHapus
  19. Selamat datang kembali,, eonni...

    akhirnya kesampaian juga rasa penasaranku. Sering sering posting yaaa,,,

    BalasHapus
  20. Salam kenal oniie.. kapan mau publish kelajutan ceritanya .. sya Udh nunggu lma bangeet oniie.. trims ^_^

    BalasHapus
  21. Yaaa...seperti biasanya tulisan sj land, keureeeennn abis. Gomawo...

    BalasHapus
  22. Eonnie, sumpah aku suka bgt sama tulisan km, kata2nya pas bgt, aku suka sama gaya tulisan+bahasa eonie, klo baca tulisan eon bisa kayak nyata kejadiannya, eonnie kpn lanjutannya d posting? Aku tunggu ya eon , gomawo -__-

    BalasHapus
  23. Suka sama semua FF yongseo nya Eonnie..Gomawo ^_^ .
    Salam kenal Eonnie..dinantikan karya karya selanjutnya.
    YongSeo AlwaYS ๐Ÿ’ž

    BalasHapus
  24. Eonni kapan comeback dengan ffx yg selalu daebak,,

    BalasHapus
  25. Hai, its me SJ...akun ini sudah tidak aktif lagi, jika teman2 tidak keberatan dan mau membersaimaiku, ini akun ku yang baru :

    https://sjlandorg.wordpress.com/

    BalasHapus